Chapter 19 - Come back

111 24 2
                                    

Selama satu tahun lamanya, Namjoon yang selalu sibuk dengan pekerjaan di kantor dan menyelidiki kejadian yang menimpa Dahye membuahkan hasil. Dia duduk di kursi penonton saat Jessy menerima hukuman dari hakim membuatnya tersenyum pahit dan meneteskan air matanya.

Kedua tangan Jessy yang diborgol dan di jaga oleh dua polisi membuatnya malu untuk menghadapi orang yang selama ini ia sukai. Dia mulai merasa bersalah dengan semua yang selama ini dia lakukan dan hanya bisa melukai wanita yang tak punya salah dengannya.

Namjoon mengendarai mobil kembali ke rumah sakit untuk memberitahu kabar baik untuk Dahye yang masih koma dan belum ada tanda-tanda sadar.

Dia duduk di samping ranjang Dahye sambil memegang tangannya lalu berkata, "orang yang telah membuat kamu terluka sudah menerima hukuman tadi siang. Aku berharap kamu cepat sadar kembali dan bisa mendengar semua ceritaku selama satu tahun kamu tak ada di sisiku."

Jari-jemari Dahye yang bergerak membuat sang suami terkejut dan langsung berlari keluar untuk memanggil dokter. Dia membuka kedua matanya perlahan dengan tatapan mata yang kosong.

Dokter langsung memeriksa kedua matanya dengan menggunakan senter lalu ia berkata, "kondisi pasien untuk saat ini sudah stabil dan sudah sadar dari komanya. Kami akan pantau perkembangan selanjutnya."

"Terima kasih, Dokter."

Dahye berusaha untuk duduk setelah melihat dokter keluar dari kamarnya dan hendak mengambil segelas air yang berada di atas meja nakas. Dia segera mengambilkan air dan membantunya untuk minum.

"Joon, kenapa wajahmu kurus sekali?" tanya Dahye sambil memegang wajah suaminya dengan tangan yang lemas dan tak bertenaga.

"Kamu mengenaliku? Apakah kamu bisa melihatku dengan jelas?" tanya Namjoon yang masih tak percaya hari ini akan datang juga.

Dahye menganggukkan kepala sambil tersenyum melihat wajah Namjoon yang tak berubah sedikit pun. "Joon, sudah waktunya untuk cukur kumismu. Kamu tahu, aku suka pria yang rapi dan bersih."

"Benarkah?" gumam Namjoon sambil memegang dagunya lalu terkekeh.

"Tunggu sebentar, aku akan segera kembali," kata Namjoon dan mengambil alat untuk mencukur kumisnya.

Dahye tertawa kecil saat melihatnya berjalan masuk ke dalam kamar mandi, ia melihat ponsel Namjoon yang bergetar dan mengangkat teleponnya.

"Halo?" sapanya.

"Kang Dahye! Benarkah itu kamu?!" seru Jaehyun dari seberang sana penuh semangat saat mendengar suara yang sangat ia rindukan.

"Iya, benar. Cepatlah datang kemari dan bawa semua materi yang sudah terlewat selama aku koma," titahnya.

"Tidak, tidak. Kamu baru saja bangun dari koma, jauhkan kertas-kertas itu untuk beberapa hari ini. Kamu butuh istirahat yang cukup!"

Dahye memanyunkan bibirnya lalu ia berkata, "ok, ok, aku akan mendengar perkataanmu. By the way, aku ingin makan croissant yang ada di toko dekat perusahaan kita."

"Ok, aku akan membelikannya untuk dirimu kali ini. Lain kali, kamu harus traktir aku makan sebagai hukuman telah membuatku lelah bekerja untuk menggantikanmu di kantor," eluh Jaehyun yang membuat Dahye merasa tenang setelah mendengar ucapannya.

"Setuju! Cepatlah datang!" kata Dahye sebelum menutup teleponnya.

Namjoon keluar dari kamar mandi sambil ia bertanya, "kamu habis telepon sama siapa?"

"Jaehyun. Dia akan datang ke sini," balas Dahye sembari memberikan kembali ponselnya pada Namjoon.

Di sisi lain, kedua orangtuanya datang ke rumah sakit sambil berlari kecil karena sangat bahagia saat mendapat kabar bahwa Dahye sudah bangun dari koma selama satu tahun. Tak lupa, kakak kandungnya yang juga ikut dengan rambut berantakan habis bangun tidur.

Sohyun berjalan menghampirinya dengan air mata yang menggenang di matanya dan memeluk erat tubuhnya lalu ia berkata, "putriku, terima kasih sudah kembali ke dunia ini."

"Eomma ... aku sangat merindukan kalian semua," ucap Dahye yang ikut menangis dan melihat ke Hyun juga Daniel yang berdiri tak jauh darinya.

"Aku juga," kata Daniel hendak ikut berpelukan dengan sang adik.

"Sudah, jangan aneh-aneh. Biarkan dia istirahat dulu," ucap Sohyun yang menyuruh putranya tetap berdiri di sana.

Daniel memanyunkan bibirnya karna tak terima dengan ucapan Eomma yang tak memperbolehkan dirinya untuk memeluk Dahye dan sedangkan dia boleh melakukannya. Dia hanya bisa mendengus kesal sambil melipat tangannya di bawah dada.

Tok tok tok

Jaehyun membuka pintu kamar perlahan dan menyapa mereka semua dengan sopan lalu memberikan yang ada di tangannya pada Dahye. Dengan wajah sumringah dia membuka isi kantong plastik dan mengambil roti favoritnya.

"Terima kasih, Oppa."

"Dahye, apakah kamu tak penasaran dengan kecelakaan yang kamu alami?" celetuk Daniel dan langsung mendapat tatapan menyala dari Sohyun.

"Bukankah itu hanya kecelakaan biasa? Kenapa Oppa mengatakan seolah-olah itu kecelakaan berencana?"

Mereka semua diam seribu bahasa saat mendengar ucapan Dahye yang membuat mereka gugup setengah mati dan tak ada yang bisa membalas ucapannya, saling melempar lirikan mata untuk menjawab pertanyaan Dahye.

Namjoon duduk di samping ranjang dan menatap wajah Dahye lalu ia berkata, "itu memang benar."

Dahye mengernyitkan keningnya bingung. "Hah? Apa maksudmu?"

"Dia tak menyangka rencananya hampir membuatmu kehilangan nyawa dan kehilangan janin dalam perutmu," papar Namjoon sembari menundukkan kepalanya tak berani menatap mata Dahye.

"Dia? Siapa?" tanyanya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Siapa? Jawab aku, Joon!" pekiknya dan memegang kedua lengan Namjoon. "Tatap mataku dan jawab!"

"Jessy ...," ucap Namjoon lirih.

Dahye melepas lengan Namjoon dengan tatapan mata yang kosong, seperti baru saja ia tersambar petir dan menangis sambil meminta maaf pada janin yang bahkan belum genap dua bulan, ia bahkan melupakan dia dan menganggap itu semua hanya sebuah kecelakaan biasa lalu merelakannya begitu saja. Bodoh.

"Dahye," panggil Sohyun lembut dan memeluk Putrinya yang diam saja sedari tadi sambil menangis.

Dia memeluk Sohyun dengan erat sambil memanggilnya berkali-kali dengan isakan tangis. "Eomma, Eomma."

"Aku bahkan sudah merelakan dia pergi ketika aku bangun dari koma, tapi sekarang aku merasa napasku sesak saat mendengar bahwa itu bukan kecelakaan biasa. Aku harus bagaimana sekarang?" kata Dahye.

Sohyun tak bisa berkata apa-apa dan hanya bisa menghibur Dahye dengan memeluknya sambil memberi sedikit nasihat untuk belajar merelakan apa yang seharusnya bukan milik kita.

Sejak saat itu, Dahye hanya bisa duduk diam di atas ranjang dengan wajah murung sambil melihat jendela kaca besar di dalam kamarnya dan selalu ingin sendirian setelah ia terapi berjalan untuk melatih otot-otot yang sudah lama tidak bergerak.

~~~

TBC

SORRY NOT SORRY; KNJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang