1.5 | pemintaan maaf diterima

360 57 19
                                    

Why do you never think about yourself?
—Dira.

Hari ini kepergian Aqsa dan timnya menuju Ibukota, mewakili provinsi untuk pertandingan basket di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini kepergian Aqsa dan timnya menuju Ibukota, mewakili provinsi untuk pertandingan basket di sana. Dira yang sedari tadi sudah bangun bahkan dari jam 6, masih diam mematung sembari menatap tubuhnya di cermin. Pesawatnya jam 10 sekarang sudah jam 8 lewat dan Dira masih berada di posisinya.

Apa ia harus pergi mengantar Aqsa?

Suara ketukan pintu membuat Dira tersadar dari lamunannya. Dira buru-buru bangkit dari duduknya, mengambil tas kecilnya dan keluar dari kamar. Ia melewati tubuh Devan begitu saja dengan nampan berisi sarapan Dira di tangannya.

"Dira mau kemana?"

Dira tidak menghiraukan pertanyaan Devan, ia masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobil itu menuju bandara. Dira berdecak sembari menatap mobil-mobil yang sedang berbaris rapih di hadapannya dengan kesal, seharusnya Dira berangkat lebih cepat. Sesekali ia menatap ke arah jam tangannya lalu kembali menatap ke depan.

Setelah memarkirkan mobilnya, Dira langsung berlari ke dalam bandara, menatap banyaknya orang-orang. Dira berusaha mengatur nafasnya yang terengah, tapi entah kenapa dadanya juga ikut sesak. Dira melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam 10, ia terlambat.

"Dira!"

Dira langsung berbalik, mencari darimana asal suara itu. Dari belakangnya, Malik datang membuat Dira lega. "Dari tadi kita nungguin lo," ucapnya lalu membawa Dira ke tempat teman-temannya kumpul.

Dira tersenyum kecil, ia mengikuti langkah Malik hingga mereka sampai di kerumunan tim basket sekolahnya. Dira tersenyum lebar, berdiri di hadapan Aqsa. "Aqsa baik-baik ya di sana."

Aqsa tersenyum kecil. "Lo juga baik-baik di sini. Jangan telat makan, jaga kesehatan lo."

Dira berdecih. "Aqsa tau Dira nggak akan makan kalau nggak ada yang nemenin."

"Panggil Kezia atau Rena ke rumah, suruh mereka nginep," Ferral menghela nafasnya perlahan, "jangan berantem mulu sama Devan."

Dira tersenyum kecil. Sejak kapan laki-laki ini perduli padanya?

Dira mengeluarkan tas kertas kecil yang berisi banyak obat-obatan dan vitamin di sana lalu memberikannya pada Aqsa. "Jaga kesehatan Aqsa," ucapnya sembari tersenyum tipis.

Aqsa tersenyum hangat setelah melihat isi dari tas kertas itu. Ia mengusap kepala Dira lembut. "Jaga diri lo, gue pergi."

Dira mengangguk lalu melambaikan tangannya. "Malik jagain Aqsa gue ya!" teriak Dira yang membuat Malik tertawa keras.

Mereka menghilang di balik pintu masuk, membuat Dira juga menghilangkan senyum lebarnya. Ia menatap ujung sepatunya selama ia berjalan menuju parkiran. Di dalam mobil, Dira hanya menatap pemandangan di hadapannya kosong. Apalagi sekarang?

falling | on holdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang