Part 34

1K 67 10
                                    


Setetes air mata mengalir diekor mata rara, hal itu membuat gunawan terkejut lantara selama ini rara tidak merespon apapun.

"Ra.... Gue tau elo pasti bangun, gue sayang elo ra, gue cinta elo, gue yakin elo pasti bangun, gue...." ucapan gunawan terhenti tak kalah merasa ada yang aneh, genggaman erat tangan gunawan di balas oleh rara yang juga mengenggam erat

Gunawan mengangkat kepalanya matanya terbelalak melihat rara, mata rara terbuka melihat gunawan dengan tatapan sayu, berkedip ingin tersenyum namun tak bisa dikarenakan mulutnya terganjal benda penopang hidupnya selama ini. Tangan sebelah kiri ingin melepaskan namun ditahan oleh gunawan.

"Jangan...." ucap gunawan sambil memegang tangan rara yang akan menarik alat ventilator yang berada dimulutnya

"Terima kasih sayang, terima kasih..... " ucap gunawan sambil mencium tangan, pipi, dan kepala rara serta memeluknya pelan

"Tunggu sebentar... SUSTERRRRR...... DOKTER......" ujar gunawan yang langsung memanggil suster dan dokter yang telah standby diruangan

air mata gunawan terus mengalir dengan derasnya, tangannya gemetar bibirnya pun ikut bergetar dan tubuhnya berdiri kaku tak jauh dari rara, bibirnya terus berucap terima kasih, serta tak lepas bersalawat kepada sang Nabi.

Sedikit miris saat gunawan melihat para suster melepaskan alat ventilator dari mulut rara, hatinya sakit wanita yang ia cintai harus merasakan semua itu.

"Hueekkkkkkk...."

Darah segar keluar dari mulut mungil rara dan dengan cepat para suster mengelap mulut rara, dan mengganti alat ventilator dengan selang oksigen yang terpasang dihidungnya tetapi selang makan atau selang nasogastrik tetap terpasang disana.

Setelah selesai dokter mulai mendekati tempat gunawan berdiri kaku.

"Keadaan Pasien normal, siang nanti akan kita pindahkan ke ruangan HCU karena masih dalam tahap pengawasan, jika terus membaik, kemungkinan lusa bisa kita pindahkan keruang rawat biasa, jangan buat dia berfikir berat, dia hebat, wanita yang kuat" ucap gunawan sambil menepuk bahu gunawan dan meninggalkannya

Gunawan berjalan pelan kearah rara dengan air mata yang masih menetes dan dibalas dengan senyuman oleh rara dan duduk disamping rara.

"Haaauuuuusssss" ucap rara terbata dan pelan

Dengan cepat gunawan mengambil kapas dicelupkan ke air lalu dibasahi bibir rara dengan pelan.

"Gue kangen....." ucap gunawan sambil menateskan air mata

"Jangan nangissss, gueeee ngaakkk suukkkaaa" ucap rara tetap terbata sambil menghapus air mata gunawan

"enggakkk ini bukan air mata sedih, tapi air mata kebahagiaan, terima kasih ra, terima kasih udah bangun, terima kasih atas perjuaangan kamu, terima kasih udah kembali, terima kasih.... Terima kasih..." ucap gunawan sambil terus menjatuhkan ciumannya lembut ke kening rara 

"Please jangan pernah elo tinggalin gue lagi"

"Kali ini elo harus ajak gue....."

Jari telunjuk rara diletakkan ke bibir gunawan, sambil tersenyum dan menggelengkan kepalanya

"Astaga ra, gue lupa ngabari keluarga elo, mereka pasto bahagia, bentar ya" gunawan langsung berdiri keluar dan menelpon ditekan no ridwan.

Tut......tut....tut

"Hallo bang, Assamu'alaikum abang udah dirumah?"

"..............."

"Bang.....rara bang....."

Harapan Itu Pasti AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang