2.9 | hal buruk diujung hari

298 55 18
                                    

I thought today would be fine, in fact it wasn't.
—Dira.

Malam sebelum ujian terakhir dilaksanakan, Dira sudah duduk berjam-jam di kursi belajarnya sembari menatap banyaknya soal yang sudah ia kerjakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam sebelum ujian terakhir dilaksanakan, Dira sudah duduk berjam-jam di kursi belajarnya sembari menatap banyaknya soal yang sudah ia kerjakan. Ia hanya ditemani oleh segelas air putih yang tak pernah Dira sentuh sekali pun. Sesekali Dira mengelap darah yang keluar dari hidungnya lalu kembali sibuk dengan materinya. Bahkan Dira sampai tidak sadar ada yang memencet bel rumahnya sedari tadi.

Ferral yang berada di balik pintu rumah Dira mengernyit sembari memencet bel itu berkali-kali, tapi tetap tidak ada jawaban. Akhirnya Ferral dengan tidak sopannya masuk ke dalam rumah itu dan langsung mendatangi Dira.

"Pantesan," gumam Ferral sembari menaruh beberapa barang yang ia bawa di kasur Dira.

Ferral mengusap lembut kepala Dira sembari menyodorkan perempuan itu gelas yang sedari tadi berada di pinggir mejanya itu. Dira menerimanya sembari mengernyit bingung, mengalihkan tatapannya dari banyak rumus yang sudah membuatnya pusing.

"Kenapa ke sini tiba-tiba?"

Ferral berjalan menuju kasurnya dan mengambil satu kardus yang ukurannya cukup besar. Ferral duduk di sudut ruangan, tepat di samping ranjang Dira. "Gue punya sesuatu yang bisa bikin lo lepas dari obat tidur lo itu," ujar Ferral membuat Dira ikut duduk di samping laki-laki itu.

Setelah menancapkan kabel itu pada stop kontak, Ferral menatap mata Dira sebelum membuka penutupnya. "Siap?" tanya Ferral yang dijawab anggukan semangat oleh Dira.

Saat Ferral sudah membuka penutup benda itu, kedua mata Dira langsung berbinar menatap kamarnya, jantungnya berdetak sangat kencang, senyumnya melebar. Dira baru merasakan hal ini lagi, disaat ia tidak bisa mengatakan apa-apa dan hanya menikmati apa yang ia lihat.

"Lo suka?"

"Banget!"

Dira mengalihkan pandangannya, mengangguk semangat lalu menghamburkan pelukannya pada Ferral. "Makasih," ucap Dira pelan.

Ferral tersenyum kecil, mengusap punggung Dira, matanya masih menatap ke atas ruangan. Ferral tau Dira membenci pantai dan ombak. Tapi Ferral juga tau bahwa Dira mencintai ketenangan lautan.

Dan lagi, Ferral lebih unggul dari Devan.

• • •

"Ra!"

Dira yang baru saja ingin keluar dari gerbang sekolahnya berbalik, menatap perempuan yang sudah hampir 3 tahun ini menjadi sahabatnya sejak awal masuk SMA. Tak terasa mereka akan berpisah setelah melewati banyak hal bersama-sama. Tapi Dira ragu apakah ia akan mengingat Kezia saat ia tua nanti dan menceritakan Kezia pada anak dan cucunya, atau malah melupakan Kezia begitu saja setelah kelulusan nanti.

Kezia tersenyum lebar setelah sampai di hadapan Dira. "Gue ngerasa, kita jauh banget semenjak lo sama Rena ada masalah."

Dira tersenyum tipis mendengarnya.

falling | on holdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang