06. Akhir Kehidupan Mewah

283 49 4
                                    

LIZZIE UPDATEEEE!
Ada yang nungguin?

Hayok jangan lupa klik VOTE dan KOMENNYA ditunggu loh. Sekalian mau kenalan sama readers-readers di Águila. Tak kenal maka tak tahu.
/Yaiyalah!/

Oke, kapan kalian baca Águila Real?

SELAMAT MENIKMATI ÁGUILA SELAGI MASIH HANGAT!

Aaron menarik lengan Lizzie tergesa-gesa. Manik hijaunya melotot saat merasakan penolakan Lizzie yang memutuskan untuk bertahan ditempat. Dikamarnya. Sendirian.

"Apa yang kau pikirkan?!" Bentak putra mahkota tak sabar. "Kita akan melewatkan pengumumannya jika kau terus bertindak seperti ini!"

"Putra mahkota, apa kau tidak mengerti bagaimana perasaanku sekarang?" desis Lizzie kesal. Dia belum bisa menerima hukuman yang diberikan sepenuhnya dan paksaan Putra mahkota semakin memperkeruh suasana hatinya. "Jika kau ingin melihat pengumumannya, lakukanlah sendiri. Jangan bawa-bawa aku!"

"Memangnya ini hukuman siapa, ha?" balas Putra mahkota tak kalah sengit, "Kuperintahkan kau untuk keluar dari kamar ini dan ikuti aku sekarang juga!"

"Putra mahkota tukang perintah," gerutunya pelan hingga akhirnya Lizzie pasrah saja saat Putra mahkota menarik lengannya secara paksa menuju Balairung istana. Menuju tempat kematiannya sendiri seolah Lizzie dengan sukarela menyerahkan nyawanya pada kerajaan untuk melindungi rakyat.

Setelah berada di Balairung, suasana jauh berkali lipat lebih ramai daripada siang tadi. Bahkan dari kejauhan Lizzie bisa menemukan keberadaan Hans yang menatapnya khawatir, lalu memberikan semangat lewat gerakan mulutnya.

Semuanya akan berlalu. Jangan putus asa.

Kalimat tersebut dapat meringankan hati Lizzie walau sedikit. Ia mengangguk cepat ke arah Hans lalu dibalas remaja setahun lebih muda itu lagi dengan kalimat yang ikut menenangkan pikiran kalut Lizzie.

Aku akan membantumu diam-diam. Jangan khawatir.

Belum sempat Lizzie menjawab pernyataan Hans, Putra mahkota lebih dulu menariknya tanpa perasaan dengan wajah yang bisa dibilang tak ramah. Hilang sudah Aaron perhatian dan penuh kasih sayang yang tadi ditemuinya di kamar, digantikan oleh sosok laki-laki kasar dan keras pada perintah Raja.

Semua orang memerhatikan kehadiran Lizzie. Ada beberapa wanita yang berbisik-bisik karenanya bahkan ada yang terang-terangan menatapnya penuh cemooh. Ingin sekali rasanya Lizzie membungkam mulut besar mereka dengan kotoran kuda jika tak mengingat bahwa saat ini dirinya tengah berada di Balairung dan siap dihukum.

Lagipula siapa yang rela melewatkan kesempatan emas seperti saat ini untuk menjatuhkannya? Jika ada yang mengatakan bahwa hidup di istana hanya perihal hidup mewah dan nyaman, maka salah besar. Kenyamanan yang ditawarkan istana hanyalah fatamorgana belaka. Hidup di istana sama halnya seperti berjalan di atas teratai di tengah sungai, jika sudah terjebak dalam suatu masalah maka bersiaplah untuk tenggelam dalam dakwaan dan berakhir dengan dibunuh.

Bangsawan terlahir cerdas dikarenakan guru yang hebat dan didikan keras dari lingkungan. Menumbuhkan pikiran licik yang selalu berkembang setiap hari hingga yang mereka pikirkan hanyalah cara untuk menghancurkan keluarga kerajaan entah dikarenakan iri, dendam, bahkan menginginkan takhta. Untuk itu putra-putri Raja dituntut untuk bersikap hati-hati agar terhindar dari skandal yang berusaha memojokkan mereka.

Tapi kali ini Lizzie tak akan lolos dengan mudah. Pemerintahan lebih banyak mendukung kubu Putra mahkota Aaron namun dengan kecerdasan Lizzie dan beberapa prinsipnya yang memuaskan rakyat, mereka khawatir jika sang putri pada akhirnya yang akan melengserkan kedudukan kakak pertamanya dengan bantuan seluruh rakyat yang mencintainya.

ÁGUILA REALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang