22 : Away

4.2K 830 281
                                    

"Taehyung, aku membawakanmu teh hangat dan bubur, apa kau suka?"

Soojae datang lagi setelah tadi subuh kembali mengendap-endap masuk ke kamarnya. "Terima kasih, aku suka."

"Kalau begitu kau harus menghabiskannya."

"Tentu," kata Taehyung. Pria itu masih berbaring setengah telanjang di atas kasurnya, selimut membungkus sebatas pinggang. Sementara Soojae sudah mandi, berganti pakaian dan harum sekali. "Kau diam di rumah saja, ya. Aku akan menelepon dokter untuk memeriksamu."

"Tidak perlu, aku akan lekas sembuh."

"Tidak apa, ini keinginan Yoongi oppa. Ia ingin memperbaiki sikapnya kepadamu."

"Kakakmu orang yang baik."

"Tapi ia memukulmu."

"Bagi Yoongi kau adalah segalanya. Kalau aku ada di posisinya, mungkin aku akan melakukan yang lebih jauh lagi."

"Aku tidak membencinya, sampai kapan pun tidak."

"Baguslah."

Perasaan Taehyung berkecambuk bagaikan golakan air panas. Ia sungguh ingin menjadikan Soojae miliknya, tetapi ia menyadari kalau apa yang Yoongi katakan benar adanya. Sejak dua bulan yang lalu, ia telah sadar kalau Yoongi sudah melakukan sesuatu pada Soojae sehingga ia tidak mampu menghubungi gadis itu lagi.

Yoongi terlalu banyak beban, hingga pikirannya jadi kacau. Itu semua karena lelah bekerja serta terus memikirkan hubungan dari keluarganya yang hancur. Sebagai anak laki-laki tertua dan sebagai seorang saudara satu-satunya.  Yoongi jelas ingin memberikan adiknya seorang pendamping yang sehat serta mampu memenuhi kebutuhan lahir mau pun batin.

Yoongi mengemban tugas besar, ia tahu pria itu hanya takut kalau Soojae akan menderita dikemudian hari, ketakutan Yoongi sama dengannya. Meski Jimin sangat sempurna, belum tentu pria itu akan memberikan kebahagiaan abadi, belum tentu pria itu akan betah dengan hanya Soojae saja, namun belum tentu semua akan terjadi. Karena sejatinya manusia sama sekali tidak tahu rencana Tuhan.

Takdir memiliki jalannya masing-masing. Dari pihak Jimin, potensi untuk membuat Soojae menderita hanya beberapa persen saja. Sedangkan kemungkinan penderitaan yang akan di rasakan Soojae ketika bersamanya hampir tujuh puluh persen, apakah ia akan menyerah begitu saja? Tapi rasanya berat sekali. Ia sudah terlanjur mencintai gadis manis itu, terlanjur menginginkannya. Tetapi bagaimana kalau nanti Soojae akan menderita karena keegoisannya?  Apalagi ia adalah seorang pria penuh luka, tidak punya keluarga atau siapa pun lagi.

Sungguh, ia ingin sekali datang menemui Yoongi dan melamar Soojae hari ini. Tidak peduli dengan resiko penolakan atau lainnya, tetapi kembali lagi. Soojae harus bahagia, cinta akan datang seiring waktu berlalu. Soojae akan segera melupakannya ketika gadis itu menikah dengan Jimin. Cinta Soojae akan pudar ketika Jimin memboyongnya pergi jauh. Biarlah. Biarlah ia diam dan menyaksikan luka ini. Luka di hatinya ini. Soojae mungkin hanya akan terluka satu kali, tetapi nanti ia tidak akan terluka lagi.

Karena Taehyung cukup lama terdiam dan hanya memandangi buburnya, Soojae menyentuh lengan kanan si adam. "Kau pasti tidak suka buburnya." Raut Soojae terlihat kecewa.

"Ini kau yang membuat?"

Saat Taehyung menyuap buburnya, Soojae mengangguk dan tersenyum sumringah, kedua mata bulatnya berbinar. "Ya, aku membuatnya sendiri. Bibir Darin hanya melihatku dari jauh."

"Benarkah?"

"Ya, aku sudah bisa memasak bubur, daging dan sayur. Aku juga diajarkan memasak pesanan waktu bekerja di cafe."

"Siapa yang mengajarkanmu?"

"Jungkook, ia tubuhnya besar dan tatoan, tapi hebat sekali kalau masak. Sebulan lalu ia habis menikah dengan gadis cantik."

 Flower Flaws ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang