27. Menjawab Teka-teki Masa Lalu

174 39 6
                                    

Lizzie updatenya malam-malam lagi xixixi maaf kebiasaan🙈

Udah cukup sama teka-teki jaman baheula, sekarang kita bakal buka permasalahan satu persatu. Sabar yee update nya pelan-pelan😭

Doain aja supaya gaada masalah lagi ke depannya buat kapalnya Lizard biar bisa berlabuh🤙🏻

Lizard? Lizzie - Edward dong. Gimana, comel kan namanya. Aku baru nyadar nama mereka emang cocok dari awal. Tapi tenang aja, ntar kalau mereka punya anak, gak bakal ku kasih nama Lizard kok. Kan kasian disamain sama cicak😌

Hshshsh jari ku gak bisa diem. Yaudah dibaca aja😭

HAPPY READING!



Semua tamu sudah pulang ke negerinya masing-masing sejak dua hari yang lalu. Sementara itu rencananya Carloz akan pulang hari ini, di hari yang sama saat ia datang ke Broxton. Tepatnya satu minggu yang lalu.

Istana dalam masa pembersihan. Banyak pelayan hilir mudik dengan banyak bawaan hingga pernah sekali mengenai Lizzie. Tentu pelayan tersebut memohon ampun hingga bersujud takut, Lizzie yang sama sekali tak mempermasalahkan pun memaafkannya begitu saja. Tak ingin mengganggu, sang putri mahkota memutuskan untuk berdiam diri di dalam perpustakaan istana.

“Kau yakin akan pulang sekarang?”

Carloz menatap awas pada Edward yang berada tepat di belakang Lizzie. Ia terkekeh. “Seseorang akan berubah menjadi api jika aku berlama-lama di sini.”

“Api?”

“Ah, kau ini.” Dengan isyarat mata, Carloz melirik ke arah pria yang sejak tadi menatapnya tajam. Carloz berbisik. “Suamimu itu.”

Sontak manik hijau Lizzie membola. “Dari mana kau tahu?”

“Aku hanya menebak dan ternyata dugaanku benar,” Carloz tersenyum miring masih dengan suara yang sangat pelan yang hanya dapat didengar Lizzie. “Undang Erosh saat pernikahan kalian resmi diumumkan. Ah, juga satu hal. Katakan padaku, bagaimana rasanya menjadi seorang istri?”

Lizzie merona. “Jangan berbicara yang aneh-aneh!” detik berikutnya Lizzie melayangkan pukulan demi pukulan pada tubuh Carloz yang keras. Seperti batu. Bukannya kesakitan, Carloz justru tertawa lepas dengan tangan Lizzie yang kram.

“Jangan sakiti dirimu. Dia hanya bercanda, hm?” bujuk Edward pada Lizzie. Digenggamnya kedua tangan yang tak seberapa itu dengan lembut. Jangan salahkan Edward karena ia memiliki indra yang lebih tajam dari manusia biasa sehingga ia dapat mendengar seluruh percakapan Lizzie dan Carloz. “Jangan mudah terpancing oleh ucapannya. Kau sudah mengenal Carloz sejak kecil, kan. Dia memang hobi becanda.”

“Yah, raja yang satu ini pun tahu.” Sahut Carloz lalu mengambil buku bersampul kulit di dalam rak tepat berada di sampingnya. “Ngomong-ngomong setelah kuingat-ingat ternyata sebelumnya aku dan Raja Magnolia ini pernah bertemu saat kita masih remaja. Benar?”

“Panggil Edward saja,” tukas Edward santai. “Dan ya, kita memang pernah bertemu saat perundingan Magrosh* di perbatasan. Sayangnya kau menaruh curiga padaku satu minggu yang lalu, itu berada di saat-saat yang tidak tepat. Maaf saja, aku sengaja memanipulasi pikiranmu sampai kemarin,” ucap Edward tanpa beban.

“Dengan mudahnya kau memanipulasiku?” Carloz tercengang. “Katakan, siapa yang tidak bisa kau manipulasi di dunia ini?”

“Hanya satu orang karena pengaruh kami menyeimbangkan dunia, begitu juga sebaliknya, hanya aku satu-satunya orang yang tak bisa ia manipulasi di dunia ini.” Edward menatap Carloz dan Lizzie bergantian. “Dia Kaisar Erosh. Kaisar Javier Maxuell sekaligus ayahmu, Pangeran Carloz.”

ÁGUILA REALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang