30 : Take my hand

4.9K 832 287
                                    

🍉🍉🍉

"Maaf, aku tidak bermaksud membangunkanmu."

"Hm, apa hujan datang lagi?"

Taehyung merapatkan tubuhnya ke sang jelita, tangannya membelit lembut pinggang raping tersebut, ia berbisik, "Hujan terus saja turun dan pukul empat aku harus segera pergi."

"Pergi, secepat itu?" Taehyung mengulas senyum lembut, mata Soojae yang sayu karena masih mengantuk mengerjap-ngerjap di dekat perpotongan leher Taehyung. "Ya, itu pun kalau kita tidak ingin ketahuan abangmu."

"Jangan pergi, kumohon aku masih rindu..."

"Masih ada setengah jam lagi, aku akan di sini bersamamu." Tangan Soojae terulur untuk mengusap-usap bibir atas Taehyung, elusan-elusan itu berpindah naik ke alisnya yang tebal. "Kau punya dua alis yang sempurna," pujinya.

"Kau masih mengantuk, tidurlah."

"Masih ingin melihatmu, aku tidak ingin tidur."

"Baiklah kalau begitu." Soojae menempelkan pipinya ke dada Taehyung. Detak jantung Taehyung yang begitu dekat dan menenangkan seperti lagu penghantar tidur, Soojae menahan rasa kantuk berulang kali. "Lakukan sesuatu, Taehyung. Supaya aku tidak tidur."

"Seperti ini?" bisik Taehyung sambil mengelus lembut pipi pucat sang gadis. Soojae mencebik dan menjauhkan jemari Taehyung. "Aku makin mengantuk tahu."

"Apa boleh buat." Diubahnya sedikit posisi berbaring mereka, kaki Taehyung memeluk habis kedua kaki Soojae. Merapatkan tubuh di bawah balutan selimut. Hujan dini hari yang sangat dingin adalah penyebabnya. Kedua tangan Soojae menumpu di masing-masing dada Taehyung, kemudian kepalanya mendongak mencari-cari apa yang sedang Taehyung lakukan. Ternyata pria itu hanya memandanginya saja, tanpa berniat melakukan sesuatu. "Besok pagi kita masih bisa bertemu."

"Ya, tapi entah kapan kita bisa tidur seperti ini lagi. Rasanya sangat menyenangkan."

"Nanti kalau sering melakukannya. Kau akan merasa bosan." Taehyung tertawa geli, tetapi Soojae mencebik tidak setuju. "Aku akan selalu menyukainya. Bibi Caroline bilang, kalau aku memiliki bayi. Bayi itu akan secantik diriku, benarkah?"

"Aku usahakan supaya kita memiliki bayi yang sangat cantik." Soojae mengerjap polos, tapi nampak tersipu malu. "Memangnya boleh seperti itu?"

"Kita hadapi abangmu dulu, baru setelah itu kita pikirkan tentang bayi," kata sang adam dengan seringai aneh.

"Taehyung, tidak ada pesta pun tidak apa. Menikah denganmu saja sudah menjadi kebahagiaanku yang paling besar."

"Aku ingin kau sedikit bersabar."

"Ya, tentu. Kadang-kadang aku berpikir, kenapa kau tidak menculikku saja, seperti di film?"

"Aku ingin sekali melakukannya, aku ingin menculikmu dan menjadikanmu milikku."

"Kalau Yoongi oppa tetap tidak menyukaimu, bagaimana nanti? Bawa saja aku, Taehyung. Meski Yoongi oppa tidak menyukainya pun tidak apa."

"Yoongi itu seperti ayahmu, kalau aku tidak mendapatkan izin darinya. Aku takut akan terjadi sesuatu yang buruk padamu."

"Begitu ya, aku pikir tidak apa-apa. Kalau begitu kita harus berjuang bersama supaya Yoongi oppa menyetujui kita."

"Itulah yang sedang kupikirkan, aku akan membawa semua yang sudah lama kutinggalkan ke tempat ini. Aku akan menikahimu dan memenuhi kehidupan kita tanpa harus memintanya dari kakakmu."

"Apa kau masih memiliki appa dan eomma, Taehyung?"

"Entahlah, aku tidak yakin mereka masih hidup atau tidak. Aku benar-benar anak yang buruk, maka dari itu hidupku sulit seperti sekarang ini."

 Flower Flaws ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang