Part 16

1.2K 80 5
                                    


Rara yang tidak dapat terpejam semalaman hanya bisa terbuai dalam lamunan, pikirannya telah berkelana kemana-mana, berbeda dengan Lesti dan Selfi, mereka sudah tertidur pulas walaupun air mata sesekali menetes dari mata bengkak mereka.

"Mungkin ini salah satu efeknya" batin rara

Matanya tertujuh pada jam yang menempel didinding, menunjukan pukul 04.40 suara adzan samar terdengar ditelinganya, dengan perlahan rara mulai menuruni kasur empuknya, kedua kakaknya sengaja tidak ia bangunkan karena rara tau mereka baru tertidur disepertiga malam.

Rara telah keluar dari kamar mandi dengan keadaan segar sehabis mandi, ia langsung mengambil mukenah dan membentangkan sajadah bermunajat kepada sang pencipta alam semesta, selesai sholat diambilah al-quran kesayangannya, lantunan ayat suci keluar dari mulutnya terdengar merdu menyejukan hati, perlahan tapi pasti lesti dan selfi mulai membuka matanya, terdiam dan hanya mendengar ayat yang dibacakan oleh rara, rasanya tenang, indah, dan mendamaikan hati itulah gambaran yang mereka dengar.


Percepat

Rara dengan seragam sekolahnya telah berada didapur rumahnya, sibuk membantu bi inah yang sedang membuat sarapan, satu persatu penghuni rumah mewah itu mulai keluar kamar dan menduduki meja makan, rara menoleh kemereka masing-masing dan tersenyum.

Hening itulah gambaran saat mereka sarapan,  tidak ada sepata katapun yang keluar, mereka semua menikmati sarapan dengan muka tertunduk begitupun dengan ayah, matanya tak sanggup memandang rara, sesaat kemudian rara mulai memecahkan keheningan.

"Kak Lesti... Kakak kapan wisuda, rara pengen liat kakak wisuda" ucap rara yang langsung lesti menoleh kearahnya

"Bulan depan kakak ujian tesis dek... Insya Allah tahun ini wisuda" ucap lesti yang membuat rara bernafas lega

"Om Eja.... Guru agama rara cantik loh, nanti rara kenalin ya, ibadahnya jempol" ucap rara kepada Reza

"Iya sayang siapa tau jodoh, om eja ngak mau dilangkahi sama kakak kamu" ucap reza yang menunju lesti dengan wajahnya.

"Rara mau liat om eja nikah, bang uwan juga, jangan lama-lama gantungin anak orang, kasihan tau, entar keburu disabet orang" ucap rara yang membuat ridwan tersenyum dan mengangukan kepalanya.

"Dek..." Gilang mulai membuka suara

"iya yah..." jawab rara yang langsung menoleh kearah gilang

"Maafin Ayah" ucap gilang lirih, dan rara mulai menatap mata gilang yang sudah berkaca-kaca

"Ngak ada yang perlu dimaafin ayah, rara sudah ikhlas, ayah ngak perlu merasa bersalah, rara udah nerima semuanya" ucap rara yang membuat gilang tak dapat membendung air mata lagi.

Gilang langsung berdiri dan berjalan kearah tempat duduk rara yang berada disebelah lesti disisi sebelah kanan meja makan, menariknya dengan lembut lalu memeluk erat tubuhnya dan menangis sejadi-jadinya, semua orang yang menyaksikan ayah dan anak itu larut dalam tangisan.

"Maafin ayah dekk... Maaf... Hiksss... Hiksss" ucap gilang lirih

"Ayahhhh.... Ayah jangan nangis lagi, rara ngak suka..." ucap rara yang masih dalam pelukkan gilang

"Engak dekkk.... Nie lihat ayah udah ngak nangis lagi... tu air matanya ngak keluar lagikan" ucap gilang yang dengan cepat tangannya menghapus air mata dan rara tersenyum

"Ayahhhh... Nanti ayah mau ngak nemenin rara kerumah sakit, kemarin rara denger hari ini rara harus cek kerumah sakitkan"

"Iya sayang ayah mau.... Ayah akan temenin adek terus, ayah akan selalu ada buat adek, apapun keadaannya ayah akan selalu ada buat adek" ucap gilang dengan penuh semangat.

"Sayang hari ini sekolahnya dianter mimo sama pipo ya? Kak ceppy ngak usah bawa mobil" ucap lilis dan rara menoleh kearahnya

"Terus nanti kerumah sakit gimana" ucap rara

"Ayah yang jemput" ujar gilang memotong ucapan rara

"Tapi om eja ikut, rara mau kenalin sama guru agamanya rara" ucap rara yang dianggukan oleh Reza


Percepat

Mobil Reza telah memasuki area parkir sekolah, mereka menggunakan mobil reza untuk mengantar selfi dan rara, gilang sudah menyuruh menggunakan salah satu mobil yang ada dirumah mereka tapi reza menolaknya.

"Bu Yana....." teriak rara pada seorang guru yang sedang berdiri tak jauh dari pintu gerbang.

Rara langsung berlari menuju tempat gurunya berdiri diiringi selfi, reza, mimo dan pipo, sesaat sampai ditujuan rara langsung menyodorkan tangan untuk bersalaman dan mencium punggung tangan gurunya itu.

"Bu.... kenalin ini Oom nya rara"

Reza menagkupkan kedua tangannya begitupun yana.

"Reza Zakaria Om nya rara" ucap reza

"Uyaina Arsyad gurunya rara" ucap yana

"ini Mimo dan Piponya rara" lilis dan dony hanya menggangukan kepalanya

"Bu.... Om nya rara ngak mau pacaran, jadi rara mau ngajuin ta'aruf buat omnya rara" ucap rara to the point yang membuat mata reza terbelalak

"Ini biodata Om Eja" rara menyodorkan beberapa lembar kertas
"disana sudah rara buat dengan jelas sejelas-jelasnya, silahkan ibu pelajari, terus juga ada no telponnya, tapi ibu ngak boleh telpon kesana, ibu sholat istikhara dulu, kalau ibu terima pinanganya ibu telpon ke nomor yang dibawahnya, itu no ayahnya rara, kakak om eja, atau ibu telpon rara aja nanti rara yang bilang, kalau ibu tanya orang tua om eja, oma sama opa rara udah tua, oma opa pasti nyerahin semua ke ayah, rara harap sih ibu mau jadi istrinya om eja... He...he...he" ucap rara dengan panjang lebar yang membuat reza terdiam, disisi lain selfi dan mipo hanya tertawa sambil menutup mulut mengunakan tangan.

"Kapan anak itu buatnya, mana ada fotonya lagi" batin reza yang melirik kertas ditangan yana berisikan biodata dirinya dengan lengkap.

"Kenapa mesti bu ra" ucap yana

"Ngak tau bu, kayak klik aja dihati, mungkin signal dari Allah kali" ucap rara
"bu... Om Eja ibadahnya jempolan loh.." bisik rara sambil berlari kearah koridor sekolah meninggalkan orang-orang disana.

"Rara... Rara... Maaf bu, kita pamit dulu, titip rara dan selfi ya, Assamu'alaikum" ucap reza dengan kaku yang membuat Lilis dan Dony kembali tertawa

"Ii...yyaaa.. Wa'alaikumsalam" jawab yana dengan wajah merah merona

Merekapun berjalan meninggalkan area sekolah, kali ini dony yang berada dikursi sopir dan reza disebelahnya, serta lilis berada di kursi penumpang belakang.

"Ammpuunnn ponakkan satu itu, bikin malu, gue kira baru mau kenalan, ngak nyangka dia kepikiran sampe kayak gitu" ucap reza didalam mobil yang membuat lilis dan dony tertawa terbahak-bahak

"Sumpah ja, muka elo tadi gue ngak nahan, kejadian tadi mesti gue ceritain sama mbak soimah.... Hahahahahaha..." ucap Lilis dari kursi penumpang

"Tapi elo sukakan, buktinya waktu rara ngenalin elo merhatiin wajahnya terus, ngak usah bohong gue liat muka elo" ucap dony yang membuat raza menoleh kearah dony

"Suka sih mas, tapi ngak gitu juga, malu gue"

Reza kambali terdiam, matanya sekarang
tertuju ke luar jedela, bukan memperhatikan keadaan diluar melainkan larut dalam lamunannya.



Bersambung

Ayo kira-kira apa isi pikiran Om Eja??
Jangan lupa vote dan comment ya
😊😊😊

Harapan Itu Pasti AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang