His Another Side

20 4 0
                                    

Semua wanita didunia itu sama saja
Karena itu aku tidak ingin terlibat dengan mereka

Kristal dan Nada sama-sama terkejut mendengar perkataan dari Bunga dan mereka berpikir Bunga sudah benar-benar gila.

"Lu sadar 'kan si brengsek itu cuma bisa nyakitin lu doang?" Kata Kristal marah

"Tapi Kristal-"

"Mungkin efek sakit otak lu gak bener, mending lu istirahat aja." Lerai Nada

Bunga menatap Nada dan Kristal serius "Lu berdua bilang kalo gue harus ikutin apa kata hati gue dan gue bahagia sama dia."

"Bahagia dari mana? Dia nggak tulus ama lu" kini Nada pun ikut kesal dengan sifat keras kepala Bunga

"Mungkin dia punya alasannya sendiri"

Kristal menatap Bunga tajam "Kalo dia tulus, gak mungkin bikin video itu dan bertaruh. Bunga!"

"Ayolah Nada. Lu dipihak gue kan?" bujuk Bunga

Nada menggeleng "Enggak, kali ini gue dipihak Kristal. Dia gak baik buat lu"

"Gaes, please... Bantuin gue."

"Gak" jawab Keduanya bersamaan

Bunga dengan sedih menatap kedua sahabatnya itu "Gue nggak bisa tanpa dia"

"Percaya deh, seminggu lagi lu bakal lupa ama brengsek itu. Hari ini kita balik aja." Kata Kristal berdiri dari duduknya mengambil tasnya dan meninggalkan apartement Bunga diikuti Nada.

"Apa keinginanku terlalu egois?" gumam Bunga kembali terisak dalam apartementnya seorang diri.

***

Dua hari kemudian Bunga berangkat sekolah karena perasaannya sudah lebih baik.

Kristal dan Nada sama sekali tidak meninggalkan Bunga sendiri untuk sedetik pun selama berada disekolah.

Nada dan Kristal secara bergantian memastikan bahwa Bunga tidak akan berpapasan ataupun mendengar nama Raka.

Seperti saat ini Kristal sedang menemani Bunga mengembalikan ke perpus.

Tiba-tiba seorang cowok menghentikan mereka, Kristal memutar bola mata malas

"Kristal, lu belum kumpulin tugas!" kata cowok bertag-name Sandi

Kristal menarik Bunga pergi seolah tidak mendengar panggilan Sandi, namun Sandi lebih cepat dan berhasil mencegat Kristal.

"Hayo, mau lari kemana lagi? Tau nggak gara-gara lu yang lain belum kumpulin tugas" omel Sandi selaku ketua kelas.

Bunga tertawa kecil sedangkan Kristal menatapnya kesal "Kalo gitu, gue ke perpus dulu ya. Kris, fighting!"

Bunga mengepalkan tangannya memberikan semangat pada Kristal yang harus menghadapi ketua kelas paling cerewet seangkatan.

Bunga melangkahkan kakinya menuju perpus melewati lapangan basket, sebuah objek berhasil menarik perhatiannya bahkan tanpa diminta sekalipun.

Raka sedang bermain basket dengan teman-teman satu gengnya, tertawa dan senang.

Tanpa diminta air matanya jatuh membuat Bunga buru-buru menghapusnya dan melanjutkan langkahnya.

Tapi yang tidak Bunga tau adalah sahabatnya menyaksikan hal itu dan menatap Raka benci.

Seminggu berlalu, Bunga sudah bersikap seperti biasa dan sama sekali tidak membicarakan masalah Raka.

Nada dan Kristal juga sudah kembali normal dan sering mengajak Bunga keluar untuk jalan-jalan atau sekedar berkumpul diapartementnya untuk bermain atau mengobrol.

Reminiscence : Her Love storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang