2.6 | ilusi liar

400 55 22
                                        

How could it be forgotten when he was always bye my side?
—Dira.

Dira membuka matanya perlahan, hal yang pertama kali ia lihat adalah wajah Ferral

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dira membuka matanya perlahan, hal yang pertama kali ia lihat adalah wajah Ferral. Hal yang paling Dira impikan sejak dulu. Senyum terukir di bibir Dira, perempuan itu mendekatkan wajahnya pada wajah Ferral, mencium bibir laki-laki itu sebelum semuanya kembali menghitam.

Sinar matahari berhasil membuat Dira terbangun dengan terkejut. Pertama, karna ini bukan kamarnya dan yang kedua sudah jam berapa ini sampai sinar matahari bisa membangunkannya?!

Buru-buru Dira turun dari kasur, saking terburu-burunya, kakinya yang terlilit di selimut, membuat tubuhnya terjatuh. Bila saja tidak ada tangan yang menahannya, pasti pagi ini ia sudah mencium lantai.

Ketika melihat siapa yang menahan tubuhnya tadi, buru-buru Dira menjauhkan tubuhnya dari Ferral. Perempuan itu mengalihkan pandangannya kemana saja, yang penting bukan kedua bola mata itu. Lalu pandangannya jatuh pada baju yang ia kenakan. Seingatnya ia kemarin masih mengenakan baju seragamnya, mengapa kini ia sudah memakai hoodie yang ukurannya sangat besar ini?

Dira membulatkan kedua bola matanya. "Siapa yang ganti baju gue?!" pekik Dira histeris.

Ferral terkekeh, ia menaruh coklat panas di meja samping kasur. "Siapa lagi kalo bukan gue?"

"Ferral!"

Tawa Ferral seketika meledak melihat raut wajah Dira. "Bukannya lo yang minta diperkosa?"

Dira mengambil bantal dan melemparkannya pada laki-laki itu. Tapi Ferral dengan gesitnya menghindar dan keluar dari kamar. Begitu juga Dira, dengan wajah marahnya perempuan itu mengikuti Ferral hingga Dira baru sadar ia berada di rumah Ferral. Aroma masakan tercium membuat Dira mengerjapkan matanya dengan cepat. Ferral sudah hilang dan Dira masih diam di tempat, mencerna semua kejadian yang ia lalui.

Perlahan matanya beralih menatap tubuhnya, Dira mengintip kondisi tubuhnya lewat lubang pada leher hoodie Ferral. "Mana bau ketek lagi."

Sedetik kemudian Dira memukul kepalanya sendiri karna memikirkan hal yang tidak masuk akal itu.Dira memejamkan matanya lalu menggeleng sebelum ia berlari menuruni tangga dan duduk di kursi meja makan.

"Tante, bukan Ferral kan yang ganti baju Dira?!" tanya Dira begitu ia melihat Bunda Ferral sedang masak di dapur.

Resta langsung tertawa begitu mendengar pertanyaan dari Dira. "Bukanlah Sayang."

Jawaban itu membuat Dira lega. Dira memicingkan matanya pada Ferral yang sedang tersenyum sembari meneguk minumannya. Dira berdecih, menyenggol dengan sengaja gelas yang Ferral pakai minum dengan tangannya, membuat laki-laki itu tersedak.

Sarapannya pagi ini berhasil membuat Dira seperti berada di keluarga kecil sungguhan. Apalagi Ayah Ferral yang sangat amat lucu itu ikut sarapan bersama mereka. Jadi meja makan tidak terasa sepi bagi Dira. Lalu pandangannya Dira jatuh pada bibir Ferral yang sedang tersenyum itu. Dira memejamkan matanya lalu menggeleng, ia pasti sudah gila!

falling | on holdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang