20 : I'm Jealous

4.2K 868 323
                                    


💞💞💞

Soojae sudah menemui ayahnya, tetapi ayahnya tidak sekali pun menjawab dan tidak memarahinya lagi. Padahal Soojae ingin melihat ayahnya membuka mata, ingin melihat satu-satunya orang tua yang ia miliki bicara langsung padanya. Namun sudah terlambat, ayahnya sudah tiada, dan Soojae kemudian menghentikan tangisnya. Meski kesedihan terpancar jelas di wajah, tetapi Soojae melemparkan senyum polos pada sang ayah yang kaku diam tak bergerak. Soojae berpikir tidak ada gunanya ia menangis, toh ayahnya sudah pergi ke surga.

Yoongi merasa lega karena Soojae terlihat baik-baik saja, padahal sebelum ini yang dipikirkannya adalah tentang perasaan Soojae. Adiknya itu sangat menyayangi ayahnya, tetapi dugaan Yoongi salah. Dari semua orang yang ada di sana, Soojaelah yang terlihat paling tegar. Setelah persiapan untuk pemakaman selesai, Soojae dan Jimin kembali ke rumah besar yang dulu sempat ditinggalkan. Air mata Soojae meleleh lagi mengingat kenangannya bersama sang ayah, meski sebagian besarnya hanya kenangan buruk, tetapi Soojae masih ingat secuil kebaikan yang ayahnya lakukan dulu.

Soojae ingat sekali, ketika umurnya sekitar 5 tahun. Ayahnya membawakan sebuah sepeda mungil serta mengajarkannya naik benda beroda dua tersebut. Sadar kalau rumahnya kini sangat ramai, Soojae menoleh ke arah Jimin yang setia menggenggam tangannya.

"Kau sudah siap untuk pergi keluar?"

"Tunggu sebentar," katanya serak. Mata Soojae mencari-cari. Ya, siapa lagi kalau bukan Taehyung, tetapi Soojae tidak menemukan pria itu. Hati Soojae gundah gulana karena cemas kalau Taehyung sudah tidak bekerja sebagai manajer kandang kuda lagi. Taehyung mungkin saja sudah mengundurkan diri atau dipecat, perasaan Soojae semakin tidak enak, tetapi ia tidak meneteskan air mata. Sebab ada Jimin yang terus  menguatkan serta menemaninya.

"Ayahmu sudah tenang, ia tidak akan merasa sakit lagi."

"Jimin, aku minta maaf kalau appaku pernah berkata kasar kepadamu," bisik Soojae ketika Jimin memeluk tubuhnya. Jimin menarik senyum lembut, ia mengangguk sebagai jawaban.

"Ya, aku maafkan," kata si adam. Soojae tersenyum, ia lalu pergi keluar dari mobil bergandengan tangan dengan Jimin.

Saat mereka sampai di antara para pelayat, dua peti mati sudah diletakan bersampingan. Foto ayah dan ibunya Hyera dibingkai dengan bagus, mata Soojae menemukan Hyera sedang duduk frustasi memandangi jasad kedua orang tuanya. Hati Soojae tergerak ingin mendekat ke adik tirinya itu, tetapi saat ia hampir mendekat. Taehyung mendadak muncul dari kerumunan, pria itu memakai kemeja hitam dan celana panjang yang bagus.

Soojae melihat Hyera menengadahkan kepalanya, lalu gadis itu langsung bangkit memeluk Taehyung dan menangis tersedu-sedu.  Taehyung menepuk punggung sempit Hyera, kemudian memunguti bulir air mata Hyera dengan selembar tissue. Siapa saja tidak akan tahan melihat orang yang disayanginya pergi untuk selamanya, tetapi Soojae juga sama kehilangan ayahnya. Soojae ingin mendapatkan pelukan dari Taehyung untuk bisa menenangkannya, tetapi Taehyung bahkan tak melihat ke arahnya. Pria itu terlalu sibuk mengurus Hyera.

Hati Soojae seketika nyeri, matanya basah lagi melihat kedekatan Taehyung dan Hyera. Hati kecilnya langsung bergejolak penuh kecemburuan, saat ia hendak mendekat lagi, Jimin meraih tangannya dan menuntunnya untuk mendekat ke peti mati ayahnya.

"Kau sudah mengirimkan doa untuk mereka?"

Soojae menggeleng, ia memejamkan mata dan tersenyum pada Jimin. "Belum, bisakah kau berdoa bersamaku?"

Jimin mengangguk, kemudian mereka memberikan doa serta penghormatan terakhir untuk kedua orang yang hampir setengah hidupnya tidak bersikap lembut sama sekali.

 Flower Flaws ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang