04. Pelayan Rendah Sepertimu Mau Kupenggal?!

246 41 2
                                    

Suasana ramai dari pembicaraan mereka mengenai kerjasama antara Broxton dan Ashvar mampu menggulir waktu hingga terasa sebentar. Sementara itu Elbert lebih suka berdiskusi dengan Raja Davidson mengenai penarikan pajak yang bisa diterapkan untuk menaikkan kesejahteraan Ashvar dan hasilnya sudah di uji coba dan sangaf efektif di Broxton. Deritan pintu masuk yang dibuka mampu mengalihkan perhatian semua orang menuju satu objek cantik di ujung sana yang berdiri dengan Pangeran Aaron.

"Kau masuklah lebih dulu. Aku melupakan salah satu laporan yang harus kubawa sekarang juga. Tak masalah, 'kan?" tanya Pangeran Aaron yang setengah khawatir sebab adik bungsunya ini kurang baik dalam mengontrol sikapnya, apalagi ada tamu istimewa di dalam sana.

Lizzie mengangguk. "Kakak pergilah. Aku bisa masuk sendiri, jangan khawatir."

"Bagus." Aaron mengelus rambut pirang Lizzie, "Jangan mempermalukan diri."

Lizzie mencebik kala mendengar ucapan menyebalkan dari kakak sulungnya. "Cepat pergi sana, menyebalkan!"

Aaron terkekeh. "Ya sudah, sampai jumpa, princess."

Dan setelahnya Aaron benar-benar pergi. Lizzie hanya mampu melihat punggung lebar kakaknya berjalan menjauh dari belakang, mereka tak bisa seakrab dulu lagi semenjak Aaron diangkat menjadi putra mahkota.

Apa gunanya mengingat masa lalu? Lizzie menghela napas, ia memutuskan untuk segera memasuki Balairung istana.

Lizzie memakai gaun merah beludru dengan serat-serat sutra pilihan lengkap dengan sarung tangan sebatas pergelangan tangan. Rambut pirangnya digelung rapi dikarenakan acara formal yang akan ia hadiri. Gaun dan warna kulitnya sangat kontras sehingga lekukan tubuh sang putri terlihat begitu indah.

Elbert tak bisa berkata apa-apa lagi. Wanita itu adalah orang yang sama dengan yang ditemuinya di lorong timur Istana. Sekarang untuk apa dia berpura-pura menjadi putri?

Elbert berdiri. Kecantikan Lizzie sebenarnya memaksanya untuk diam, namun demi Ashvar, maka dia akan berani. "Hei, kau pelayan. Apa yang kau lakukan?!"

Semua orang tercengang karena tindakan tak sopan Elbert. Marquiss O'Malley bahkan tak mampu berbuat banyak selain menyuruh Pangeran Elbert untuk kembali duduk namun pria itu menepis tangannya.

Raja Davidson ingin angkat bicara namun Lizzie mendahuluinya. "Tahu apa kau tentang Putri yang sebenarnya?"

Pangeran Elbert menatap Lizzie marah. "Beraninya kau bermain-main dengan Ashvar!" Elbert maju ke depan hingga jaraknya dengan Lizzie semakin terkikis. Tinggal beberapa langkah lagi. "Pelayan rendah sepertimu mau kupenggal?!"

"Cukup!"

Kalimat tegas meluncur dari Raja Davidson. Wajahnya memerah menahan marah, namun perkataannya masih bisa di kontrol. Mau bagaimanapun, Elbert dan yang lainnya adalah tamu. "Apa maksudmu dengan menghina Putri Lizette di depan mataku?"

Wajah Elbert mendadak pucat pasi. Bibirnya bahkan terasa kelu untuk sekadar menyanggah ucapan Raja yang mengandung rasa tersinggung yang besar terhadapnya. Wanita ini ... benar-benar Putri Lizette?

"Silahkan penggal kepalaku jika kau berani," sahut Lizzie tak kalah sinis dari ucapan Elbert barusan. Ia kembali mengangkat dagunya tinggi-tinggi lalu berjalan dengan anggun menuju kursinya yang disediakan tepat di samping Ratu Ashley.

"Itu–itu—" Tidak ada kalimat yang bisa dikeluarkannya. Ya Tuhan, dia sudah menghina calon istri dihadapan mertuanya sendiri.

"Lupakanlah, Pangeran. Kau bisa kembali duduk," ucap Raja Davidson pada akhirnya yang membuat semua utusan dari Ashvar dapat bernapas lega. Mungkin Lizzie bukan putri kesayangannya, sebab bila hukum asli mengatakan bahwa bila ada tamu yang menghina pemilik rumah maka darahnya boleh ditumpas habis. Perbuatan semena-mena Pangeran Elbert tadi bisa saja menarik seluruh rombongannya dalam tiang gantungan dan semuanya akan lenyap dalam sehari.

Meski malu setengah mati, Elbert akhirnya bisa melangkahkan kakinya menuju ke tempatnya semula. Menatap wajah Raja Davidson pun ia merasa canggung. Lizette benar-benar mampu membuatnya kehilangan muka.

"Baiklah, kita akan memulai acara hari ini." Raja Davidson mengangkat cangkir araknya tinggi-tinggi. "Mari bersulang!"

Lama-kelamaan Elbert mampu mengikis rasa malunya. Orang-orang pun seolah lupa dengan kejadian memalukan tadi. Elbert melirik Putri Lizette yang duduk tak jauh di seberangnya, gaun merah yang berlawanan warna dengan rambut pirangnya mampu membius Elbert dalam sekejap. Ia menginginkan Lizette. Menjadi ratunya, menjadi ibu bagi pangeran Ashvar.

Namun Elbert kembali pada realita. Ia berdecak, mau secantik apapun wanita yang menjadi ratu Ashvar pasti akan berakhir mengenaskan. Raja Arthur dari Ashvar sudah menyusun rencana yang tak mungkin dapat dihindarinya.

Membunuh wanita? Itu sama sekali tidak sulit.

Marquiss O'Malley berdehem untuk menyedot semua perhatian padanya. "Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih atas jamuan mewah Anda, Your majesty."

Raja Davidson mengangguk sombong. Apakah ada raja lain yang mampu mengadakan acara semewah ini untuk menyambut kedatangan utusan kerajaan lain? "Bukan apa-apa bagi kami. Nikmatilah pestanya."

Marquiss sempat melirik ke arah penari yang meliukkan tubuhnya mengiringi irama. Penampilan mereka begitu mempesona tadinya sebelum kedatangan Putri Lizette yang mampu menjadikan seluruh wanita erotis tersebut terlihat biasa-biasa saja. Kecantikan Putri Lizette tak perlu diragukan.

"Maafkan saya jika lancang, apakah saya boleh menanyakan beberapa pertanyaan pada Anda, your majesty?" Sambung Marquiss tanpa mengurangi rasa hormatnya sedikitpun.

"Tentu saja. Selama bukan hal yang harus dipublikasikan, kenapa tidak?"

Inilah kesempatannya. "Putri Lizette memiliki kecantikan yang begitu memukau hingga kami para utusan Ashvar pun tak mampu berucap apapun. Lalu apakah alasan Anda hingga menjauhkan Putri Lizette dari pergaulan bangsawan kelas atas?" Marquiss menjeda. "Saya belum pernah melihat Putri Anda debutante. Namanya mungkin sudah dikenali dimana-mana, tapi banyak orang yang tidak mengetahui rupa aslinya sang putri termasuk saya sebelum berkunjung kemari. Apa Anda tak berminat memiliki menantu dalam waktu dekat, your majesty?"

Raja Davison menilik ekspresi Lizzie dari sudut matanya. Anak itu benar-benar tak waras, Raja Davidson dan Ratu Ashley selalu memerintahkannya untuk pergi ke acara minum teh yang diadakan setiap bulan di kastil milik Duke of Elioburgh. Di sana perkumpulan para wanita bangsawan yang siap menikah, namun dengan entengnya Lizzie akan menjawab,

"Saya seorang Putri Broxton. Sudah menjadi separuh tanggung jawab Saya untuk memerhatikan rakyat yang memerlukan bantuan, menghabiskan banyak waktu dan uang untuk kepentingan pribadi tidak termasuk kedalamnya, hal seperti itu hanya dilakukan oleh putri-putri manja diluar sana."

Dalam lubuk hatinya, Raja Davidson mengakui kehebatan Lizzie. Dia adalah putri istimewa yang diturunkan Tuhan untuknya namun Raja pun tahu diri. Sejak dulu ia tak pernah menghabiskan sedikitpun waktu untuk putri kecilnya hingga Lizzie memiliki kepribadian yang seperti sekarang, pembangkang, sulit diatur, dan semaunya. Andai Raja Davidson mampu mengulang waktu, maka bermain bersama Lizette kecil-lah yang paling diinginkannya. Sekarang, semuanya terlambat. Ada jarak yang begitu besar antara dirinya dan Lizzie. Gadis kecilnya itu bahkan mampu memalingkan wajah dengan acuh saat berhadapan dengannya.

Namun ia peduli dengan rakyatnya. Rakyat Broxton.

Lamunan Raja Davidson seketika lenyap. Ia tak mengubah ekspresinya sedikitpun. Masih sama dengan beberapa waktu terakhir. Angkuh dan datar.

"Putriku berbeda. Dia merupakan wanita paling istimewa yang kumiliki sepanjang hidup. Akan ku pastikan bahwa bukan pria dari kalangan bangsawan biasa yang mampu mengambilnya dariku." Raja mengalihkan pandangannya pada Lizzie yang berada di ujung sana, menatapnya nanar dan berbeda dari biasanya. Ada kelembutan di manik biru Lizzie saat menatapnya hingga sisi Ayah seorang Davidson mengambil alih. "Keputusan akhir dari penyatuan dua kerajaan berada di tangannya." Raja menarik napasnya. "Keputusan berada di tangan Putri Lizette."

TBC

Gimana-gimana?😆
Jangan lupa vote dan komen kalo sukak😙

Luv u guys!

ÁGUILA REALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang