1.4 | saatnya macan betina beraksi

436 63 42
                                    

Please don't repeat the same mistake, i trust you more than him.
Dira.

Dengan langkah santai, Dira berjalan di koridor, sekarang jam pelajaran sedang kosong jadi Dira lebih memilih untuk ke warung di belakang sekolah daripada berada di kelas bersama Devan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan langkah santai, Dira berjalan di koridor, sekarang jam pelajaran sedang kosong jadi Dira lebih memilih untuk ke warung di belakang sekolah daripada berada di kelas bersama Devan. Tangan kirinya memegang susu coklat sementara tangan kanannya mengenggam ponselnya. Dira memiringkan sedikit kepalanya, mengingat kejadian tadi. Devan memang selalu melirik ke arahnya, Dira bisa merasakan hal itu walaupun Devan duduk jauh di belakangnya. Tapi Dira ragu, Devan benar-benar melihatnya atau—susu coklat itu terlepas dari genggamannya saat Dira baru saja hendak mengangkat pandangannya.

Dira tersenyum tipis menatap tiga orang yang sedang berdiri di hadapannya dengan raut wajah yang selalu berhasil membuat Dira mual. "Ups," ucapnya membuat wajah Dira semakin menantang.

"Ini sekolah atau kebun sih? Banyak banget ulernya," gumam Dira membuat orang itu, yang berdiri di tengah bernama Naomi menatapnya tajam.

"Apa lo bilang?!" teriaknya.

"Kayaknya gue harus panggil orang untuk ngusir hama deh," ujar Dira lagi sembari memainkan ponselnya dan berjalan melewati mereka berdua. Tapi mereka bertiga malah menghalangi jalannya Dira.

"Minggir," ujar Dira dengan nada dinginnya, membuat Naomi dan kedua temannya senang karna berhasil memancing emosi Dira.

Ketiga orang itu tetap berada di posisi masing-masing. Dira melirik ke arah lain sebelum akhirnya ia menatap mata Naomi, kakinya yang jenjang bergerak menuju susu coklatnya yang terjatuh di lantai lalu menginjaknya, susu coklat itu langsung menyembur mengenai seragam mereka. Pekikan heboh keluar dari mereka membuat Dira tertawa kecil dan berlalu dari sana.

Langkah berhenti tepat di dinding belakang sekolah. Dira memanjat kursi dan meja yang sengaja teman-temannya tumpuk agar mereka gampang jika hendak ke warung belakang. Dira memanjat dengan susah payah, biasanya ia melewati tembok ini dengan gampang jika bersama Devan. Laki-laki itu selalu menjaganya. Ah, bukan selalu.

"Ferral!" panggil Dira membuat Ferral yang sedang menelfon langsung menutup telfonnya lalu mendekati Dira yang masih berada di atas tembok pembatas sekolah, "tolongin."

Dira langsung melompat begitu Ferral sudah siap menangkapnya. Dira tersenyum lebar begitu ia sampai di bawah dengan selamat. "Siapa aja di warung?"

"Gue sama Gavin doang," jawab Ferral, "lo juga lagi kosong?"

Dira mengangguk. "Bisa samaan gitu ya? Jodoh kali."

Ferral menanggapi Dira hanya dengan kekehan kecilnya, sementara Dira tersenyum lebar. "Ah ya, Ral," ucap Dira membuat Ferral kembali menatapnya.

Dira mengotak-atik ponselnya lalu menunjukan sebuah foto itu Ferral. Ferral melirik Dira masih dengan senyuman lebarnya dan tatapan mata berbinar. Ferral menggeleng tidak setuju lalu meninggalkan Dira dan berjalan menuju warung, sementara Dira menghela nafasnya kesal sembari menghentakan kakinya di tanah. Dira kembali menatap ponselnya dengan mata yang berbinar, gelang ini gelang yang sangat ingin ia beli, tapi Ferral selalu menolak.

falling | on holdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang