3.5 | ucapan perpisahan tersirat

439 67 44
                                    

Until now i could not distinguish what is sincere and what is not.
—Dira.

Setelah kejadian subuh itu, semua orang bungkam, tak mau menceritakan hal ini pada Axel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah kejadian subuh itu, semua orang bungkam, tak mau menceritakan hal ini pada Axel. Baik itu Ferral, staf rumah sakit maupun Dokter Chessy sendiri. Mereka semua diam, mengikuti perintah Dira untuk tak mengatakan apa-apa tentang kejadian itu pada Ayahnya. Bahkan sampai Dira keluar dari rumah sakit pun, mereka semua masih bungkam. Dira juga bertingkah seolah-olah tak ada yang terjadi subuh itu. Padahal kalau Ferral terlambat menemukannya waktu itu, nyawa Dira akan melayang.

Kini Ferral sedang diam sembari menatap kosong televisi di hadapannya. Sementara Raka dan Kenzo yang menyadari perubahan sikap Ferral sejak empat hari yang lalu langsung menatap laki-laki itu. Entah hanya firasat mereka atau memang Ferral berubah. Ferral empat hari ini tak seperti biasanya, Ferral yang selalu menjadi juara bertahan bila memainkan game apa saja di playstationnya kali ini ia lebih banyak kalah dan melamunnya.

Mereka kira mereka hanya beruntung saja karna tingkat ke-jagoan Ferral dalam memainkan game apa saja menurun kemarin, tapi semakin ke sini, Ferral semakin aneh. Bahkan Ferral sesekali menjauh atau pindah kamar lalu melamun menatap jendela. Ferral sudah lama berhenti merokok, entah apa sebabnya, laki-laki itu selalu menolak bila disodorkan rokok oleh teman-temannya.

"Ral!"

Ferral mengerjapkan matanya dengan cepat lalu berbalik menatap Raka yang sedang menatapnya dengan dahi yang mengernyit. "Ada masalah lagi sama Dira?" tanya Raka.

Mendengar nama Dira, rasanya tubuh Ferral langsung lemas. Ferral menghela nafasnya kasar tanpa mau menjawab pertanyaan Raka. "Gue emang nggak tau keadaan Dira sekarang gimana, tapi lo pikirin, sehancur apa dia kalo lo aja kayak gini?" pertanyaan Raka berhasil membuat Ferral tertegun.

"Yang gue liat sampe sekarang, Dira kuat banget nahan perasaannya untuk jadiin lo miliknya dia. Gue yakin dia nggak bisa tenang sedetik pun kalo tau lo punya gebetan baru," Raka menghembuskan nafasnya kesal, "lo sadar nggak sih Ral? Dia tuh cinta mati sama lo! Bahkan cara dia natap lo dan cara dia natap Devan itu udah nunjukin perasaan dia ke lo."

"Lo tau kenapa Devan masih nggak tenang padahal Dira udah dijodohin sama dia? Karna perasaan Dira cuma buat lo Ral," Raka menarik nafasnya dalam lalu menghembuskannya perlahan. Ia sudah lelah memberikan banyak masukan untuk Ferral, tapi laki-laki itu selalu saja bertindak semaunya tanpa memikirkan perasaan orang lain.

Raka saja sudah muak melihat sikap Ferral yang seperti ini, kenapa Dira bisa menahannya selama ini?

• • •

Kezia Anissa : Santai aja Ra, gue yakin lo lulus.
13.05 pm.

Dira hanya membaca dari luar pesan yang masuk ke ponselnya. Ia menatap langit-langit kamarnya sembari memikirkan tentang hasil pendaftaran lewat jalur undangan itu. Pengumumannya hari ini, dan itu yang membuat Dira tidak tenang sedari tadi. Dira mengigit jari-jarinya, membuat jarinya dibeberapa sisi terluka akibat hal itu. Saat pesan dari Kezia masuk, Dira langsung melompat ke arah laptopnya, mengecek apakah ia lulus atau tidak.

falling | on holdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang