16. Berbeda

190 43 5
                                    

LIZZIE APDET MALAM-MALAM~
Baru ingat kalau ini draft udah jadi sejak kemaren-kemaren tapi belum di update yaas maap maap😭🙏🏻

Yasudah silahkan dibaca.
Saran penyajian:
• Sambil rebahan
• Ada camilan
• Dengerin pake musik
• Nyantai di kamar

Makin nikmat deh bacanya. Benerann😆

HAPPY READING!

"Saya Lizette Kenward, Your majesty. Terimakasih atas kemurahan hati Anda hingga mengizinkan saya untuk kembali ke istana." Ucapnya takzim.

Seisi ruangan dibuatnya hening bahkan tak ada satupun yang berani angkat bicara. Para pejabat bahkan menahan napas karena perbuatan fatal yang telah Lizzie lakukan. Pria yang ia hormati pun berdehem pelan. "Saya Pangeran Kedua Bailey Kenward."

"Ah, apa?" Lizzie hampir saja menggaruk kepala. Jangan lupa dengan kehadiran Hans yang berada dibelakangnya kini sudah memucat dan Edward yang rasanya ingin menyeret Lizzie untuk pulang.

Di hari pertama kembali, Lizzie telah membuat kesalahan fatal dengan memberikan takzim kepada raja yang salah.

••••

"Apa maksudnya ini, your majesty?" tanya Sarah yang kebetulan diizinkan untuk ikut dalam penyambutan kali ini. "Bukankah ini termasuk penghinaan terhadap Raja?"

Lizzie mendelik pada Sarah, tatapan kesalnya sama sekali tak ditutupi. "Maaf sebelumnya, apa saya memiliki kesalahan terhadap Anda?"

Sarah mengerjap, lalu menggeleng.

"Kalau begitu jangan membuat saya semakin buruk dari ini. Lebih baik urus saja pekerjaan Anda sendiri dan saya akan mengurus pekerjaan saya di sini. Benar, 'kan?"

Sarah terdiam. Skak mat!

"Lizette!" Ucap pria beruban yang duduk di kursi paling atas dengan tegas dan lantang hingga menggema ke penjuru ruangan. Wajahnya cukup sangar hingga dengan mudahnya Lizzie menganalisis sifat orang itu. Arogan, keras kepala, dan yang terakhir —seperti yang dilihat— membenci keributan dalam bentuk apapun.

"Saya?"

"Kau sepertinya kelelahan. Beristirahatlah hingga pikiranmu lebih jernih. Lupakan kejadian barusan, anggap saja kau terbebas dari hukuman karena baru saja kembali dengan selamat," ucap Raja Davidson datar.

Lizzie hampir tersenyum. Akhirnya ia bisa terbebas dari suasana formal seperti ini. Cepat-cepat menunduk hormat, Lizzie lagi-lagi dilanda kebingungan. "T-terimakasih atas belas kasih Anda, Raja?" ucapnya ragu.

Raja Davidson mengangguk. Lagi, ia melirik ke samping Lizzie. Sejak awal kedatangan mereka bertiga, matanya tak lepas dari pria yang berada di samping Hans. Dari penampilannya ia seperti rakyat menengah ke bawah namun kharisma dan aura pria itu mengatakan hal sebaliknya. Rambut hitam tegas juga bahu lebar yang mengesankan bak kesatria juga tatapan tajamnya yang berani. "Siapa pria yang bersamamu?"

Terdiam, otak Lizzie berfikir keras mencari jawaban yang tepat. "Dia yang sangat menolong saya saat kejadian itu. Andai tidak ada pria ini, entah bagaimana saya bisa bernapas lagi." Lizzie tersenyum. "Bisakah dia tetap berada di dekat saya? Maksudnya tetap di sini, bersama saya."

Raja Davidson mengangguk pelan. "Akan kupikirkan dengan imbalan yang tepat. Siapa namanya?"

"Namanya Edward Kyne." Lizzie melirik ke arah laki-laki itu.

Edward yang tanggap segera mengambil langkah ke depan, membungkuk dalam, lalu berucap. "Saya Edward Kyne, your majesty. Suatu kehormatan bagi Saya pribadi saat diizinkan untuk menginjakkan kaki di tempat semulia ini." jawab Edward anggun bak bangsawan bahkan Lizzie dibuat malu karena Edward lebih piawai dibandingkan dirinya. "Saya sangat terkesan dengan Raja Broxton yang Agung ini, rasanya kalau bersyukur terhadap Dewa saja masih sangatlah kurang."

ÁGUILA REALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang