Chapter 18 - unknown

98 22 3
                                    

Seperti biasa, ia bangun lebih pagi darinya untuk memasak sarapan dan siap-siap pergi bekerja. Dia membuka ponselnya berniat membaca berita hari ini namun sebuah pesan dari orang yang tidak dikenal membuatnya penasaran dan melihat foto itu.

Tangannya bergetar seketika melihat foto yang muncul di layar ponselnya dan menutup mulutnya dengan tangan. Dia menoleh ke belakang melihat suaminya yang masih tertidur pulas dan kembali melihat ponselnya.

"Ini pasti fake," katanya dalam hati berulang kali dan menaruh ponselnya di atas nakas kembali.

Dahye turun ke bawah untuk memasak sarapan pagi dengan pikiran yang masih melayang dan membayangkan foto itu sambil memotong daun bawang.

"Ah!" ringisnya dan segera mencuci tangannya yang terkena pisau. Salah satu maid di rumahnya menghampiri Dahye yang masih mencuci tangannya di cucian.

"Astaga, akan segera ku ambilkan obat untuk Nyonya."

Dahye menarik lengan bajunya. "Tidak perlu, nanti juga akan berhenti. Terima kasih."

"Dahye-ah," panggil Namjoon yang sedang menuruni anak tangga dengan rambut bangun tidurnya. "Kamu bangun pagi sekali?"

Dia menyuruh maid itu kembali masuk dan melanjutkan pekerjaannya di dalam.

"Bukannya biasanya juga begitu?" kata Dahye sambil mengambil es batu dari kulkas.

Namjoon menghampirinya dan melihat Dahye yang sedang berusaha menghentikan darahnya dengan es batu itu pun langsung berlari mencari obat untuknya. Dia mengobati luka Dahye dengan hati-hati.

"Gak mungkin dia berbuat gitu di belakangku. Gak mungkin, gak mungkin," ucapnya dalam hati berulang kali sambil melihat Namjoon yang sedang mengobati lukanya.

"Kamu lagi pikirin apa?" tanya Namjoon penasaran.

"Nggak, nggak pikirin apa-apa kok." Dahye kembali mengerjakan tugasnya untuk memasak sarapan pagi dan segera siap-siap untuk berangkat kerja.

~~~

Tok tok tok

Jaehyun mengetuk pintu ruangan Dahye namun tidak ada sahutan dari dalam, dia masuk ke dalam ruangan lalu memberikan dokumen diatas meja Dahye. Tatapan kosong terlihat jelas dari kedua matanya, ia bahkan tak sadar kehadirannya saat ini.

"Direktur Kang, Direktur Kang," panggil Jaehyun sambil mengetuk meja Dahye dan dia terbangun dari lamunannya.

"Ya? Kenapa, Oppa?" tanya Dahye bingung.

Jaehyun menunjuk dokumen yang sudah di atas meja dengan jari telunjuknya dan matanya mengikuti tangan Jaehyun yang menunjuk ke arah meja. Dia membaca dokumen itu sekilas dan menyuruhnya untuk keluar dari ruangan.

"Jaehyun Oppa," panggil Dahye.

Langkah kaki Jaehyun terhenti tepat di depan pintu lalu membalikkan badan ke belakang. "Kenapa?"

"Bisakah kita melacak pemilik nomor tidak dikenal?" tanya Dahye.

"Kenapa? Apakah ada seseorang yang mengancammu atau memakimu melalui pesan?" tanya Jaehyun balik seketika mendengar pertanyaan Dahye yang sedikit aneh.

"Bisa atau tidak?"

"Bisa, kamu butuh untuk mencari seseorang?" tanya Jaehyun lagi dan mendapat jawaban dari Dahye dengan menggelengkan kepalanya.

Di belakang itu, Dahye mencari orang untuk melacak nomor telepon untuknya melalui internet dan ia mendapatkan orang itu dengan cepat.

Jam sudah menandakan pukul dua siang, ia turun ke lobi bawah setelah menyelesaikan rapat diluar yang diikuti oleh Jaehyun. Dia menyuruh sekretarisnya untuk balik ke kantor lebih dahulu dan sementara itu ia pergi menemui seseorang di kafe. Dalam perjalanan menuju tempat janjian, Dahye mendapat telepon dari Jaehyun bahwa Namjoon datang mencarinya dan akan menunggunya sampai ia kembali ke kantor.

Dahye duduk di kursi menunggu seseorang datang dan duduk di hadapannya menceritakan apa yang ia dapat dari nomor telepon itu.

"Maaf, aku sedikit terlambat," ucapnya dan duduk di kursi kosong tepat di depan Dahye. "Semua yang ingin kau ketahui ada di dalam amplop ini."

Dahye mengambil amplop itu namun di tahan olehnya dan telapak tangan kirinya terbuka siap menerima amplop coklat berisi uang, ia memberikan padanya lalu pergi begitu mendapatkan apa yang ia mau.

Ia membuka isi amplop itu dan membacanya, "selamat anda tertypu!"

"Bangsat!" maki Dahye begitu melihat isi amplop itu dan melempar kertas itu ke meja. "Jangan di dengerin ya, Nak."

Jessy yang dari jauh memperhatikannya tersenyum miring melihat Dahye yang melempar isi amplop itu dan si Penipu masuk ke dalam mobilnya.

"Tugas saya sudah selesai, ini uangnya," kata si Penipu itu pada Jessy yang masih melihat Dahye di dalam kafe.

"Good, ambil saja uangnya sebagai bayaranmu," kata Jessy dan menyuruhnya keluar dari mobil.

"Dasar bodoh," gumam Jessy dan mengikuti mobil Dahye dari belakang.

Di sisi lain, Namjoon yang sedang menunggunya kembali mulai merasa gelisah dan khawatir akan terjadi sesuatu pada Dahye lalu mencoba meneleponnya.

"Halo," sapa Namjoon seketika di angkat oleh Dahye.

"Halo, aku dalam perjalanan ke kantor. Tunggu aku, ok?" balas Dahye dari seberang sana sembari menyetir.

Dahye menginjak pedal lebih dalam dan kecepatan mobilnya bertambah hampir mengenai angka 90 km/jam, jalanan yang sepi membuatnya ingin cepat sampai di kantor dan pulang ke rumah bersama Namjoon. Tak mau kalah, Jessy juga menambah kecepatan mobilnya untuk mengejar mobil Dahye.

"Joon-ah, aku sekarang sudah di perempatan jalan. Love you and see ya!" kata Dahye.

Kini tiba giliran rambu lalu lintas di perempatan jalan sebelum kantornya, ia melihat lampu merah menyala dari jauh dan mulai menginjak rem namun rem mobil milik Dahye tidak berfungsi. Beberapa kali ia menginjak pedal rem namun hasilnya tetap nihil.

Tin tin tin!

Sebuah truk muatan kosong membunyikan klakson untuk Dahye dan telepon yang masih tersambung dengan Namjoon tentu saja mendengar suara klakson itu dengan sangat jelas.

Brak!

Truk muatan kosong menghantam keras dari sisi kiri membuat seluruh karyawan yang bekerja di perusahaan milik keluarga Kang terkejut saat mendengar suara itu dan berlari ke arah jendela untuk melihat apa yang terjadi di luar sana.

Namjoon yang mendengarnya dengan sangat jelas menjatuhkan ponselnya lalu berlari turun ke bawah melalui tangga darurat dengan tergesa-gesa. Rasanya seketika hati ini terasa tersayat-sayat oleh pisau saat melihat mobil yang di kendarai Dahye benar-benar rusak parah.

Suara ambulans dan polisi datang di tempat TKP secara bersamaan dan segera menolong korban yang berada di mobil sedan. Tiba-tiba terasa telinga berdengung, jantung yang berdetak cepat, dan napas yang tersengal-sengal membuatnya jatuh ke tanah dengan posisi berlutut sembari memegang dadanya. Namun, pandangannya kabur saat seorang polisi mendatanginya.

~~~

Kedua orangtua Dahye dan Kakak laki-lakinya berdiri di depan ruang ICU dengan hati yang terasa amat-amat sakit ketika melihat kondisi Dahye yang kritis juga banyak selang dan kabel yang terpasang di tubuh mungilnya.

Sohyun menangis histeris sambil memukul-mukul dadanya. "Harusnya aku saja yang berada disana, bukan Dahye."

"Eomma, Dahye juga gak akan mau Eomma yang menggantikannya untuknya. Aku yakin dia bisa melewati masa-masa kritis ini," kata Daniel yang bisa sedikit menghibur Sohyun.

"Daniel, kau ajak makan Eomma mu dan tenangkan dia. Appa akan disini melihat Dahye," titah Kang Hyun dan kembali melihat Putrinya yang ada di balik kaca dengan latar belakang suara monitor detak jantung putrinya.

Kang Hyun meneteskan air matanya saat membayangkan betapa sakitnya yang di alami oleh Dahye saat ini. "Appa yakin, kamu pasti bisa melewatinya," kata Kang Hyun dalam hati sembari mengepalkan tangannya.

~~~

TBC

SORRY NOT SORRY; KNJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang