Part 21

1.1K 78 4
                                    


Ridwan dan lesti berada dalam satu mobil belakangan ini ridwan melarang lesti mengendarai mobil karena ia tau lesti sering melamun memikirkan keadaan rara takut terjadi apa-apa pada lesti jadi ridwanlah yang rela mengantar jemputnya ke kantor maupun ke kampus.

Saat mobil mereka mulai memasuki area kompleks perumahan dari dalam mobil lesti melihat rara sedang berdiri dan dipeluk oleh seseorang, sontak lesti kaget, pasalnya ia tau rara tidak mempunyai kekasih.

"Abang.... Abang setop... Setop...liat itu rara bukan... Iya rara bang..... Abang rara sama siapa... Kenapa tu cowok peluk-peluk rara.... Jangan-jangan rara dihipnotis... Abang jangan-jangan rara mau diculik.... Abang cepet setop" ucap lesti dengan cemasnya

"Apaan sih dek... Mana?" ucap ridwan

"Itu bang" Lesti menunjuk ke arah rara dan gunawan berdiri.

Dengan segera Ridwan memarkirkan mobilnya dipinggir jalan, seketika lesti langsung berlari menuju tempat rara berdiri, dengan cepat ridwan mengejar dan membekap mulut lesti, serta menariknya ke belakang pohon tak jauh dari tempat rara berdiri.

"Eeemmm... Eeemmmm..." suara yang keluar dari mulut lesti

"Sssshhhhuuutttttt..." jari telunjuk ridwan yang diletakan di bibirnya sendiri.

"Apaan sih bang...."

"diem dulu abang kenal sama tu cowok, dia itu adek ya awan temen SMA abang, anaknya om Ramzi ama tante Inul, inget kan elo" ujar Ridwan yang membuat lesti menerawang

"bukannya dia diluar kota bang, tapi kok udah disini?"

"abang juga bingung, ya udah kita dengerin aja mereka ngomong apa" ujar ridwan yang di anggukan oleh lesti.

Lumayan lama mereka berdiri dibalik pohon, mendengar dengan seksama apa yang gunawan dan rara bicarakan, tak terasa air mata Lesti telah turun dengan derasnya, belum selesai pembicaraan antara Gunawan dan rara, lesti mengajak ridwan untuk pulang.

"Bang ayok pulang, nanti keburu rara liat kita?"
Ucap lesti yang langsung meninggalkan diridwan.

Percepat

Rara telah memasuki area rumahnya, setelah diantarkan oleh gunawan rara secara terus menerus tersenyum.

"Assamu'alaikum" ucap rara saat membuka pintu utama

Lesti, selfi dan ridwan yang sedang berada diruang tengah langsung berdiri dan berjalan kearah rara.

"Wa'alikumsalam" ucap mereka kompak

"Dek.... Kita butuh penjelasan" ucap selfi to the point pada rara

Rara mengerti maksud selfi, ia pasti meminta penjelasan mengapa ia dapat dekat dengan gunawan.

"Nanti aja ya kak selesai makan malem rara jelasin, rara capek, bentar lagi mau magrib" ucap rara yang langsung meninggalkan Ridwan, Lesti dan Selfi.

Ridwan, Lesti dan Selfi hanya terpaku memandang satu sama lain.



Percepat

Rara keluar dari kamarnya dengan perlahan, entah mengapa kali ini tangan dan kakinya tidak bisa diajak bersahabat, selesai sholat magrib tadi rara merasakan kaki dan tangannya sulit untuk digerakkan.

Saat menuruni anak tangga tangan kirinya berpegang keras pada pinggiran anak tangga itu, Ridwan yang baru keluar dari kamar melihat rara dengan susah payah menuruni anak tangga, matanya tertuju pada kaki rara yang diseret perlahan, pikiran ridwan kembali pada ucapan fildan beberapa hari yang lalu suatu saat rara akan kesulitan berjalan, dengan cepat ridwan menghampiri rara.

Harapan Itu Pasti AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang