Part 32

1K 70 8
                                    


Lesti masih setia menunggu didepan pintu, sesekali mengintip melalu kaca pintu walaupun Ia tak terlihat sedikit pun, nampak jelas raut wajah kecemasan lesti, ini bukan hal pertama yang lesti rasakan saat rara mengalami Anfal, tapi ini selalu menjadi suatu momok yang paling menakutkan bagi lesti.

Lesti menyandarkan tubuhnya didinding ruangan itu, saat pintu terbuka nampaklah tubuh Fildan, dengan cepat lesti berjalan kearah fildan.

"Bang.... Gimana rara" ujar lesti denga nada cemas

"Alhamdullilah" ucap fildan dan membuat lesti dapat bernafas lega

"Lesti bisa liat rara bang?" ucap lesti kembali

"Maaf dek belum bisa, nanti ya jam besuk berikutnya" ucap fildan kembali

"Hufffhhhhh ya Udahlah" ucap lesti sambil menghembuskan nafasnya

"Dek... Abang mau ngomong bisa ikut keruangan abang" ucap fildan kembali dan dianggukkan oleh lesti

Mereka berjalan berdampingan sambil berpegangan tangan menyelusuri koridor rumah sakit tanpa ada pembicaraan, sepuluh menit berjalan fildan membawa lesti ke ruagannya.

Ruangan serba putih khas para dokter untuk prakteknya, didalam ruangan ada beberapa hiasan dinding berupa gambar-gambar saraf manusia, dimeja kerja terdapat papan nama yang tentunya nama fildan beserta gelarnya Spesialis Neurologi, dan terdapat 2 buah foto kecil dan terlihat cukup jelas, foto fildan bersama para sahabatnya dan jelas foto fildan bersama lesti.

fildan menarik kursi yang berada didepan meja kerjanya untuk mempersilahkan lesti duduk dan fildan duduk berhadapan dengan lesti, menatap dalam mata lesti dan menggengam erat tangan lesti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


fildan menarik kursi yang berada didepan meja kerjanya untuk mempersilahkan lesti duduk dan fildan duduk berhadapan dengan lesti, menatap dalam mata lesti dan menggengam erat tangan lesti.

"Dek..... Abang mau ngomong serius sama dedek" ucap fildan dengan wajah serius, dan dibalas lesti dengan tatapan serius pula

"Dedek sayang sama rara kan?" ucap fildan kembali dan dianggukan oleh lesti

Fildan berdiri dan mengambil sebuah map berisi laporan kesehatan rara. Duduk kembali didepan lesti lalu memberikan map tersebut
"Ini hasil laporan kesehatan rara dari beberapa dokter yang menanginya selama seminggu ini, abang baru membacanya, baru dedek yang abang kasih liat, belum ke om Gilang" ucap fildan

Lesti mulai membuka lembar demi lembar, dan mengerutkan dahinya.

"Jujur bang lesti ngak ngerti, abang bilang aja ada apa dengan rara" ucap lesti

"Gini dek.... Dedek beneran kan sayang sama rara?" ucap fildan kembali

"Udahlah bang jangan bertele-tele, to the point aja" ujar lesti dengan nada sedikit naik

"Ok dari hasil laporan ini, rara mengalami Mati Otak atau Brain Death, mati otak ini mengacu kepada kondisi tiadanya distribusi darah dan oksigen ke otak yang menyebabkan seluruh sistem otak termasuk batang otak, saraf dan bagian-bagian otak lain yang mengatur aktivitas kehidupan tidak lagi bekerja dengan sempurna......" ucap fildan terhenti

Harapan Itu Pasti AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang