Bagian 28

29 2 0
                                    

Prince melihat secara intens perempuan disampingnya ia tahu itu bukan Marina lantas siapa dia? Bukankah selama ini Marina mempunyai saudara kembar. "Marlina" gumam Prince menerawang jauh.

Marlina menoleh "ya!"

Prince terkaget "benarkah kau Marlina?

Marlina mengangguk. Tak usah ia menutupi semuanya karena Prince bukan orang yang mudah dibodohi.

"Di mana om Robby?" Kali ini Prince berbicara serius.

"Hufftthhh.. pak belok kiri" perintah Marlina ke supir melainkan Zack yang sedang menyetir. Zack memutar matanya malas dan menuruti apa yang dikatakan Marlina.

Terlihat perumahan sederhana dikawasan dekat perkebunan, Marlina memasuki rumah tersebut diikuti Prince dan Zack mau tak mau pria itu mengikuti mereka juga.

"Dad.. " teriak Marlina keras supaya orangtua itu mendengarnya dan atas permintaan Robby yang ingin serumah dengan putrinya dan ia juga sudah siap secara publik.

Robby muncul dari belakang rumah serta membawa parang di tangannya Zack yang tadinya menguap langsung terkatup dengan mata melotot.

Yakali ia perang disaat dirinya sedang mengantuk.

"Prince" tebak Robby langsung.

Prince mengangguk mendekat kearah omnya langsung memeluknya sayang.

"Tak sangka aku bisa melihatmu lagi" harunya.

Prince tersenyum manis yang membuat Marlina salah tingkah melihatnya.

"Ehem" Zack berdeham di telinga Marlina, menyebalkan memang tapi itulah Zack si pencari perhatian.

"Hey pak supir pergi sana" usir Marlina membuat Zack melotot garang kearahnya, Marlina tidak merasa takut sama sekali padanya bahkan dimatanya pelototan Zack itu tidak berarti apa-apa dan tidak menggetarkan badannya sama sekali.

Robby mengajak Prince berdua keruang kerjanya yang masih dibuntuti Zack.

"He hey kau mau kemana huh?" Marlina menarik kerah belakang dari kemeja Zack seraya berdecih. "Kau tak sopan sekali dasar anak itik"

Zack melirik Marlina malas. "Heh gambreng jangan banyak omong jigongmu bau tahu" Marlina mengecek suhu nafasnya serta aromanya.

"Tch. Sudahlah bicara denganmu tak akan kelar cepat. Beritahu aku dimana sofa ternyaman?!"

Marlina menunjuk sofa disamping rumahnya dibawah pohon ceri. "Jika kau lapar makan saja buah ceri itu jika kau haus minumlah air kolam itu" Marlina berlalu darisana dengan bibir kumat kamitnya.

"Pedas sekali mulut perempuan itu! Huh sudahlah Zack mendingan kau tidur yang nyenyak sebelum big boss memanggil" gumam Zack sembari merebahkan badannya disofa?! Bukan melainkan kursi kayu yang keras.

Helmi melihat rumah Marlina teliti ke mana orang rumah itu.

"Helmi?" Sapa Marlina ragu tumben sekali ia datang kerumahnya di sore hari begini.

Helmi menoleh ia tersenyum manis. "Honey aku rindu!"

Marlina tersenyum kearah Helmi dan juga Gya yang baru saja datang dengan outfit yang membuat siapa saja terkagum melihatnya.

Siapa sangka dibalik perut langsing itu ada penghuninya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapa sangka dibalik perut langsing itu ada penghuninya. Marlina terkekeh.

"Takkah kau kasian dengan isi perutmu nona Black" sindir Marlina.

"Kau sama saja dengan dia Marlie" dia (Helmi). Gya menghampiri Marlina memeluknya sebentar.

"Woah kau lebih menggemaskan saat mengandung sweetheart" puji Marlina.

"Siapa yang mengandung?" Tanya seseorang dari atas tangga.

"Nona Black siapa lagi" ceplos Marlina tidak mengetahui yang sebenarnya.

"Benarkah?" Prince tersenyum manis membuat Gya mengatupkan rahangnya rapat.

Prince memeluk pinggang ramping Gya. "Kau sangat cantik dengan rambut barumu itu Honey!"

Helmi melihat perbuatan Prince dengan datar berbeda dengan Marlina yang terheran-heran. Melihat ketiganya saling mengenal.

"Oya dia-"

"Prince Keanu Askar" potong Helmi cepat. "Pertanyaannya adalah kenapa anda bisa berada disini?"

Gya melepaskan rangkulan pada pinggangnya lebih ke menghentakkan ia berbalik menatap Prince tajam.

Entah kenapa setelah ia hamil melihat Prince bagaikan melihat musuh ia tak suka melihatnya begitupun dengan cara ia merangkulnya secara posesif.

Bagaikan separuh hati terlepas dari tempatnya Prince memandang tangannya kosong.

Gya berlalu darisana dan Prince ingin mengejarnya. "Jangan dikejar. Aku tak rela kau terus mengejarnya seperti ini" tahan Helmi.

"Siapa kau berani melarangku? Dan apa tadi pertanyaanmu kenapa aku disini? maka jawabannya! Bukan urusanmu" Tantang Prince.

Helmi terkekeh. "Aku kakaknya yang telah mengajarkannya sebagai gadis tangguh. Dan kau siapanya?!" Tantang Helmi balik.

Prince terdiam yang dikatakan Helmi benar ia bukan siapa-siapa bagi Gya. Jika posisinya masih seperti dulu ia orang yang amat disukai Gya mungkin ia akan berkata lantang di depan muka Helmi tapi kini jangankan mengharap cintanya kembali melihat mukanya pun Gya tak sudi.

"Kau benar aku bukan siapa-siapanya. Tapi aku ayah dari anaknya" ya Prince mengingatnya ialah yang telah menanam benih itu.

"Oya percaya diri sekali kau!" Ledek Helmi.

Prince tersenyum. "Satu yang aku yakini sekarang. Selama ini Gya tidak mengidam makanan kan?!"

"Darimana kau tahu?" Tanya Marlina penasaran dengan ucapan Prince yang sesuai faktanya.

"Karena aku yang mengidam!" Jawab Prince pelan.

"Ppphhhtt. Buaahahaha!!" Helmi tertawa kencang.

"Ada apa ini?!" Tanya Gya yang dirangkul mesra Zack.

Zack tersenyum jumawa kearah Prince. "Hey boss ini dia perempuan yang aku ceritakan kemarin padamu. Kau tahu honey?" Gya menggeleng "gara-gara aku memberikan gold card padamu nih pipi mulusku ini jadi biru karena dia menghajarku sebab aku memberikannya padamu secara cuma-cuma" diakhiri dengan kekehannya.

"Zack Justine D'jongh" amarah Prince memuncak.

BLACK FLOOZY     ~ (Selesai) ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang