25. Still With Him

197 34 7
                                    

LIZZIE UPDATEEEE~

Hdue makin ke sini kayaknya genre romance-nya makin kerasa padahal target awal romance cuma sekitar sepuluh persen sisanya fantasi sama politik aja🤦🏻‍♀️

Tapi gapapa lah, biar gak ngenes-ngenes amat jadi jomblo xixixi

HAPPY READING!

Bulan semakin naik ke atas. Cuaca cukup dingin mengingat malam semakin lama semakin larut. Di sini benar-benar sepi. Lizzie sendirian.


Gadis itu mengusap-usap kedua lengannya yang dingin terpapar angin malam terlalu lama.

Setelah mengucapkan hal yang membuat Lizzie terguncang, pria itu langsung pergi menggunakan portal sihir berpendar ungu bak kunang-kunang. Sampai sekarang ia belum kembali, sebenarnya Lizzie tak akan mempermasalahkannya sekarang -setelah ia mencoba berfikir jernih- walau sempat mengira Edward menyembunyikan banyak hal darinya, pasti ada alasan di balik itu dan Lizzie akan mendengarkannya.

Sungguh, Lizzie tak keberatan siapa Edward sebenarnya biarpun dia vampir bahkan iblis sekalipun.



Faktanya, Lizzie terlanjur menyukai pria menyebalkan itu.



"Ed!" panggilnya ke seluruh penjuru. Tidak ada jawaban.


"Sudah terlalu malam. Aku ingin kembali," Lizzie bergumam lirih. "Tapi aku tidak tahu jalan pulang."


Ia merasakan sepasang lengan memeluk perutnya dari belakang. Aroma citrus terasa familier dari seseorang yang ia cari sejak tadi mampu membasahi pelupuk matanya. Ketakutannya mendadak sirna, tergantikan oleh rasa nyaman yang tak ingin ia akhiri.


"Maafkan aku," gumam Edward tepat di samping Lizzie. "Asal kau tahu sejak tadi aku tak meninggalkanmu sedikitpun sejak tadi."


Lizzie menggeleng. "Jangan membuatku cemas."


"Maaf." Lagi, hanya itu yang bisa Edward katakan. "Aku memang tak pantas untuk selalu berada di sampingmu hingga akhir."


Lizzie berbalik. Menangkup wajah suaminya yang lebih besar dari telapak tangannya sendiri. "Mari ulang dari awal. Mari mengenal satu sama lain dan ceritakan segalanya padaku."


"Kau yakin tak akan menyesal jika mengetahui segalanya?"


"Buat apa menyesal?" Lizzie terkekeh. "Justru melepaskanmulah yang akan membuatku menyesal."


"Terima kasih. Terima kasih banyak."


Detik berikutnya Edward memeluknya erat seakan tak ada hari esok. Ia memejamkan mata.

Selama ini orang-orang sangat membenci dirinya karena berkah dari dewa yang hanya diberikan sekali setiap sepuluh ribu tahun sekali sejak dalam kandungan. Semua orang selalu merendahkannya, padahal dengan besarnya posisi serta kekuatan Edward saat ini dia bisa saja menghancurkan rumahnya sendiri termasuk orang-orang yang berani menyakitinya dulu.


Tapi Edward tak akan melakukannya. Ia memberikan kesempatan kedua walau orang-orang itu tak akan ia biarkan hidup dengan tenang setelah apa yang terjadi padanya.


"Kita akan mendapatkan hukuman apalagi setelah ini?" Lizzie terkekeh geli. "Kita pergi sejak pagi."


"Mau mencoba sesuatu?" dengan telunjuknya, Edward menggambar lingkaran cukup besar di udara. Bersamaan dengan itu, kunang-kunang ungu yang sering Lizzie lihat tampak menghiasi, beterbangan bak debu dan membuka sebuah portal sihir menuju suatu tempat. Kamarnya.

ÁGUILA REALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang