"Gimana kemarin?" tanya Joan antusias. Begitu Bree datang, ia langsung membombardir Bree dengan berbagai pertanyaan, membuat Bree menatap Joan kesal.
"Lo kemana aja? Enak aja lo pergi sama Daniel! Ninggalin gue sama Ray, lagi!" gerutu Bree.
Joan tersenyum usil. "Tapi lo seneng, kan?"
Bree tidak menjawab. Ia berdecak pelan, lalu memainkan ponselnya. Ada beberapa pesan dari Ray yang belum ia jawab. Bree memang jarang membalas pesan. Entah, ia terlalu malas.
"Tuh, pacar lo dateng," ujar Joan sambil melihat ke arah pintu. Bree mengikuti arah pandang Joan. Benar saja, Ray dan Daniel sedang berjalan ke arah mereka.
Seperti biasa, tatapan kagum para wanita langsung tertuju pada dua orang itu, terutama ke arah Ray. Tapi mereka harus memendam perasaan kagum mereka, mengingat siapa yang sedang berada di posisi pacar Ray sekarang. Brianna Rossana Geraldi, siswi tergalak seantero sekolah. Siapa yang berani?
"Hai, cantik," panggil Ray menggoda. Ia dan Daniel duduk di depan Bree dan Joan.
Bree berdecak pelan. Kata-kata Ray sama sekali tidak membuatnya tersipu, seperti yang biasa terjadi pada gadis-gadis pada umumnya.
"Mau apa lo?" desis Bree. Ia berusaha memelankan suaranya, agar tidak ada yang curiga tentang "hubungan pura-pura" mereka.
Ray mendekatkan bibirnya ke telinga Bree. "Jangan galak-galak. Lo nggak liat, tatapan orang yang penasaran? Gue yakin, diantara mereka pasti ada yang curiga."
Bree mengedarkan pandangannya. Benar saja, semua teman sekelasnya menatap mereka penasaran.
"APA LO LIAT-LIAT?!"
Terkejut dengan bentakan Bree, semua pandangan yang tertuju pada mereka langsung hilang, seolah mereka sedang sibuk dengan kegiatan masing- masing. Ray tersenyum miring. Gadisnya kali ini memang berbeda.
Tatapan Bree kembali pada Ray. "Lo mau apa?"
"Ntar pulang bareng gue. Gue mau ngajak lo jalan."
"Ogah."
"Wah, kayaknya lo udah nggak inget perjanjian kita," ucap Ray tenang, namun mengancam. Bree hampir sekali melayangkan tangannya untuk menampar wajah tampan Ray, namun ia urungkan. Laki-laki itu memegang kartu As nya.
"Gue tunggu satu menit. Lo nggak dateng, gue langsung pulang," jawab Bree ketus. Ray mengangguk setuju. Ia berdiri, lalu mengusap kepala Bree pelan. "Gue balik kelas dulu. Bye, Baby."
Ray keluar dari kelas Bree dengan senyum merekah. Sangat seru mempermainkan Bree dan emosinya itu. Daniel yang mengekor dibelakangnya terkekeh. "Lo ancem apa si Bree sampe mau-mau aja lo ajak jalan?"
"Kepo amat lo. Rahasia negara," ucap Ray. Daniel hanya menggeleng mendengar jawaban sahabatnya itu.
***
Sebelum bel pulang sekolah berbunyi, Ray sudah meninggalkan kelasnya, membuat Zio dan Virgo mengernyit bingung.
"Mau kemana dia?" tanya Zio, sambil membereskan barang-barangnya.
"Biasa, nyamperin Yang Mulia Ratu," jawab Daniel. Laki-laki itu berdiri, meninggalkan Zio dan Virgo yang masih sibuk membereskan barang-barang mereka.
"Si Ray kali ini beda banget, iya nggak sih? Biasanya dia cuek aja sama cewek-ceweknya," celetuk Virgo.
"Yang kali ini mah beda, bro. Penanganannya harus ekstra," jawab Zio enteng. Ia berdiri disusul Virgo, lalu mereka berdua keluar dari kelas.
Ray sudah sampai di depan kelas Bree, tepat saat bel pulang sekolah berbunyi. Ia menatap ke dalam kelas, melihat Bree yang masih membereskan barang-barangnya.
"Udah ditungguin Ray tuh," ujar Joan, sambil menunjuk Ray dengan dagunya. Bree menoleh malas, melanjutkan kegiatannya. Setelah selesai, mereka berdua keluar dari kelas.
"Yuk," ajak Ray. Ia ingin menggenggam tangan Bree, namun keburu ditepis gadis itu. Joan yang melihat itu, hanya tersenyum.
"Jo, gue sama Bree duluan, ya," pamit Ray. Joan mengangguk. "Bye!"
Bree dan Ray sudah melenggang pergi meninggalkan Joan sendirian. Tak lama, Daniel muncul di belakang Joan. "Lo pulang bareng gue aja."
Joan tersentak, lalu membalikkan badannya. Gadis itu buru-buru menggeleng. "Gue naik taksi."
Tanpa basa-basi, Daniel menggandeng tangan Joan menuju parkiran. Joan sempat meronta minta dilepaskan, namun akhirnya ia menyerah, karena genggaman tangan Daniel cukup erat, walaupun tidak sampai menyakiti Joan.
"Nggak ngerepotin, nih?" tanya Joan. Daniel buru-buru menggeleng. Ia menyerahkan helm cadangannya pada Joan. Setelah Joan memakai helmnya, ia menyusul Daniel naik ke atas motor ninjanya.
"Pegangan, ntar jatoh," ujar Daniel. Joan mencengkram ujung jaket Daniel. Setelah dirasa aman, Daniel melajukan motornya di jalanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH LOVE, BRIANNA. ✓
Teen FictionMenjadi pribadi yang galak dan emosional adalah sebuah bentuk pertahanan diri seorang Brianna Rossana Geraldi. Alasannya sederhana, ia hanya tak ingin terlihat lemah di depan orang lain. Menjadi putri kandung seorang Geraldi tak membuat dirinya bah...