14 : Let go

3.8K 852 205
                                    

Dibelainya pipi merah muda Soojae,  "Ya, mungkin saja. Sebaiknya kita segera pulang."

"Hu'um... Taehyung, aku tidak bisa tidur kalau di rumahku, boleh aku menginap dan tidur di pelukanmu lagi. Seperti malam itu?"

Senyum Taehyung lenyap. "Tidak boleh."

"Kenapa? Padahal kau suka kan, ayo! Mengakulah!" Taehyung memalingkan wajah dari senyum menggoda yang ditunjukan Soojae.

"Sebenarnya, saat kau tidur. Aku menciummu diam-diam," kata Soojae polos. Vokal si gadis memelan serak. 

"Apa?"

"Ya, aku tidak bisa tidur selama beberapa saat. Jadi aku menatapimu, lalu menciummu. Di sini, di sini dan di sini." Soojae menunjuk puncak hidung Taehyung, lalu pipi dan bibirnya.

"Aku juga mau mencium bahu dan dadamu yang kuat." Taehyung mengusak puncak kepala Soojae, sampai rambutnya berantakan.

"Dengar, gadis lugu sepertimu tidak boleh berbicara terus tentang ciuman. Nanti kau bisa dilahap harimau."

"Tiger? Aku suka tiger, kenapa kau menakutiku?"

"Bukan itu maksudku, ya itulah aku... Aku tidak bisa menjelaskannya untukmu. Nanti saja, aku akan menjelaskan arti dilahap tiger sebenarnya. Tunggu sampai kau siap."

"Aku sudah besar, tahu! Aku sudah siap dilahap!" bibir Soojae mengerucut. Taehyung hampir menjedudkan kepalanya ke tembok. "Pokoknya, gadis cantik sepertimu tidak boleh nakal. Oke? Harus menjaga ucapan di depan siapa pun."

"Kalau Taehyung yang meminta, aku akan lakukan."

"Bagus."

Mereka beranjak pergi bersama, suasana di dalam mobil tidak sunyi karena selalu di penuhi oleh ocehan manis dari Soojae. Taehyung ingin terus mendengar celotehan ceria Soojae, tidak peduli apa pun yang terjadi, ia ingin terus berada di dekat Soojae.

Taehyung memarkirkan pick up, kemudian ia mengantar Soojae ke depan rumahnya. Saat pintu rumah dibuka, seluruh pasang mata memandangi mereka. Soojae melebarkan senyum, ia melepaskan rangkulan tangannya dari Taehyung dan menerjang tubuh sang abang.

"Oppa sudah pulang, kapan?" Yoongi menunduk sendu, ia mengecup pelan pipi adiknya yang rapuh itu. Kemudian matanya menatap Taehyung, entah sorot macam apa. Tapi Taehyung bisa menafsirkan kalau Yoongi sangat berterima kasih padanya, namun juga akan selalu mengawasinya.

Soojae menoleh ke wanita yang berdiri di sisi Yoongi, Jinsung, ia memeluk sang calon kakak ipar. "Eonnie ikut?" Jinsung mengusap surai Soojae, yang nampak dingin karena udara malam. Ketegangan di ruangan itu masih sangat kental, Taehyung bisa merasakannya dengan baik. Jelas-jelas Yoongi habis mengamuk di sana, hanya saja ia terlambat menyaksikannya.

"Soojae, kita akan pergi dari sini."

Soojae keheranan atas penuturan sang abang, ia menatap Yoongi yang juga menatapnya penuh permohonan. "Pergi?"

"Iya, kau harus ikut denganku, aku sudah mengemasi semua barangmu, Soojae.  Aku tidak ingin kau tinggal bersama keluarga ayahmu yang bajingan itu."

Soojae  menggeleng-geleng saat Yoongi mencengkram lengannya dan menariknya keluar. Meronta-ronta, begitu Soojae melewati Taehyung, ia meraih tangan kekar pria itu. Menautkan jari mereka. Yoongi terus memaksa Soojae pergi keluar, karena tangannya dipegang erat oleh Soojae. Taehyung mau tidak mau mengikutinya.

Dari kejauhan, sepasang mata tuan Jaehwan memperhatikan senang, begitu pun dengan istrinya. Perabotan mahal yang ada di rumah itu hampir tidak bersisa, semuanya berserakan dan hancur lebur. Yoongi sudah mengambil foto-foto keluarganya dan mengemasi seluruh barang-barangnya ke koper. Betapa tidak sudinya ia hidup berbaur dengan dua wanita ular itu. Ia sudah cukup muak dengan ayahnya, sekarang pria tua itu menambahkan Hyera dan ibunya untuk tinggal di sana. Kalau orang-orang itu mau hidup di rumahnya yang penuh kenangan ini, biarlah mereka mendapatkannya. Ia akan pergi jauh, dan tidak akan pernah sudi menginjakan kakinya di sana lagi. Ia sudah gagal menjadi seorang kakak, ia sudah membuat Soojae menunggu serta menerima perlakuan yang tidak baik. Sekarang adalah waktunya ia membawa Soojae menuju kebebasan.

"Lingkungan ini sudah tidak sehat untukmu. Soojae, kau mau ikut bersamaku kan?"

Soojae menangis sedih.  "Aku tidak mau pergi dari sini. Oppa tinggalah di sini terus."

Yoongi yang kelihatannya sangat lelah tersebut, melembut. Ia menarik Soojae ke pelukannya. Mengecup puncak kepala adiknya.

"Kalau kau mau tinggal di sini bersama mereka, baiklah, tapi aku tidak akan pernah pulang ke sini lagi. Aku akan pergi jauh dari tempat ini untuk selamanya."

"Kenapa Oppa sangat marah. Memangnya ada apa?" Yoongi tersenyum layu. "Kau memang sangat polos, bahkan bersikap seakan kau baik-baik saja. Dasar gadis nakal. Peluk Oppa lebih erat. Peluklah Oppa." Soojae menangis. Ia sesekali menatap sedih ke arah Taehyung yang masih menunggunya. 

"Aku mohon.... Ikutlah bersamaku. Aku sudah menyiapkan hadiah untukmu.
Aku janji akan menemanimu setiap hari, mengajakmu jalan-jalan ke kebun binatang, melihat pesta kembang api. Kita juga akan tinggal bersama Jinsung. Aku juga sudah menemukan Pusymu."

Kendati dibujuk tanpa henti, Soojae tetap keras kepala. Ia tidak ingin pergi, tapi Yoongi pun tidak bisa membiarkan Soojae begitu saja. "Oppa, kalau aku pergi. Bagaimana dengan Taehyung? Aku... aku tidak mau Taehyung merasa kesepian. Aku juga tidak mau meninggalkan appa dan bibi Darin."

Yoongi melepaskan sang adik. Membiarkan Soojae berjalan perlahan mendekati Taehyung. Jinsung menahan Yoongi agar tidak menghalangi Soojae. Saat gadis itu perlahan melingkarkan kedua tangannya ke pinggang Taehyung serta menempelkan pipi ke dada kekarnya. Yoongi mamalingkan wajah. Jinsung tersenyum lembut. Ia menyadari kalau Soojae dan Taehyung saling menyayangi, bahkan pelukan kedua orang tersebut membuat Jinsung terenyuh.

Ia menggenggam tangan Yoongi yang buku-buku jarinya lebam-lebam. Tadi sore mereka baru bisa dihubungi bibi Darin, saat Yoongi mengetahui fakta bahwa ibu tirinya pindah dan tinggal di rumahnya. Yoongi mendidih bagaikan air di tungku panas, ia langsung melesat pergi serta memutuskan semuanya kemudian.

"Apa kalau aku pergi, kau akan baik-baik saja? Apa kau akan kesepian?" Taehyung menggeleng, ia mengusap air mata Soojae. "Pergilah bersama kakakmu, aku tidak apa-apa."

"Aku akan pergi jauh hiks... Aku pasti akan sangat merindukanmu." Soojae membenamkan wajahnya ke dada Taehyung, berujar lagi, "Apa kalau aku pergi, kita akan tetap berteman?"

"Tentu saja, kita akan berteman selamanya."

"Aku tidak mau pergi, aku mau bersamamu. Melihat Steven tumbuh sampai besar, aku mau terus menemanimu pergi ke kota untuk membeli pupuk tanaman. Melihat anak-anak main gelembung, aku tidak mau pergi jauh darimu..."

Yoongi sudah sangat sabar menunggu, ia merebut Soojae dari Taehyung, lekas meminta Soojae untuk masuk ke dalam mobil. Soojae enggan melepas tatapan matanya dari Taehyung, kemudian menyerah. Dari tatapan matanya, Taehyung tahu kalau Soojae sangat bersedih atas keputusan kakaknya. Taehyung benar-benar ingin menarik kembali semua kata-katanya.

Yoongi, jangan bawa Soojae pergi dariku, jangan pisahkan kami, tetapi mulutnya terus terkunci. Ia memandangi gadis itu dengan muram. Mobil Yoongi melesat menjauh dan lenyap di balik gerbang rumah. Oh! Sial, kenapa semuanya jadi seperti ini? []

Ada 2 sudut cerita yg gk aku tunjukin di sini, pertama di mana Soojae pergi kencan sama Jimin dan kenapa sampai Soojae bisa ditinggal sendirian. Kedua pas Yoongi yang ngamuk di rumah.

 Flower Flaws ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang