🏠 15 🏠

65.7K 4.1K 81
                                    

Sudah dua hari bermalam di rumah sakit, ana pun diperbolehkan kembali pulang ke rumahnya. Saat ana masih di rumah sakit, adam datang dari Bandung untuk melihat keadaan mamanya dan sempat menginap satu malam untuk menjaga mamanya. Tapi, ia tidak bisa lama karena harus kembali ke Bandung karena tugasnya.

Selama di rumah sakit, edwin - papa arven tidak pernah datang ke rumah sakit. Bahkan, menelfon untuk mengetahui keadaan mamanya pun tidak sama sekali. Bohong jika arven bilang ia tidak membenci papanya. Anak mana yang tidak sakit hati melihat mamanya yang sudah tidak dipedulikan lagi oleh suaminya.

"Mah, makan dulu." Ucap arven yang datang ke kamar mamanya sambil membawa nampan berisikan semangkuk bubur dan juga segelas air.

Ana yang sedang tiduran dibantu arven untuk menegakkan posisi tubuhnya.

"Arven suapin ya ma?"

Arven menyuapi ana dengan telaten, memberi minum kalau mamanya kehausan. Bayangkan saja, arven si ketua Vergiss yang baru, dikenal dengan dingin dan dihormati oleh seluruh murid sekolah dan tidak ada satupun yang berani mencari masalah dengannya ternyata mempunyai sifat penyayang seperti itu.

"Ven," Panggil ana pelan saat makanannya sudah habis.

Arven mendongak.

"Makasih ya nak," Ucap ana. Tak terasa cairan bening lolos begitu saja dari pelupuk matanya.

"Kenapa nangis ma?" Ucap arven yang langsung mengusap air mata yang berada di pipi mamanya.

"Mama bersyukur banget punya anak laki-laki seperti kamu." Ana mengelus kepala arven.

"Udah ma, mama gak boleh terlalu stress nanti pusingnya bisa kambuh lagi."

"Mama boleh gak minta tolong lagi sama kamu?"

"Minta tolong apa?" Tanya arven sambil menaruh mangkuk ke atas nakas.

"Kamu datang ya ke acara pernikahan papa?" Pinta ana dengan tatapan berharap agar putranya itu mau mengabulkan permintaannya. Ana yakin, arven akan menolaknya. Mengingat watak arven yang keras kepala akan sulit bagi ana untuk memintanya datang ke acara pernikahan edwin.

"Gak bisa ma." Tolak arven cepat. Bisa-bisanya mamanya minta ia untuk datang ke acara pernikahan papanya sendiri? dan meninggalkan mamanya sendirian yang sedang sakit? tidak, arven tidak akan membiarkan itu.

"Nak, abang gak bisa datang karena harus selalu ada di rumah sakit, mama juga gak bisa datang karena mama sakit. Cuma kamu satu-satunya yang bisa hadir kesana."

"Arven gak bisa tingalin mama dengan keadaan kayak gini. Ma udahlah, kalau alasan mama masih mau bertahan sama papa karena arven sama abang, itu udah gak berlaku buat kita ma. Selama ini, kita cuma hidup bertiga tanpa papa dan itu gak masalah buat arven."

"Arven juga gak bisa terus-terusan lihat mama sedih kayak gini. Kalau masalah biaya, abang sekarang udah kerja, arven juga bisa cari uang sendiri gak perlu pakai harta papa lagi." Lanjut arven. Sebenarnya, ia tidak ingin berbicara seperti itu karena takut membebani pikiran mamanya, tapi bagaimana lagi? ia harus mengatakannya.

"Kalau alasan mama bertahan karena mama masih sayang sama papa gimana?"

"Ma.."

"Ven, tolong sekali ini aja ya? mama mohon sama kamu. Apa kata keluarga papa nanti kalau anak-anaknya satupun tidak ada yang datang?" Ucap ana.

"Huh," Arven menghela nafas berat.

"Ya udah, arven datang. Tapi janji ma, jangan terus-terusan mikirin papa. Arven gak mau lihat mama sakit lagi karena papa."

My Craziest Neighbor [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang