Part 39

1K 82 11
                                    

Maaf maaf maaf baru bisa up cerita sekarang

Karena Author sedang menyiapkan cerita baru

Author tetap akan menyelesaikan cerita ini kok

Selamat membaca dan selamat menikmati

😊😊😊😊😊




************************************












Disisi lain, lesti yang dari tadi mendengar pembicaraan gunawan dan rara hanya menutup mulutnya dengan tangan takut suara tangis keluar lolos dari mulutnya, air matanya pun sudah membanjiri pipi lesti

"ada jaminan elo pergi duluan" ucap rara yang membuat gunawan seketika menoleh kearahnya

"Emang elo tau apa yang ada dipikiran gue" ucap rara kembali yang tetap gunawan  memandang kearah rara

Gunawan langsung penggelengkan kepalanya

"Elo pikir, gue nerima-nerima aja nasib gue kayak gini"

"Elo pikir gue ngak ngeluh, elo pikir gue nerima takdir gue kayak gini"

"Enggak Ndi.... Terus gue mesti teriak-teriak kesemua dokter buat nyembuhin gue... Atau gue nangsi dipinggir jalan biar penyakit gue ilang, enggak juga Ndi"

"Guekan pernah bilang sama ele dulu, gue pernah berfikir mau bunuh diri karena ngak nerima vonis dokter"

"Tapi...... Percuma ibadah gue selama ini... Sia-sia..."

Rara menghentikan suaranya seketika keheningan menyelimuti mereka kembali

"Ndi......"

"Elo tau ngak dipikiran pertama gue waktu gue bangun"

"Gue..... Gue liat elo, elo nangis diujung kaki gue, saat itu gue mau ngomong kenapa elo nangis, seharusnya gue yang nangis, kenapa gue bangun? Kenapa gue sadar? Kenapa gue kembali kedunian ini lagi? Elo bisikin ucapan terima kasih berulang kali, saat itu gue pengen marah sama elo, kenapa elo berusaha bangunin gue, gue pengen maki-maki elo..... seharusnya gue udah tenang sama bunda dan elo tau selama gue koma gue ngapain?"

Gunawan menggelengkan kepalanya kembali

"Gue ketemu bunda, gue cerita banyak sama bunda, gue tiduran dipahanya, bunda ngelus kepala gue terus disana gue bisa lari-lari, gue bisa ketawa-ketawa tanpa merasakan sakit dan minum obat, gue bahagia saat itu, gue ngak mau pulang"

"tapi....... Bunda bilang, apa gue ngak kasihan sama kak Lesti, tiap malem dia nangis, tiap sholat dia nangis, tapi didepan orang-orang dia selalu tersenyum tanpa beban ngak pernah ngeluh sedikitpun, bunda juga bilang kalo gue pergi ayah akan ngerasa bersalah, ayah akan menganggap dirinya orang tua yang gagal, bunda juga bilang gue punya saudara tiri yang melebihin saudara kandung, ibu sambung bagaikan ibu kandung tanpa membedakan anak kandung dan anak tiri, bunda juga bilang banyak orang-orang yang sayang sama gue, termaksud elo, kata bunda kalo gue langsung pergi tanpa pamit, gue akan membuat luka dihati mereka, gue ngak mau itu Ndi"

"Perlahan gue terima takdir gue, dari vonis kena Alzaeimer sampe kena kanker dan terakhir gue lumpuh, gue tau waktu itu bang fildan bohong sama gue, dia bilang klo kaki gue ngak bisa gerak karena udah lama ngak dipakek, padahal itu bohong, biar gue seneng ajak kali, tapi nyatanya enggak"



Flashback on

"Ra... Bisa dimiringi badannya" ucap fildan kepada rara dan dijawab gelengan

Harapan Itu Pasti AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang