35. Membalas Semuanya Satu Persatu

133 29 4
                                    

LIZZIE UPDATEEEE
Aku baru ingat kalau udah janji sama kalian tadi, untung belum kutinggal tidur, kalau nggak gatau lagi dah. Gak tepat waktu.😭

Nih dah up, selamat membaca. Jangan lupa tinggalkan jejak 😀🖐🏻

HAPPY READING!



Ruangan tersebut tidak bisa dikatakan luas, namun tidak bisa juga dikatakan sempit—karena akan menyakiti hati Aaron sebagai pemilik rumah. Di dinding terdapat beberapa lukisan indah yang Lizzie yakin itu adalah buatan tangan Aaron sendiri. Lagi, yang paling mencolok adalah lukisan seorang wanita berpakaian ala bangsawan tengah mengangkat cangkir dengan menunjukkan jari kelingking. Bermata hijau dan surai pirang yang khas. Tak salah lagi, itu Lizette Kenward.

"Kau tidak pernah menunjukkan bakat melukis mu. Ini luar biasa," puji Lizzie dengan mata berbinar.

"Seperti yang kau tahu, pekerjaan kita tidak memperbolehkan membuang waktu seperti ini," sahut Aaron lalu ia berbisik, "Ané tidak tahu jika kita keluarga Kenward."

"Baguslah, jadi biarkan aku saja yang mengatakannya agar dia bisa menjaga jarak darimu," ungkapnya berapi-api.

"Sama halnya sepertimu, Zie." Aaron memandang Lizzie sendu. "Aku mencintai wanita yang bukan dari kasta kita."

Lizzie membekap mulutnya sendiri. "Apa kau ... kau mencintainya?!"

Aaron kesal lalu ikut membekap mulut adiknya. "Jangan keras-keras!"

"Ah, i see, i see." Lizzie tersenyum jahil. "Pantas saja sejak tadi aku merasa sikapmu berbeda, ternyata karena—"

"Oh, kalian di sini rupanya."

"Hhhmmmm!"

Ané menatap Lizzie dan Aaron bergantian. Aaron hanya tersenyum aneh sedangkan Lizzie meronta-ronta karena lagi-lagi ia disuruh tutup mulut.

"Aku sudah menyiapkan teh dan camilan. Kalau begitu ... aku permisi dulu."

Aaron mengangguk cepat. Setelah Ané sudah pergi, ia baru melepaskan bekapannya hingga sang adik berusaha bernapas sebanyak mungkin.

"Kau tidak waras," umpatnya syok.

"Tenang saja, kau masih hidup," jawab Aaron kemudian berdehem. "Aku ingin berbicara dengan Edward. Empat mata. Aku ingin melihat bagaimana kualitas pria yang menjadi suami adik satu-satunya ku ini."

"Aku yakin kau tidak akan kecewa padanya," sahut Lizzie yakin.

•••

"Jadi...." Aaron membuka suara. "Sebelum kenal dengan adikku, kau tinggal di mana?"

"Saya tinggal di pesisir Erston."

"Tinggal bersama siapa?"

"Sendiri."

"Sendiri?" beo Aaron lalu mengangguk paham. "Di mana orang tua kandungmu?"

Edward meneguk saliva-nya dengan kasar. Jujur atau tidak? Ia bisa saja mengatakan orang tuanya adalah Louis dan Daisy, namun kembali ke pertanyaannya, Aaron menanyakan orang tua kandung. Tolong digaris bawahi.

"Apa aku bisa bertemu dengan mereka?"

Pikiran Edward buyar. "Ini dia masalahnya," ucapnya cepat. "Ibu saya sudah tiada setelah melahirkan saya, sedangkan ayah—"

Aaron menunggu.

"Saya kurang yakin entah beliau masih hidup atau tidak."

"Aneh sekali sampai kau tidak mengetahui keadaannya," Aaron mengernyit, "Memangnya siapa nama ayahmu?"

ÁGUILA REALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang