09. Dunia Baru Yang Bebas

262 47 6
                                    

Selamat malam!
Udah lama gak update rasanya. Udah seminggu apa belum ya dari terakhir update?  Au ah, lupa.

Eh, aing sempat kepikiran buat bikin cerita baru. Fantasi juga sih cuma dibikin cerita kembar. Bukan orangnya yang kembar, yee tapi bukunya. Kira-kira banyak yang suka gak ya?

Yodah lah aku mikir-mikir dulu mau publish apa nggak. Tapi kalau menurut kalian?

He, udah gitu aja. Cuma pen nanya. Silahkan nikmati Águila Real~

Oh, satu lagi. Jangan lupa follow akun Author di Pelangizigzag

HAPPY READING!

Dua jam. Tiga jam. Empat jam.

Waktu seolah tak terasa lama saat Edward memutuskan untuk mengobati wanita yang ditemukannya. Manik gelapnya tak menampilkan ekspresi apapun, terkesan datar dan tajam. Kain yang telah dicelupkan ke dalam air telah diletakkannya di dahi wanita yang masih memejamkan matanya dengan erat, terlihat tak rela untuk bangun barang sejenak. Suhu tubuhnya tak normal karena terlalu tinggi namun kakinya terasa dingin seperti es mungkin disebabkan karena ia terendam lama dalam air sampai pagi. Suatu mukjizat saat Edward dapat merasakan hembusan napasnya yang tak teratur pagi tadi di tepi pantai.

Dilihat dari sisi manapun, sang putri memang tak memiliki cacat sedikitpun pada wajahnya. Patrian Tuhan yang paling sempurna dengan rambut berombak pirang cenderung kekuningan. Lalu warna mata ... Edward tidak mengetahuinya karena gadis itu masih betah terpejam hingga matahari hampir tenggelam dan menelan dirinya dan lelaki bersurai hitam itu dalam kegelapan.

Edward merasa dirinya tak bisa berdiam diri saat gadis itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan bangun. Ia beranjak dari kursi yang terbuat dari anyaman rotan di samping dipan . Ia berencana akan mencari obat-obatan disekitar hutan untuk sang putri. Namun saat berada di depan pintu, Edward kembali menoleh lalu kembali masuk ke dalam, menghampiri gadis yang berbaring lemah itu dan mengambil cincin safir milik sang putri dari jari manisnya lalu menyimpan benda tersebut sedalam mungkin.

.

Cahaya bulan semakin naik saat sang putri tersadar dari pingsannya. Kepalanya terasa berat dan sakit bersamaan, ia meringis lalu terbatuk-batuk karena air laut yang belum keluar sepenuhnya. Penglihatannya sempat buram bahkan ia tak dapat mengingat apapun yang terjadi sebelum ia berbaring di sini ditemani sebuah lilin yang apinya bergoyang-goyang ditiup angin dari luar. Kosong, Lizzie tak bisa berfikir. Kebetulan tak lama kemudian Edward baru datang dari dalam hutan dengan membawa sebakul tanam-tanaman hijau yang tidak Lizzie ketahui. Pria itu hanya meliriknya sekilas, lalu masuk begitu saja dan kembali sibuk dengan rumput-rumput yang dibawanya.

Lizzie berdehem serak mengisyaratkan bahwa dirinya membutuhkan air. Edward segera menuangkan secangkir teh hangat dengan bunga mawar asli didalamnya, dalam sekali teguk isi cangkir habis tak bersisa. Tenggorokannya yang tadi rasanya seperti tercekik kini terasa lebih baik ditambah dengan harumnya aroma bunga mawar yang menenangkan pikiran kalut Lizzie.

"Kau bisa pulang saat matahari terbit besok. Jangan khawatir aku tak akan berbuat macam-macam padamu. Tidurlah." Edward berbicara tanpa melihat sang putri, nada bicaranya cenderung dingin tak tersentuh. Tangannya dengan terampil dan ahli menumbuk beberapa tanaman hingga lumat menjadi satu. Pria ini sangat berbakat, karena ia sudah lama tinggal sendiri di sekitaran Erston yang luas, tempat yang tidak banyak diketahui oleh orang-orang.

"Maaf Tuan, kalau boleh tahu kemanakah aku akan pulang?" tanya Lizzie khawatir. Di mana rumahnya dan siapa keluarganya, ia bahkan tidak mengingat apapun. "Bisakah kau menunjukkan jalannya?"

Edward hampir tersedak saat mendengar ucapan Lizzie barusan. Manik gelapnya membola dan bertatapan langsung dengan manik biru sang putri. Manik yang daritadi membuatnya penasaran terlihat begitu indah dengan ekspresi polosnya. Tak ada kebohongan.

"Aku bahkan tidak tahu siapa kau, bagaimana aku bisa menunjukkan jalan pulang?" balas Edward sedikit berbohong, "Aku menemukanmu sekarat tergulung ombak dan mencapai Erston tadi pagi."

"Erston?"

Edward mengangguk. "Tempat ini namanya Erston." Walau sambil bercakap, Edward tak menghentikan tangannya untuk menumbuk beberapa tanaman yang tadi dibawanya. "Jadi nona, aku tak bisa mengantarkanmu pulang  karena aku tak mengetahui darimana kau berasal."

"Begitu rupanya." Terdengar helaan napas kecewa dari gadis yang memaksakan diri untuk duduk itu. "Kalau begitu aku akan berusaha untuk mengingat kembali agar tak merepotkanmu." Lizzie memberikan senyuman termanisnya, lalu berkata dengan lirih. "Terimakasih."

Edward tak membalas ucapan terima kasih darinya. Ia kembali menyibukkan diri dengan beberapa tanaman untuk obat luar gadis ini namun pikirannya melayang jauh. Ia berniat untuk menyandera cincin safir berharga milik Broxton agar kerajaan memberikan banyak imbalan padanya atas penyelamatan nyawa sang putri. Namun jika dipikir-pikir lagi, kenapa sampai saat ini Raja Davidson tidak mengambil tindakan apapun untuk menemukan putrinya yang bisa saja sudah menjadi bangkai jika ia tak melihatnya pagi tadi di tepi pantai. Apakah Lizette Aamarish Kenward memang sengaja dibiarkan mati, tapi untuk apa?

Edward menoleh ke arah dipan. Suara deru nafas yang teratur menandakan bahwa gadis itu sudah tertidur kembali. Terkadang Edward sendiri merasa kasihan pada keluarga kerajaan yang nyawanya tak pernah aman walau berada di dalam tembok menjulang tinggi seperti Broxton. Menjadi anggota keluarga kerajaan yang polos? Paling lama hidupnya akan bertahan hingga remaja sebelum ia dibunuh untuk menaikkan jabatan bangsawan yang ingin meraup banyak keuntungan. Konspirasi kerajaan memang sekejam itu.

Menyerahkan Lizzie kembali ke istana? Apa gadis itu akan kembali dibunuh oleh orang-orang yang haus kekuasaan?

Selama dua puluh tujuh tahun hidupnya, Edward tak pernah se-bimbang ini.

Memerhatikan wajah damainya saat tidur, Edward tak kuasa untuk membiarkan sang putri mati sia-sia di dalam istana. Jika kerajaan tak menginginkannya lagi, maka Edward akan 'memungutnya'.

Keputusannya sudah bulat, Edward akan memberikan kehidupan baru untuk sang putri yang hilang ingatan.

TBC!
Don't forget to;
VOTE⭐
COMMENT👧
SHARE👫
Siapa tau banyak yang suka💜

ÁGUILA REALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang