Bagian 30

32 1 0
                                    

Seseorang mengikuti Gya sedari kemarin bukan Gya tidak mengetahuinya tapi ia membiarkan penguntit itu terus mengikutinya. Ia masih berada di London ia masih belum mengumpulkan bukti yang kuat untuk mengetahui keberadaan orangtuanya. Gya lengah dan saat itulah digunakan sang penguntit untuk membiusnya, Gya terkulai lemas hingga tak sadarkan diri.

****

"Ngeehhhhn...." erang Gya. Pengap, bau apek terhirup oleh indranya. Ia membuka matanya yang terasa silau dengan pembiasan cahaya yang langsung masuk ke netranya. Ia menggeserkan kursinya ke kanan supaya cahaya itu tidak menghalangi penglihatannya. Ia melihat beberapa perabotan kayu usang menumpuk di depan, samping dan belakangnya hanya menyisakan satu meter untuknya bergerak. Mulutnya terasa kaku serta tali tambang yang melilit tubuhnya kecuali kepalanya saja yang tidak dililit tambang.

Kriekkkk..

Suara pintu usang dibuka pelan membuat suara decitannya memekakkan telinga.

"Woho kau sudah sadar rupanya gadis manis" ledek pria plontos yang berbadan besar berisi.

"Hmmm... hmmmm..." jawab Gya berusaha menimpali tak mau kalah.

"Hhmm hmmm ngomong tuh yang benar nona" koreksinya.

Dasar bodoh kurang jauh mainnya pasti!! Gerutu Gya dalam hati.

Andai ia bisa bertelepati seperti cerita ala ala serigala mungkin sudah ia lakukan sedari tadi. Namun ia juga bingung seandainya bisa pun ia akan mengabari siapa? Keluarga pun tidak punya!

Sreeetttt....

Sedang asik melamun soal telepati orang plontos tersebut menarik lakban yang berada di mulutnya menimbulkan rasa nyeri karena bulu bulu halus tercabut paksa.

"Auuuhhh. Sakit om" teriak Gya kesal.

Orang itu hanya tertawa saja. "Hei gadis manis kalo saja kau bukan tawanan bosku sudah ku garap kau habis-habisan"

Gya memicingkan matanya kearah orang itu. "Dih pede sekali kau ingin menggarapku. Sudahlah! Om yang manis baik hati tolong bawakan Gya makanan donk om anak Gya sudah kelaparan semenjak Gya bangun"

"Baiklah suruh cacing-cacingmu itu diam saya cari makanan dulu" mungkin pikirnya yang Gya omongin itu cacingnya bukan anaknya padahal Gya jujur.

"Terserah padamu saja om botak" gerutu Gya pelan.

Ia melihat-lihat lagi bukan hal sulit untuknya kabur tapi dalam kondisi saat ini karena kehamilannya tidak mungkin baginya untuk naik kearah jendela kecil diatas sana dan meloncat ke bawah yang beresiko bagi kandungannya. Tidak ada ekspresi yang berada di wajahnya sebab memang ia sudah terbiasa sendiri.

"Tapi kedepannya ada kamu yang nemenin mommy ya sayang" lihatnya kearah perutnya yang sedikit membuncit tiga bulan usia kandungannya.

Orang tadi kembali dengan sebuah makanan di piring saji. "Woah ku kira om akan memberikanku makanan anjing tapi ternyata!" Efek ibu hamil mudah terharu atau memang itu hanya ekting entahlah hanya Gya yang tahu. "Terimakasih om"

Orang itu menyeka airmatanya sedih. "Hiks cepat makan" geramnya dengan menyeka airmatanya. "Kau tahu seberapa jahatnya aku seberapa banyak aku membunuh orang tetap saja aku manusia bukan iblis. Butuh makan dan minum! Kau beruntung anak manis karena aku yang menjagamu saat ini tapi nanti malam dan seterusnya kau akan di jaga orang lain" tutupnya serta merta membuang ingus kebajunya.

Gya menangis pelan sungguh mulia hati penjahat ini eh dimana ada penjahat mulia? Mungkin ada ya salah satunya orang ini. "Kau tahu om aku ini sedang mengandung?"

Orang itu tersentak. "Huh? Kau sudah isi bocah kecil? Aku tidak menyangka" ejeknya.

"Hei om aku bukan anak kecil lagi umurku delapan belas tahun dan sudah menyandang sarjana setahun yang lalu" Gya tak terima diejek seperti itu.

"Baiklah baiklah. Lalu apa planningmu kali ini? Aku beritahu saja tidak mudah kabur dari sini!"

"Oya? Lalu siapa bossmu itu?!" Tanya Gya serius.

"Aku" ucap seseorang di balik pintu.

BLACK FLOOZY     ~ (Selesai) ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang