0.9 | polaroid yang sangat berarti

382 67 24
                                    

Stay with me, it should be like that.
—Devan.

Semi final hari ini akan berlangsung, Dira memakai baju yang tipis, pasti akan banyak orang di sana, dan ia tidak mau berkeringat karna hal itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semi final hari ini akan berlangsung, Dira memakai baju yang tipis, pasti akan banyak orang di sana, dan ia tidak mau berkeringat karna hal itu. Ia menyemprotkan banyak parfum ke tubuhnya lalu berlari kecil keluar dari rumahnya, menaiki motor Kenzo yang sedari tadi sudah menunggunya.

Devan, Ferral dan Raka setengah jam yang lalu sudah berada di sana sembari melakukan pemanasan. Dira duduk di samping Kenzo, di sana juga sudah ada teman-temannya yang lain. Di tribun sebrangnya, Dira dapat melihat Yura yang berada tak jauh dari tepi lapangan.

Mengapa dimana-mana selalu ada cewek itu sih?

Pertandingan semi final antara SMA Garuda melawan SMA Jaya berlangsung, membuat pendunung dari dua sekolah bersorak heboh menyemangati sekolahnya masing-masing. Dira bertepuk tangan heboh ketika Raka mencetak satu gol. Namun senyumnya langsung luntur begitu matanya tidak sengaja menangkap Yura yang sedang bersorak tak kalah heboh dengan pandangan mata yang tak lepas dari Raka.

"Lima tahun pacaran, orang bisa bosen juga ternyata," gumam Dira yang dapat didengar jelas oleh Kenzo.

Kenzo ikut menatap apa yang Dira lihat lalu kembali melihat bola yang sedang digiring ke sana kemari. "Gitu deh. Kalo udah gitu, biasanya yang pergi duluan yang nyesel duluan. Walaupun yang ditinggalin lebih sakit di awal."

Dira terdiam, mencerna apa yang Kenzo katakan. Yang pergi duluan, yang menyesal duluan, Dira berdecih dan kembali duduk seperti semula.

Pertandingan selesai dan sekolahnya masuk final yang akan dilaksanakan esok hari. Devan mendekatinya dengan senyuman lebarnya, menarik kepalanya masuk ke dalam dekapannya. Dira mendengus dalam hitungan ketiga, Raka dan Ferral akan melakukan hal yang sama. Betul saja, Raka dan Ferral ikut memeluk Dira sembari melompat-lompat aneh.

"Lo jadi bau ketek juga deh," ujar Raka tanpa adanya rasa bersalah.

Raut wajah Raka membuat Dira ingin memukul kepala laki-laki itu dengan botol air yang ia bawa untuk Devan tadi. Tapi botol air itu keburu diambil oleh Devan dan meneguknya hingga habis. Tak ada alat lagi untuk memukul kepala itu.

"Kayaknya cewek orang naksir sama lo Ka," sindir Dira sembari menutup kembali botol air setelah Devan selesai minum.

"Udah lama dia begitu Ra. Agak risih sih digituin," jawab Raka, "bagus dong? Pintu hati Aqsa bakalan terbuka sepenuhnya buat lo."

Bukan cuma Dira, tapi Devan juga bisa mendengar apa yang Raka ucapkan dengan jelas. Devan berbalik, menatap Dira yang hanya diam saja. Sedetik kemudian ia mengalihkan pandangannya, bersamaan dengan Dira yang menatap ke arah Devan. Kenzo dan Ferral yang melihat hal itu hanya bisa diam.

Sepertinya ada kesalah pahaman antara mereka berdua.

Kini Dira melipat kedua tangannya di dada sembari menunggu Devan yang sedang mengganti bajunya. Katanya agar Dira tidak terganggu, padahal Dira tidak begitu perduli.

falling | on holdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang