Bagian 43

34 6 1
                                    

Gya meneliti muka keduanya yang masam sedari ia pandang.

"Muka kalian kenapa sih? Kusut begitu?" Tanyanya seraya mengunyah habis iga bakarnya.

"Gatau" kompak keduanya.

Gya mendelik "bocah" ketusnya.

Helmi berpandangan dengan Marlina yang saat ini mulutnya tersumpal masker. Marlina mendelik kearah Helmi!

Helmi mendecih kearah Gya. Mengatainya berdua bocah? Lantas siapa orang yang sudah bikin mereka panik tiba-tiba terbangun karena ingin iga bakar! Dan menyeretnya ke restauran.

Dering ponsel terdengar dari dalam tasnya.

Nomor baru...

"Haloo.." sapa Gya.

"Kenapa? Hah sakit?! Azriel sakit? Baiklah saya akan kesana sekarang juga."

Gya menutup panggilan tersebut ia meneliti keduanya dan mereka langsung mengkode. "Apa?" Tanya Helmi langsung tanpa kode seperti Marlina.

"Kalian berdua sluurrpp" ia menyedot minumnya terlebih dahulu "langsung pulang saja. Aku ada urusan. Dadaaa"

Gya sudah menghilang dari pandangan. "Pak billnya" seorang waiters menghampiri mereka.

Helmi melihat dan matanya membola "what?"

Marlina merebut bill tersebut dari tangan kekasihnya, penasaran. "Hah?"

Lima belas juta.

Sekali makan.

"Bayar!" Titahnya kearah sang kekasih.

Helmi mengangguk. Mereka berdua hanya mengantar sang nona makan siang dan menemani catat hanya menemani bukan ikut menyantap.

"Sepertinya Gya mempunyai masalah! " seru Marlina tiba-tiba.

Helmi mengangguk. "Ya dan akupun belum mencari tahunya"

Helmi terlalu sibuk mengurusi perusahaannya dan juga Marlina yang ditugaskan untuk menjaga perusahaan baru milik Gya. Mereka belum sempat mengunjungi Gya lagi dan baru kali ini mereka mempunyai waktu yang luang.

Mansion Azriel.

Salah satu bodyguard yang ia temui mengantarkannya ke dalam mansion terutama ke kamar Azriel.

"Tuan muda ada di dalam nyonya. Beliau tidak mau makan sedari kemarin!" Jelasnya.

Gya mengangguk. "Baiklah saya akan coba membujuknya!"

Klek.

"Hentikan bibi. Ziel gamau! Itu rasanya pait" erang Ziel kearah pengasuhnya yang sedang membujuknya untuk makan.

"Permisi!" Sela Gya.

Azriel tercekat senang dengan muka piasnya ia berjalan mendekat kearah Gya. "Aunty" serunya gembira.

"Hei jagoan!" Tahannya saat Azriel tiba-tiba saja limbung di depannya "sakit hmm?" Goda Gya.

Azriel mengangguk. "Iya aunty. Sedari kemarin bibi terus saja menawariku makan padahal makanan itu rasanya pait di lidahku"

Gya mengusap bahu bocah itu sayang mungkin hormon keibuan yang sudah ada semenjak ia mengandung. "Oke kalo begitu bantu aunty bikin kue'

Dengan semangat Azriel membantu. Hanya ikut mendekorasi permukaannya dengan berbagai toping. Tak hanya kue kering saja bahkan Gya membuatkan sushi untuk Azriel.

"Coba Ziel bantu aunty!"

"Iya aunty, Ziel harus bantu apa?" Tanya Azriel semangat walaupun tubuhnya lemas.

"Coba Ziel cicipi ini" Gya mengambil sushi dipiring dan menyodorkannya pada Azriel.

"Tidak aunty!"

"Ayolah Ziel bantu aunty. Auntykan gak tau seleranya Ziel" Gya memasang wajah memohonnya.

"Baiklah" Azriel membuka mulutnya ragu.

Satu suapan telah masuk ke dalam mulutnya.

Gya tersenyum. "Gimana rasanya?" Tanya Gya pura-pura.

"Pait aunty!" Jujur Azriel.

"Masa sih?" Gya ikut mengunyah nya juga. "Enggak ah!"

Gya pura-pura ngambek.

Dengan tak tega Azriel tetap mengunyahnya dan menelannya. "Pinter!" Sanjungan tersebut terlontar dari Gya.

Setelah meminum obat dengan berbagai upaya akhirnya Azriel tertidur lelap.

"Bi " panggil Gya.

"Ya nyonya "

"Panggil Gya saja bi" ia risih dengan panggilan art tersebut seperti ia nyonya rumah ini saja!.

"Tapi.."

"Sudahlah! Hmm berhubung Azriel tertidur saya pamit pulang ya bi!" Art itu mengangguk.

"Mari saya antar nona!" Gya menoleh kearah art itu namun melihatnya terus menunduk Gya jadi tak tega.

Tak apalah setidaknya jangan panggil dia nyonya. Memangnya siapa dia? Kenal dengan punya rumahnya saja tidak.

Gya membuka pintu mobilnya yang membuat para art semuanya tercengang bahkan ada yang mengintip dari jendela. Ia hanya bergidik acuh langsung menancap gasnya dalam.

Tak lama mobil mersi datang dari arah yang berlawanan semua para bodyguard menyambut. "Selamat sore tuan!" Hanya diangguki oleh sang majikan.

"Bi Ela" panggilnya ke pengasuh anaknya Azriel.

"Ya tuan?"

"Azriel mana?" Tanyanya.

"Tuan muda sudah tidur tuan!" Jawab Ela.

"Tidur? Obatnya sudah kau berikan?!" Tanyanya lagi seraya mengendurkan dasinya.

"Sudah tuan. Tadi nona Gya yang membujuknya tuan!"

"Gya?" Gumamnya.

Excel tersenyum saat melihat anaknya tertidur pulas setelah semalaman bergadang akibat kepala Azriel yang terasa pusing. Excel Zielensky adalah CEO Zielen Company yang bergerak dibidang tekstil. Ditinggal meninggal oleh sang istri saat melahirkan Azriel.

Tbc.

Hoi bang Excel hadir...

Sepertinya ceritanya akan panjang!

Kalian pilih yang mana sad atau happy?

Sy tunggu yak jawabannya!

See U....





BLACK FLOOZY     ~ (Selesai) ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang