5 : Want kiss

5.9K 927 463
                                    

"Entah." Jawaban singkat itu telah memutuskan tatapan lekat Taehyung. Ternyata benar, Soojae memang tidak tahu apa-apa soal cinta. Bukannya ia terlalu percaya diri, ia hanya takut Soojae mencintainya, astaga, pikiran macam apa itu? Jelas perlakukan Soojae padanya itu terbentuk karena hubungan pertemanan mereka. Soojae gadis yang polos dan baik, ia tidak punya teman, jadi wajar saja kalau Soojae terus mendusel kepadanya karena ia satu-satu teman yang dimilikinya.

Menegakan tubuh, bibirnya terkatup rapat. Tidak ada percakapan lagi. Ia terus mengalihkan dirinya dengan pekerjaan rumah yang ringan, seperti menyapu lantai atau mencuci gelas-gelas kotor bekas kopi, Soojae memperhatikan Taehyung dengan terdiam-diam, seperti orang yang sedang terpesona. Setelah kehabisan pekerjaan, Taehyung mondar-mandir dengan gelisah, seperti harimau liar yang dikurung.

"Kau kenapa, sih?" Soojae mengerutkan dahi dengan kesal, ia merasa sangat pusing dengan gerakan-gerakan Taehyung yang cepat itu. "Tidak apa-apa. Sebaiknya kau makan," tunjuk Taehyung pada beberapa nampan berisi makanan. Soojae mengangguk cepat, ia turun dari kursi punggung, lalu duduk bersila di atas karpet. Menunggu Taehyung menghidangkan makanan yang tadi ia bawa. "Tidak punya susu?" Soojae bertanya malu-malu. Ia tersenyum senang saat Taehyung mengeluarkan sekotak susu segar dari kulkas tuanya. "Aku membeli ini waktu pergi keluar, murah memang, tapi yang penting itu susu."

"Terima kasih. Um, kau tidak makan?" Taehyung menggeleng, ia duduk di hadapan Soojae. "Kenapa?"

"Tidak lapar."

"Tapi kan aku mau makan bersamamu." Gadis itu melepas sendok dari apitan jarinya, ia menatap Taehyung lurus-lurus, seperti sedang mengancam. Karena tak ingin berdebat dengan anak majikannya itu, Taehyung meraih semangkuk kecil nasi putih dan menyendok sup ayam yang masih hangat, serta menyuap segelintir cumi asin. Ia mengunyahnya dengan penuh penghayatan, saat melirik ke arah Soojae, gadis itu juga sedang mengunyah makanannya. Tidak ada pembicaraan, mereka mendadak senyap dan kadang-kadang tersentak kaget ketika petir menyambar. Setelah mencuci tangan di wastafel, Soojae melongok-longok ke belakang pintu rumah kecil Taehyung. Rumah ini memang terletak di ujung paling belakang. Rumah yang ditinggali Taehyung sengaja diletakan tidak terlalu jauh dengan lumbung, karena bagian belakang rumah Taehyung merupakan lapisan-lapisan pohon besar, Soojae bergidik ngeri sambil menunjuk-nunjuk cabang pohon yang katanya seram seperti tangan monster. 

"Itu cuma pohon, ia tidak akan memakanmu," kata Taehyung saat ia sibuk mencuci piring lagi, Soojae menolehkan kepalanya. Ia mendekat sambil menatapi tangan lincah Taehyung. "Kau bilang pohon tidak bisa memakan manusia? Tapi aku baca dibuku, ada sebuah pohon yang menghisap tubuh manusia hidup sampai ia jadi sisa-sisa tulang. Aku..."

"Sttt..."

"Oh, maaf, apa aku... berisik?"

"Tidak, hanya saja aku sedang berkonsentrasi." Taehyung melembut. Ia tidak ingin menyakiti Soojae.

"Aku juga bisa mencuci."

"Tentu saja, kau kan sudah besar." Soojae tersenyum lebar. Perasaannya sangat bahagia saat Taehyung mengatakan hal sederhana seperti tadi. "Coba katakan lagi?"

"Apa?"

"Katakan kalau aku sudah besar."

"Kau kan sudah besar?"

"Iya, aku sudah besar. Kata Yoongi oppa, aku akan menikah saat sudah besar, aku akan segera menikah."

Taehyung terdiam seribu bahasa. Ia menatap Soojae dengan perasaan aneh. "Itukah alasan abangmu melarangku dekat-dekat denganmu?"

"Bukan."

"Lalu apa?"

"Katanya kau pria berbahaya, jadi ia tidak mau aku terkena bahaya."

 Flower Flaws ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang