p r o l o g u e

2.8K 173 56
                                    

"Ini semua salah lo!"

Pukulan keras kembali mendarat di rahangnya, kini ia sudah tersungkur di tanah tanpa perlawanan, tapi laki-laki itu tetap menghajarnya tiada ampun, meluapkan semua kekesalannya. Padahal belum genap empat hari ia keluar dari rumah sakit, tapi hari ini ia sudah menerima pukulan penyesalan itu lagi. Rasanya begitu menyakitkan, apalagi lukanya belum sembuh sepenuhnya.

"Dia nggak akan pergi kalo lo nggak ngelakuin semua ini!" teriaknya sembari menatapnya dengan tatapan marah yang tercampur dengan kecewa.

Satu pukulan lagi mengenai wajahnya, kali ini pukulan itu berhasil membuat ujung bibirnya sobek. "Lo orang teranjing yang pernah gue kenal!" lanjutnya dengan nafas yang terengah.

Karna tak terima dipukul dan disalahkan, akhirnya ia mengulurkan tangannya, menyingkirkan laki-laki yang berada di atasnya. Ia mengatur nafasnya, mengusap kasar darah yang mengalir dari ujung bibirnya dan berusaha bangkit dari posisinya.

Setiap hari bahkan setiap detik ia tidak pernah berhenti memikirkan seseorang yang sedari tadi menjadi topik pembicaraan mereka. Bayangannya selalu mengikutinya kemana pun ia pergi.

Ia mengakui ini salahnya, tapi bukan berarti laki-laki yang menyerangnya tadi sama sekali tidak bersalah. Bahkan bila mau dipikir, dia lah yang membuat semuanya jadi kacau.

"Lo nggak tau apa-apa," jarinya menunjuk lurus laki-laki itu, emosinya juga ikut naik mengingat bagaimana laki-laki ini merubah orang itu, "lo nggak tau setiap malam dia nangisin lo!"

Tangannya mengusap wajahnya kasar, tidak perduli betapa perihnya luka di ujung bibirnya. "Bahkan di malam mimpinya terwujud, dia masih sempet nangisin lo!"

Ia menggapai kerah jaket kulit laki-laki itu, menatap kedua matanya tajam. "Apa yang lo lakuin sampe ngerubah dia jadi orang asing?!" ia mendorong tubuh laki-laki itu lalu berjalan menjauh.

"Lo ninggalin dia padahal lo tau ketakutan terbesarnya itu ditinggalin sama orang yang dia sayang!"

Tanpa terasa, mereka berdua saling menyalahkan satu sama lain dan membela diri mereka sendiri. Karna memang seperti itu lah manusia, lebih membuka matanya untuk melihat kesalahan orang lain dibanding dirinya sendiri.

Ia mengusap kasar air mata yang mengalir di pipinya, rasanya begitu menyesakkan bila dipaksa kembali mengingat masa dimana ia sedang menyakiti perempuan itu. Saat tangan mungil itu menahan tubuhnya agar tidak pergi karna perempuan itu takut ditinggal sendirian.

Matanya masih menatap laki-laki yang kini bangkit dari posisinya, membersihkan jaket kulit dan celananya dari tanah. "Kita harus ngapain supaya dia balik?"

Saat dia pergi, semua orang baru sadar bahwa kehadirannya juga perlu dihargai di sini. Dan sekarang, dengan egoisnya mereka semua memaksanya untuk kembali. Setelah semua yang terjadi, hanya kata maaf yang bisa keluar dari mulut-mulut jahat itu. Bahkan kata maaf pun tidak bisa menyembuhkan hati yang terlanjur terluka.

"Setelah buat dia hancur, lo mau dia balik lagi?"

• 𝒇𝒂𝒍𝒍𝒊𝒏𝒈 •i fell for you and still falling

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• 𝒇𝒂𝒍𝒍𝒊𝒏𝒈 •
i fell for you and still falling

falling | on holdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang