Part 27

953 72 4
                                    


Rara berjalan gontai, setelah meraih kunci mobil dilemari kaca rara berjalan santai Ke arah pintu utama, kunci pintu itu masih tertempel disana dengan mudah rara membuka pintu dan mulai berjalan kearah mobil berjenis Toyota Camry yang terparkir belakang sekali, mobil itu milik ridwan, ridwan pulang larut malam karena sehabis mengantarkan rani pulang kerumahnya.

Rara mengendarai mobil dengan pelan menuju gerbang utama, dengan tatapan yang selalu mengarah kedepan, dan rara fokus membawa mobil itu, sempat terhenti digerbang utama karena melewati pemeriksaan security setempat, setelah keluar dari kompleks perumahan rara menjalankan mobilnya menuju sekolah, saat tiba disekolah dipinggirkan mobilnya dan berjalan keluar dari mobil, dilihatlah dengan seksama area sekolah itu, sepi, kosong dan gelap, tangannya memegang pagar besi besar itu menghoyang-goyangkan berharap dapat terbuka namun nihil pagar kokoh itu terkunci rapat dengan gembok besar sebagai penghalangnya lampu sekolah pun tak menyala hanya ada sebuah lampu didekat gerbang yang menyala.

Tanpa suara rara melangkahkan kakinya kembali kemobil, menjalankan mobilnya entah kemana, berputar-putar dikota Jakarta yang besar, pagi itu cukup sepi karena hari libur jadi tak banyak mobil yang berlalu lalang dikejar jam kantor, maka suasana jalanan cukup lengah. Jam menunjukan waktu 04.30 subuh rara masih setia didalam mobil kali ini ia berhenti dipinggir jalan tepat didepan sebuah restoran bernuansa sunda, kiri dan kanan restoran itu dipenuhi tanaman air khas persawahan dari luar nampak banyak saung-saung beratapkan daun nipah,
Seketika muncul wajah Adiez dipelupuk matanya, pikiriannya kembali kemasa kecil saat Gilang membawanya kesawah mencari belut dan bermain diirigasi sawah sedangkan sang bunda menunggu disaung bersama lesti, senyum rara terpancar saat kenangan manis itu muncul.

"Bunda....." suara lemah yang keluar dari mulut rara

Mobil yang berhenti kembali ia jalankan kali ini mulai memasuki area tol menuju kota Tasik, sang bunda asli orang tasik, ia lahir disebuah desa kecil dibawah kaki Gunung Galunggung. Desa kecil nan sejuk dengan latar belakang perbukitan. Adiez merupakan anak tunggal dari pasangan yang hidup sederhana yang hanya menggantungkan nasib dari hasil panen sawah, berkat kecerdasan Adiez yang ia turunkan ke kedua anaknya adiez memperoleh beasiswa SMA dan kuliah diJakarta dan bekerja disana sampai bertemu dengan gilang dan menikah dengan gilang. Kedua orang tua adiez telah lama meninggal pertama ayahnya lalu disusul oleh ibunya, itulah mengapa gilang tidak pernah berkunjung ke tanah kelahiran adiez lagi.

Mata rara terus fokus kedepan, perlahan tapi pasti rara tetap menjalankan mobilnya dijalanan tol. Senyumnya selalu terpancar diwajah manisnya, sesekali mata kecilnya tak nampak karena ditarik pipi chubby yang terus tersenyum.

Tepat jam 09.20 pagi rara memasuki kota Tasik, saat memasuki jalanan yang sepi dengan kiri dan kanan dihiasi oleh pohon mahoni yang rimbun, mobil ridwan mulai kehabisan bahan bakar, rara sempat meminggirkan mobil sebelum akhirnya mobil itu tidak mau menyala, rara keluar dari mobil dan mencoba berjalan dipinggiran trotoar, perut kosongnya tak ia hiraukan, karena pandangan tetap kearah depan dengan senyum manis tetap berada dibibirnya sambil menbawa tas sekolah dibahunya.

Hampir 10 menit rara berjalan kaki kini pandangannya tertuju diseberang jalan, sebuah danau kecil yang ditumbuhi rumput liar dipinggirannya, tanpa menghiraukan kiri dan kanan dengan santai ia menyebrang jalanan itu, ternyata dari kejauhan sebuah mobil berwarna merah berjenis Honda Jazz berjalan dengan kecepatan tinggi, bunyi desingan ban dan aspal serta asap yang keluar dari ban itu menandakan si pemilik mobil sedang berusaha menginjak rem dengan kerasnya bersamaan dengan suara klakson mobil yang nyaring tak membuat tubuh rara menghindar dari mobil itu.

CCCIIIITTTTTT..........TTTIIIIIINNNNNNNN

DUUUAAARRR........

BRUKKKKKK........

Harapan Itu Pasti AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang