17 : The City

3.4K 812 181
                                    

Jimin tidak memiliki adik, tidak pula seorang kakak. Ia anak tunggal yang mendapat pengasuhan baik dari orang tuanya. Selama seharian penuh ia bekerja di kantor dan setelahnya menyesap energi menjelang senja di apartemennya. Soojae gadis baik, ia menyukainya dengan setulus hati. Namun mendapati Soojae jadi sangat dekat dengan Taehyung membuatnya cemburu. Soojae adalah calon istrinya, dan tidak lama lagi ia akan memiliki Soojae seutuhnya. Tidak sepantasnya Taehyung mendekati kekasihnya itu.

Setelah berganti pakaian dengan yang lebih santai, ia berniat untuk pergi keluar dengan mobilnya menuju tempat Soojae bekerja. Hari ini Jinsung tidak bisa menjemput Soojae, kemudian wanita yang sebentar lagi akan menjadi kakak iparnya itu menghubungi agar ia menjemput Soojae. Ia senang sekali, melihat Soojae tersenyum membuat perasaannya menghangat. Ia tidak pernah merasa kalau Soojae kelak akan menjadi beban bagi hidupnya.

Meski gadis itu kelihatan masih belum nyaman kepadanya, tapi ia terus berusaha membuat gadis itu menyukainya. Kesalahan terbesar yang pernah ia lakukan adalah meninggalkan Soojae sendirian. Ia benar-benar ingin membelikan Soojae ice cream serta sebuah hadiah atas kencan mereka, tetapi Hyera terus mengalihkan perhatiannya sampai ia sendiri tidak menyadari kalau ia sudah meninggalkan Soojae dalam waktu yang lama.

Ingat sekali, ia benar-benar merasa bersalah serta cemas ketika tidak menemukan Soojae di tempat ketika ia meninggalkan gadis itu. Ia menyusul ke rumah sekaligus mengantar Hyera pulang. Saat ia bertanya pada calon ayah mertuanya, pria itu mengatakan kalau Soojae pergi bersama Yoongi.

Kemudian ia menghubungi Yoongi, pria itu mengatakan kalau ia telah membawa Soojae pergi ke Seoul, hal tersebut membuatnya bernapas lega. Kalau Soojae pergi dari rumahnya di Daegu, itu berarti Soojae akan berpisah dengan Taehyung. Tetapi semua tetap saja sulit, saat ia menemui Soojae untuk meminta maaf. Soojae tidak mau berbicara, bahkan mengabaikannya. Selama berminggu-minggu Soojae mendiaminya. Tapi sikap kekanakannya tersebut membuatnya sangat gemas. Beruntung sekarang Soojae sudah mau memaafkannya.

"Kau sudah makan malam?"

Soojae mengangguk ceria. Kata Jinsung, sebelum Soojae bekerja, ia menjadi gadis yang murung dan tidak bersemangat, tetapi sekarang sudah tidak lagi.

"Jimin, malam ini eonnie Jinsung berjanji akan mengantarku pergi ke toko ponsel, tapi ia tidak datang, kenapa?"

"Ia mengatakan kalau keponakannya sakit dan sedang menjenguknya bersama Yoongi. Aku bisa mengantarmu kalau kau mau."

"Tapi aku tidak bawa uang."

"Tidak apa, aku yang akan membayarnya untukmu."

"Tapi..."

"Kau mau ponsel seperti apa?"

Soojae mencebik karena Jimin tidak mau mendengar protesnya. Dengan sebal Soojae menolehkan kepalanya keluar jendela. Jimin memutar kemudi dan melaju cepat.

"Yang bisa menelepon dan mengirim pesan."

Jimin tersenyum, ia ingin mengulurkan tangan dan mengusap puncak kepala si gadis, tapi ia diam saja. "Hanya itu?"

"Iya, pokoknya jangan yang terlalu mahal. Aku takut merusaknya," kata Soojae. Jimin tersenyum lagi, betapa manis adik dari sahabatnya itu. Sejak pertama kali ia bertemu Soojae. Ia langsung jatuh hati, ia bersungguh-sungguh.

"Baiklah, kita akan mendapatkan ponsel yang pas untukmu."

Soojae menoleh ke arah Jimin, rautnya benar-benar polos, bahkan untuk ukuran gadis berumur dua puluh ke atas. "Jimin, kenapa kau tersenyum terus?"

"Itu karena aku melihatmu sangat ceria hari ini."

"Hm, kupikir kenapa. Omong-omong, eommamu baik sekali ya. Ia cantik seperti eommaku."

"Eommaku sangat menyukaimu, kapan-kapan kau harus menginap di rumah, aku yakin eommaku akan menjadikanmu tuan putri selama siang dan malam." Jimin tertawa. Soojae ikut tersenyum. Bukankah mereka terlihat sangat serasi? Kalau Taehyung melihat hal ini, bisa di pastikan pria itu akan sangat cemburu

****

Taehyung sudah sampai di sebuah hotel penginapan murah, hotel itu terletak di Seoul. Mengingat ia telah kembali ke kota megah di mana dulu adalah rumahnya. Taehyung mendadak merasakan rindu, namun dibuangnya perasaan lembut itu jauh-jauh. Ia tidak ingin mengingat apa pun, tidak dengan masa bahagianya atau wajah Melody yang menyeringai menertawai kecacatannya. Niatnya datang ke sana bukanlah untuk mengungkit masa lalu, tapi untuk menemui gadis yang saat ini sangat dirindukannya.

Setelah mandi dan berbaring di atas ranjang, ia mendengar pintu kamar hotelnya diketuk oleh seseorang. Oh, siapakah itu? Ternyata seorang gadis cantik yang ia yakini adalah salah satu pelayan hotel. Ia membuka pintu, membiarkan gadis cantik itu meletakan nampan berisi makanan yang sebelumnya sudah ia pesan. Gadis itu memakai blazer putih serta rok span yang sama ketat seperti pakaian renang. Selama beberapa saat gadis itu terlibat adu tatapan bersama Taehyung.

Taehyung mendadak bingung, apa yang salah? Kenapa gadis itu tidak langsung pergi melainkan mendekat kepadanya.

"Tuan Kim, apa Anda membutuhkan sesuatu?"

"Tidak, terima kasih."

"Apa kau membutuhkan pelayanan spesial?"

Taehyung menjungkitkan alis, ia mengerti maksud gadis itu. Oh, hotel ini ternyata menyamarkan jalang menjadi seorang petugas hotel untuk menggoda lelaki yang datang sendiri dan berniat untuk mengeruk uangnya sampai habis.

"Tidak, aku tidak membutuhkannya."

"Kau yakin? Temanku bilang Anda datang sendirian."

"Ya, memang, tapi sekarang aku tidak membutuhkan seks."

"Sayang sekali, padahal saya sudah menyiapkan diri untuk Anda. Kalau malam ini Anda memesan, saya akan memberikan harga murah dan pelayanan menjanjikan selama semalam."

Pria itu hampir tergiur, tapi imannya lebih kuat daripada yang gadis cantik itu duga. Dengan lembut ia menggiring si gadis keluar kamarnya.

"Maaf, bukannya aku tidak tertarik padamu, tapi aku sudah memiliki gadis lain. Kalau tidak, mungkin aku akan langsung menggiringmu ke tempat tidurku."

Gadis itu nampak kecewa. "Tidak pernah saya menemukan pria sejantan Tuan. Punya tubuh bagus dan memilik ketampanan wajah yang sangat langka. Kalau Tuan tidak mau membayar, bolehkah saya yang membayar hanya untuk tidur bersama Anda, saya benar-benar menginginkan pengalaman menantang bersama Anda dan merasakan..."

Sudah cukup basa-basinya! Batin Taehyung kesal. Gadis itu memang sulit ditolak dengan cara lembut, maka dengan dingin ia menggulung kemejanya dan memperlihatkan lengan kirinya yang palsu. "Kau lihat? Masih mau bercinta dengan pria cacat sepertiku?"

Gadis itu terdiam kaku, skakmat!
Akhirnya pergi dengan rasa marah karena sudah ditolak dan melihat pemandangan paling menjijikan sepanjang hidupnya. Biarlah, kata Taehyung sambil melahap makanannya.

Kadang-kadang ia sangat marah kalau ada gadis yang tidak mau bercinta dengannya hanya karena tahu kalau ia cacat, tapi sekarang sudah tidak lagi. Sebab ia sudah mencintai kecacatannya, sudah mencintai dan menerima semua kekurangannya, itu semua karena satu orang, ya Soojae. Semua karena Soojae telah menyadarkannya, bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna, tidak selain hati murni milik gadis itu sendiri.

Soojae, aku benar-benar sudah tidak sabar ingin menemuimu, ingin memelukmu dan mendengar segala curahan hatimu, batin Taehyung saat ia menyandarkan punggungnya ke sofa, menatap kerlap-kerlip kota Seoul dengan sebotol red wine.

Malam itu waktu berjalan terasa sangat lambat, hingga Taehyung benar-benar tidak bisa tidur karena dibuatnya, ya, semua itu karena kerinduannya terhadap makhluk cantik nan manis bernama Soojae. []

 Flower Flaws ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang