25. Hatred 🐣

142 23 0
                                    

Happy Reading guys🐥🐣🐥🐣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading guys
🐥
🐣
🐥
🐣

Setelah menenangkan diri untuk beberapa menit, kemudian Akira pun ikut beranjak dari kamar Jimin dan pergi dari sana.

Akira sangat kecewa terhadap Jimin, tepatnya kepada gadis brengsek yang merebut miliknya, dia sangat benci melihat Mi Ran. Bahkan kebencian nya sudah terlalu besar kepada Mi Ran.

"Jika kau tidak ingin bersama ku, maka tidak akan aku biarkan gadis itu bersama mu juga Jim. Ingat itu" Tukasnya menatap tajam ke arah arah jalan yang ia lewati.

🐣
🐥
🐣
🐥


Dgammm

Jimin membanting pintu dengan keras , meluapkan emosi nya. Sedangkan Mi Ran masih setia di depan pintu yang baru saja tertutup dan di kunci oleh Jimin.

"Kenapa kau hanya diam di sana!! Apa kau masih ingin pergi hm!?" Tukas Jimin dengan nada dingin sembari perlahan duduk di atas sofa yang ada di dalam kamar yang awalnya di siapkan untuk Mi Ran, dikalau wanita itu menolak satu kamar dengan dirinya.

Mi Ran hanya terdiam, menatap ke arah Jimin yang juga menatap dirinya dengan tatapan yang tidak mudah di artikan ."Kumohon. Biarkan aku pergi" Pinta Mi Ran yang sukses membuat sudut bibir Jimin terangkat.

"Apakah ini artinya kau menolak ku lagi !!"

Dahi Mi Ran berkerut mencerna maksud dari perkataan Jimin.

"Katakan, apa yang selama ini kau sembunyikan dari ku?"

frustasi jimin, sudah muak dengan semua sandiwara Wanita yang ada di hadapannya saat ini.

Suasana ruangan yang awalnya memang sudah canggung kini lebih cangggung dan mencekat saat melihat tingkah Jimin . Semua perkataan yang di lontarkan oleh Jimin mengandung tekanan yang membuat Mi Ran takut menatap wajah lelaki itu.

" Jim. Aku tidak mengerti dengan apa yang kau maksud" jujur Mi Ran.

Jimin terkekeh, kemudian kembali berdiri dan berjalan ke arah Mi Ran. Panas dingin yang Mi Ran rasakan sudah semakin bertambah, menatap mata Jimin pun ia takut.

" Apa kau masih ingin menyembunyikannya dari ku!!!"

Jimin mengulurkan tangannya pelan, dan menyapu wajah Mi Ran yang terlihat menegang. "Katakan, sampai kapan kau akan menyembunyikannya dari ku" Tukas Jimin terdengar sedikit pilu, kemudian mengangkat pelan wajah Mi Ran yang tidak berani menatap wajahnya.

"Apa kau benar-benar tidak ingin aku bertanggung jawab hum??"

Deggg...

Seketika jantung Mi Ran serasa terlepas dari tempatnya.

"Jim. Kumohon hentikan" Tukas Mi Ran menepis tangan Jimin dari wajahnya , mencoba memberanikan diri untuk menatap mata Jimin .

"Aku sama sekali tidak mengerti dengan arah pembicaraan mu____"

"Apa kau tidak ingin ayah dari bayi itu untuk bertanggung Jawab hah !!" Geramnya dengan nada emosi sambil menunjuk ke arah perut yang masih terlihat rata karena di tutupi oleh Kemeja longgar yang Mi Ran kenakan.

"Apa maksud mu__"

"Berhentilah untuk terus berpura-pura Mi Ran-ah...." .Tekannya "Apakah aku seburuk itu sehingga kau tidak ingin mengakuinya"

Perlahan air mata Mi Ran pun mulai mengenang. Seketika Mi Ran merasa pilu kala melihat tatapan Jimin.

"Apa urusanmu !!. Kehamilan ku tidak ada urusannya dengan mu,"

"Apa??? Ck"

"Kau bilang itu bukan urusan ku !." Tukas Jimin tidak percaya dengan ucapan Mi Ran.

Mi Ran hanya teridam ,meredam tangisnya seolah dia adalah wanita yang paling kuat di hadapan Jimin.

"Baiklah, kalau begitu. Akan ku persiapkan semuanya"

"Mempersiapkan apanya??"

"Pernikahan mu dengan lelaki itu !." Sinisnya "Bukannya kau selalu lari kepadanya, setiap kau pergi dariku !. Kau selalu bahagia bersama nya, bukan!!! "

Seketika Mi Ran terdiam kaku, menatap bola mata Jimin yang menjadi kelam.

" Apa maumu??"

"Bukankah ini yang kau mau!?"

"Jim____aku tidak bermak......__"

"Kau tidak usah khawatir, aku akan membantu mu. Aku akan mengurus semuanya, dan sebaiknya kau jaga kesehatan mu supaya kau bisa hadir di pernikahan mu kelak"

Bagaikan petir di siang bolong , Mi Ran seolah terkena letusan petir itu akibat kebohongannya sendiri.

Sungguh, bukan ini yang diinginkan oleh Mi Ran.

Setelah melontarkan semua kata-kata nya, Jimin langsung memutar arah tubuhnya kemudian melangkah ke arah pintu.

"Hentikan....!!" Namun Jimin tetap berjalan menjauh darinya. Sedangkan air mata Mi Ran sudah berjatuhan membasahi wajahnya.

"Kumohon, hentikan semuanya..!" Teriak Mi Ran frustasi sehingga membuat langkah Jimin terhenti. Isakan yang Mi Ran tahan sejak tadi sudah tidak terbendung lagi.

Jimin kemudian berbalik menatap Mi Ran dingin." Apakah kau akan selalu ingin berlaku sesuka hati mu hah!!" isak Mi Ran.

Namun, ucapan itu hanya di abaikan oleh Jimin yang sudah terlalu marah terhadapnya. Jimin pun keluar dari rumah dengan emosi yang sudah di ubun-ubun.

Sedangkan Mi Ran hanya bisa menangis di dalam kamarnya merenungi semua yang terjadi, merenungi bagaimana bisa Jimin tau, siapa yang memberi tahu semuanya, mungkinkah dokter itu !!! Dokter yang menangainya . Padahal Mi Ran benar-benar tidak ingin Jimin mengetahui semuanya.

Mi Ran tidak bisa seperti ini, dia harus menyelesaikan semuanya, memberi tahu semuanya, dan tidak ada gunanya dirinya berpura-pura lagi, ini semua hanya akan menyakiti hatinya.



Sungguh, Mi Ran tidak sanggup lagi menahan semua kekacauan ini.

-
-
-
-
Don't forget to Vote, coment and follow my Acount yaaa 💜💜

'FAKE LOVE' [THE END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang