Bagian 25

35 3 0
                                    


"Jauhi Allard!" Perintah Kafka. Gya menaikkan sebelah alisnya.

"Kenapa aku harus mendengarkanmu?!" Tanya Gya sinis.

"Gya. Asal kamu ketahui Allard adalah anak buah Orlando dan Orlandolah yang sudah membunuh kakek kamu karena kakekmu kaki tangan Arseno ayahnya." Gya tercekat.

(Kaki tangan kalo tangan kanan doang kurang afdol😅)

Gya mengetahui siapa Orlando tapi ia tak mengerti betul kondisinya dan hebatnya lagi selama ini ia keluar masuk kandangnya.

"Dek abang harap kamu jangan mencari masalah dengannya" Gya menolehi Kafka.

"Ya aku akan menurutimu tujuh bulan kedepan" ucap Gya acuh ia hanya melihat creamy lattenya datar. "Sudahkan? Terimakasih infonya tapi kau jangan senang dulu. Aku bukan gadis penakut *aku bukan gadis lagi. Aku tidak akan menurutimu dengan mudah" Gya keluar dari sana taklupa topinya ia turunkan.

Sedari tadi rasanya ada yang memperhatikannya ia mencari orang itu nihil tidak ada seorang pun yang mencurigakan untuknya.

Ia bergegas kembali mengambil penerbangan paling awal biarkanlah badannya remuk tanpa istirahat yang penting bayinya aman tak kenapa-napa.

Gya memberhentikan taksi di persimpangan jalan. "Bandara pak!"

Supir taksi itu mengangguk seraya melaju ke arah tujuan. Badan Gya rasanya sangat lelah terpaksa ia pun terlelap.

Gya menggeliat rasa-rasanya ia sudah terlalu lama tertidur. Matanya terbuka lebar, bukankah ia tadi berada di dalam taksi. Kenapa sekarang berubah, ia berada di atas kasur putih empuk nan lembut?

Klek.

Seorang maid memasuki kamar tersebut. "Maaf nona ingin minum atau makan?" Tanyanya.

"Aku ingin pulang" jawab Gya berbeda dengan pertanyaan.

Maid tersebut mengangguk.

"Bolehkah?" Gya tersenyum cerah.

"Boleh! Anda bertanya dahulu pada tuan kami" Gya mengatupkan rahangnya kembali.

Maid tersebut berbalik dan di cegat Gya. "Mbak! mbak kau menyebalkan!" Rajuk Gya.

Maid itu tersenyum hingga hilang dibalik pintu.

"Aarrrrggghhh. Siapapun kau tidak akan pernah lepas dari cekikanku" Gya menggeram tertahan.

Ia melihat sekeliling luar kamar yang tadi ia singgahi ternyata lantai yang dipijakinya adalah yang paling atas dan berada jauh dari kamar lainnya mungkin itu kamar satu-satunya dilantai ini. Ia mengendap bagai buronan yang hendak kabur.

Kruyuuukkk..

"Kamu laper nak?" Tanyanya seraya mengelus perutnya. "Sabar kamu harus jadi anak sehat dan cerdas seperti mamah ya nak!"

Grewoooookkk...

"Kasian kamu nak bertetanggaan sama usus yang berisik itu" monolognya.

Gya menuruni anak tangga.

Greep..

Seseorang membopongnya masuk ke dalam lift, wanginya sedikit ia hapal namun entahlah. Ia melihat orang itu yang hanya terlihat bibir merah tipisnya, hidung mancung, alis tebal dan rambutnya yang hitam. Orang itu melihatnya tajam.

"Huh?" Gya terkejut. Jadi yang menggendongnya saat ini Prince? Ya Prince!

"Kenapa? Mau kabur?!" Tanya Prince tajam.

Gya menelan ludahnya paksa. "Ng.."

Prince melihatnya lagi yang bertambah tajam.

Glup.

Prince mendudukkan Gya di meja makan. Ia mengambil makanannya sendiri para maid siap melayani namun dihadang telunjuk Prince, ia ingin melayani Gya sendiri.

Gya tersenyum tersipu-sipu ia merona bahkan malu, rasa-rasanya kolong meja tempat yang aman untuknya menyembunyikan wajahnya saat ini. Prince menyuapi Gya dengan mata tajamnya.

Inimah namanya suapan mengancam. Dengan ragu Gya melahapnya, opor ayam yang sangat dibencinya masuk ke kerongkongannya tapi anehnya ia tak mual bahkan rasa mual pun tidak ada berbeda dengannya dulu. Bukan ia tak suka daging ayam cuma rempah-rempah khas opor yang ia tak suka. Hingga tandas licin isi piring tersebut. Prince memberikan jus alpukat bukan air putih.

Gya mendelik sebal "kau ingin mencekokiku huh?!" Ia meneliti lagi wajah Prince yang sepertinya lebih berisi dari terakhir ia bertemu dengannya.

"Wih kau sekarang gemukan ya" Gya terkekeh diikuti Prince.

"Gara-gara kau" geramnya.

"Lha kok aku? Bukannya senang ya kita tak berjumpa kau semakin berisi" Gya mengambil air minum di dekatnya.

"Kak Gya?" Suara gadis remaja, ia sedang terkejut menutup mulutnya tak percaya hingga beberapa es krim yang dipegangnya berjatuhan. "Benarkan kakak Gya?"

Elea mendekat langsung memeluk Gya kangen hingga menangis sesenggukan dibahunya. "Kakak sehatkan, baik-baik aja kan?"

Gya tersenyum lembut mengusap surai Elea sayang. "Kakak baik-baik saja"

"Hiks tapi kata Nooni waktu itu kakak pingsan hiks setelah ngantar Elea" Gya tercyduk.

"Oh waktu itu kakak kurang enak badan aja" kilah Gya.

"Bohong setahu Elea kakak gak gampang sakit ataupun pingsan. Kakakkan anti maenstrem" Gya mengerutkan hidungnya.

"Sudahlah kakak kan baik-baik aja sekarang." Elea mengangguk.

"Kakak tahu? Sekarang kak Prince menyebalkan masa sukanya makan mangga muda sama es krim hmpptt..." mulut Elea dibekap Prince.

Prince mengajak Gya berbicara empat mata diatas balkon. "Ada apasih mau bicara empat mata kenapa gak mata sapi aja, duh kok aku laper lagi ya" gerutu Gya. Mata Gya menajam kali ini ia lebih serius. "Kenapa kau menculikku dari taksi?"

Prince menatap Gya dalam. "Karena aku menginginkanmu" Prince mendekat nyaris memepetkan tubuhnya kearah Gya. "Berada di dekatku seumur hidupku" bisiknya seksi ditelinga Gya.

BLACK FLOOZY     ~ (Selesai) ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang