Halo ☺️
Jangan lupa vote dan komen 😊
Selamat membaca 💜
__________________________________Dering ponsel menarik perhatian Sana yang baru selesai membersihkan diri di kamar mandi. Ia memungut benda hasil kerja kerasnya yang layarnya menampilkan nama sang sahabat.
"Halo, Ra?" sapanya setelah menekan tombol terima.
"Na, besok kamu libur 'kan?" Suara Aira, sahabatnya, terdengar dari seberang telepon.
"Iya." Besok memang jatahnya mengambil libur yang ditetapkan seminggu sekali.
"Besok ketemu, yuk? Di kafe dekat panti."
"Oh, iya."
"Jam sepuluh pagi, ya?"
"Iya, tapi, ada apa?" Sana bertanya penasaran. Pasalnya, sahabatnya itu jika ingin bertemu biasanya langsung berkunjung ke panti asuhan tempat Sana tinggal. Namun kali ini gadis itu mengajak bertemu di luar. Menimbulkan pertanyaan-pertanyaan di benak Sana.
"Aku nggak bisa cerita di telepon, Na. Kamu tunggu besok, ya?"
Sana menjawab dengan ragu. "Oh, iya."
"Ya udah, aku matiin, ya? Bye? Sampai ketemu besok." Sambungan telepon terputus sebelum rasa penasaran Sana terjawab. Ia kebingungan dengan tingkah sahabatnya.
Ada apa, ya?
Aira mau ngomongin apa?
Apa hal penting?
***
Sana tiba di kafe lebih dahulu. Ia memesan segelas ice blend sembari menanti kehadiran sang sahabat. Detik demi detik berlalu. Namun, sosok yang dinanti tidak kunjung datang. Padahal Sana sudah meminum setengah dari ice blend pesanannya. Kok Aira nggak datang - datang? Sana menunggu dengan jantung berdebar. Dia mau ngomong apa, ya? batin gadis itu tidak sabar.
"Hai, Na?" Aira muncul setelahnya. Sana sedikit bernapas lega meski hatinya masih merasa tidak tenang.
"Sorry, ya? Tadi ada urusan mendadak." Aira menyebutkan alasan keterlambatannya.
"Iya." Kemudian Sana memberikan waktu untuk Aira memesan minuman. Gadis itu menanti hingga sahabatnya selesai menyeruput ice mocca.
"Jadi gini ...." Sana melihat Aira menarik napas lalu mengeluarkannya perlahan. Hal itu seketika membuat Sana menjadi takut.
"Kamu ingat Bibi Daisy, nggak? Bibiku yang sering kita kunjungi waktu SMA?" Sana memutar ingatannya pada kakak dari ibu Aira yang ditinggal mati suami dan tidak memiliki anak.
"Iya, ingat." jawabnya singkat.
"Dia 'kan kerja jadi kepala pelayan di rumah salah satu pengusaha terbesar di Indonesia 'kan?"
"Iya." Terus?
"Jadi, putra sulung pengusaha itu ketahuan pacaran sama anak saingan pengusaha itu." Lalu?
"Mereka dipaksa putus. Terus si pengusaha ngejodohin putranya sama putri rekan bisnisnya."
"Oh, terus?" Sana terus menyimak dengan saksama.
"Si putra sulung nolak." Aira kemudian menatap Sana dengan intens. Membuat Sana dag dig dug di tempatnya.
"Terus dia nyari orang buat ...." Aira mendekatkan bibir pada telinga Sana. Meningkatkan ketegangan yang dirasakan oleh gadis itu yang bahkan tidak sadar telah menahan napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sana : Work, Marriage, Love
ChickLitSebuah permainan berpola segitiga. Ananda Sana terikat pada lembaran kertas berisikan sebuah perjanjian yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak secara sah dan resmi. Hal tersebut membuatnya berpikir ribuan kali untuk jatuh pada pesona sese...