2.

356 39 3
                                    

                                   .

                                   .

Kantor kepolisian wilayah Gangnam.

Karena sudah membuat janji dengan Sooji, Seungho memutuskan untuk pulang kerja tepat waktu. Baru saja ia akan melepas jas kerjanya, pria itu sudah dikejutkan oleh suara rekannya.

"Seungho_ya.. ayo cepat! Kita harus pergi." Sang rekan se'profesi dengan tergesa-gesa masuk ke ruangan dimana ia berada. Tangannya bahkan sudah membawa kotak yang berisi perlengkapan keperluan autopsi.

Yup.

Seungho bertugas dibagian forensik diwilayah kepolisian gangnam. Dia adalah salah satu dokter forensik disini. Pekerjaannya memang tidak bisa mematokkan waktu. Kapan mulai dan kapan harus berakhir. Asal ada tugas panggilan, maka saat itu juga ia harus siap sedia. Karena ini memang adalah tugasnya. Mengambil  jurusan patologi kedokteran dan bekerja dibidang ini  sudah menjadi keharusan baginya untuk mencari tahu penyebab kematian korban dengan cara mengautopsi.

"Apa yang sedang kau lamunkan? Ayo! kita harus cepat. Hendry sudah menunggu."

"Eoh." tanpa berpikir lagi, Seungho melangkah keluar dari ruangannya yang bertuliskan ruang bagian forensik.
Menuju mobil yang sudah terparkir didepan kantor kepolisian.

Sepertinya kencan pertamanya bersama pujian hati harus ditunda. Ia mengeluarkan ponsel dari saku jas. Mengetikkan pesan dan mengirimkan pada kontak yang ia beri nama my little fairy tale. Usai berkirim pesan ia memasukkan kembali ponsel ke dalam saku.

Tidak butuh waktu lama. Ia bersama rekannya tiba disebuah pemungkiman yang masih berada di wilayah Gangnam. Didepan rumah tersebut telah terpasang police line. Begitu tiba dilokasi, mereka menemukan sesosok mayat yang  sudah membusuk dan hampir tak bisa dikenali. Bau amis bahkan memenuhi rumah reok tersebut. Walau sudah memakai masker penutup hidung, mereka bahkan masih bisa mencium aroma yang sangat menyengat.

Tanpa banyak pikir, Seungho dan sang rekan segera melakukan tugas. Tanpa rasa jijik. Dengan tangan yang sudah mengenakan sarung, mereka mulai mencari tahu penyebab kematian korban. Memeriksa tubuh korban yang tampak sudah membusuk.

Setelah berkutat hampir selama setengah jam, autopsi berakhir. Korban dibawa pergi dengan mobil ambulance. Mereka pun keluar dari rumah yang terpasang garis polisi itu. Seungho dan sang rekan melepas sarung tangan dan masker yang mereka gunakan.

"Wah.. aku tidak bisa percaya. Bagaimana bisa, kejadian ini kembali terjadi" Menggelengkan kepala.

Seungho juga berpikiran sama. Di era modern ini, kehidupan ekonomi masih saja begitu timpang. Sang korban dipastikan tewas karena kelaparan dan bukan karena pembunuhan atau semacamnya. Rumah korban tampak sangat bobrok. Sementara rumah disekitarnya begitu megah. Rumah korban bahkan seperti tak layak huni. Tak ada aliran air bahkan listrik.

Setelah hampir satu bulan lamanya kematian korban baru dilaporkan. Bukankah sangat aneh? Apa selama ini bau bangkai tidak tercium oleh yang lain. Para penghuni disekitaran??

Mereka tidak peduli, masa bodo dengan itu. Asal mereka baik saja, mungkin itu cukup. Inilah yang ada dibenak Seungho. Bila saja lebih cepat ada yang melaporkan kejadian ini, maka korban tidak perlu terlihat begitu mengenaskan. Ia bisa segera dimakamkan dengan layak.

"Ayo kesana!" sang rekan menunjuk pada sebuah kedai yang bertenda biru.

"Maaf, aku harus pulang. Aku sudah punya janji dengan seseorang."

"Ayolah Seungho ya. Aiish.. beri aku waktu untuk menghirup udara segar. Aku bahkan masih bisa merasakan bau busuk itu." ia bergegas meninggalkan Seungho yang sepertinya masih melamun.

My perfect couple [completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang