Bagian 10

59 2 0
                                    

03.40 subuh.

Emi baru saja tiba di rumahnya, rumah bersama dengan Allard. Emi melangkah masuk ke dalam lift menuju lantai kamarnya.

Emi memasuki kamarnya dan terkesiap kaget saat ada sepasang sejoli sedang melakukan olahraga paginya di kolam renangnya.

Tidak sopan!! Maki Emi dalam hati dan melenggang masuk ke walk in closetnya.

“Kalian membuat kolamku menjadi kotor” ucap Emi santai sambil duduk di sofa kesayangannya dan melihat mereka dengan tajamnya sesekali menyesap red wine ditangannya.

“Oh hai adek manis mau lihat adegan live?” tanya Allard dengan posisi memangku Jassi.

“Boleh juga” jawab Emi santai dan mendapat respon terkejut dari Allard dan juga Jassi bahkan muka Jassi sudah pias antara malu atau terganggu entahlah.

“Keluar” teriak Allard murka.

Inilah y2 Emi sukai dari sifat kakaknya walaupun terkesan playboy dan maniak tapi jika menyangkut merusak kesehatan otak adiknya maka dia terbilang keras dan tak segan membentak ataupun memaksa untuk menuruti.

“Lho bukannya kakak sendiri yang menawari?” ejek Emi santai di posisinya dan dia mendengar lenguhan panjang dari Jassi.

Allard berdiri dari duduknya di pinggir kolam dengan tubuh nakednya. “Oke gue yang ngalah”.

Dan tak tau malunya mereka berdiri di depan Emi dengan tubuh polos yang amat menggelikan.

Emi terkekeh pelan. “Gak usah” Emi menekan tombol di remot kontrolnya dan byuuuurrrrr.

Allard dan Jassi terjatuh kembali ke dalam kolam dan trak . Sisi kolam itu terbuka berbentuk sebuah lorong yang basa gaulnya sebuah perosotan tabung mengarah langsung ke kolam di area belakang rumah.

Byuurrrr

Allard dan Jassi meluncur kencang dari atas melalui perosotan tersebut.

“Aaaaaaaaaaaa... ” teriak Jassi syok sedangkan Allard memolototi Emi bringas. Sedangkan Emi hanya tertawa dengan girangnya sambil memberi kiss bye jauh. Dan samar-samar Emi mendengar makian dari Allard yang menyebut dirinya bocah.

Emi tertawa terpingkal-pingkal sambil memukul sofanya bringas.

Emi memakai seragam culunnya kembali dan bersiap untuk?

Sekolah lah.. mau kemana lagi!!

“Pagi semuanya” sapa Emi girang kepada Allard dan juga Jassi diseberang Allard yang sudah duduk manis sambil menyantap roti bakar madunya sedangkan untuk Emi sepiring full nasi goreng ayam bakar kecap plus madu.

Maruk yak? Bukan!! Bukan maruk tapi memang itu namanya makan.

Emi melahap nasi gorengnya dengan nafsu.

“Cih dasar kampung” ejek Allard pedas.

“Biarin wleee.. orang kampung makannya kenyang dan sembarangan tapi sehat selalu tapi orang kota selalu nahan perut tapi banyak penyakitnya wleeee” balas Emi tak kalah kejam.

Uhuk uhuk..

Jassi tersedak makanannya.

“Aku duluan, dadaaahh” Emi melangkah pergi tapi saat ada sesuatu yang mencurigakan Emi mundur kembali di belakang Jassi dan menyibakkan kemeja yang di kenakannya yang tidak dia kancing.

Dan terlihat seperti ada noda cambuk samar-samar di pundak Jassi. Emi melihat Allard dengan muka datarnya dan berjalan kembali.

****

Emi sedang menyuruput es tehnya di salah satu bangku kantin dan ia melihat Rose dan Lily sedang menuju kearahnya lewat ekor matanya.

Brak

Gebrakan itu terdengar jelas di telinga Emi bahkan anginnya pun terasa di wajahnya dan pelakunya ialah Rose sedangkan Lily hanya bersedekap sambil mengangkat wajahnya pongah kearah Emi.

Lihat saja!! Emi sudah merasa muak dengan semuanya.

“Cups karena hari ini majikan lo belum masuk sekolah jadi kita puas dong yak main bareng sama lo” ucap Rose sambil menarik sejumput rambut pendek Emi.

“Ssshhtt saaakkitt Rose” cicit Emi merasa ngilu di rambutnya. Tapi boong!!

“Heh dekil, lo harusnya ngaca. Lo kagak pantes sekolah disini, lo lebih pantesnya sekolah di kolong jembatan bareng gembel disana” hina Lily sambil mengangkat dagu Emi dan minuman Emi yang baru saja diminumnya sudah tumpah di kepalanya.

Rose mengkode Lily dan langsung di angguki Lily. Mereka membawa paksa Emi ke arah belakang sekolah yang rimbun oleh pohon ceri dan terdapat ruangan kosong disana bekas kelas. Lily membawa paksa Emi masuk kedalam sana.

Bruk.

Emi di dorong keras dan tersungkur di lantai yang di sambut tawa membahana oleh keduanya.

Dasar psiko !!

Emi menelengkan kepalanya kearah mereka dengan pandangan tajamnya.

“Apa cups? Oh ya Li kucing di rumah kita tinggal berapa lagi?” tanya Rose sambil melihat Emi dengan muka psikopatnya.

“Emmm. Tinggal dua tapi itu lima jam yang lalu setelah kamu bunuh yang satunya Rose” jawab Lily sambil mengetuk keningnya mengingat-ngingat perbuatan sodara ples kakaknya tersebut.

“Oh iya lupa” ucap Rose ringan. “Dan sekarang gue mau? hmmm... yak ngambil alis si cups” Rose mendekat dan berjongkok di samping Emi lalu mengangkat rahang Emi.

“Lo terlalu cups. Sorry gue mau membenahi muka aut-autan lo itu di mulai dari alis, setelah alis lo ilang kan gampang yak tu buat di tato atau sulam alis” lanjut Rose. Dan tatapan Emi semakin tajam setajam sebilah pisau yang di pegang Rose dan Lily di balik sakunya Emi tau itu. Dan jangan lupakan insting pembunuh bayaran yang di tekuninya semenjak tujuh tahun lalu.

“Cih aku gak takut” ucap Emi santai. Dia menangkis tangan Rose kencang di rahangnya dan berdiri dari tengkurapnya.

Rose dan Lily terkejut sebentar dan tak lama mereka tertawa meremehkan. “Dasar cups sok-sok'an lo gak takut sama kita!! ”.

Giliran Lily mengkode Rose yang langsung di respon baik olehnya. Rose memegang bahu Emi dengan cepat dan kedua tangan Emi dikunci kebelakang dan di jepit tangan kanan Rose dan tangan kirinya di kaitkan ke leher Emi.

“Haha segitu doang kemampuan lo cups?” tantang Lily di sela tawanya dan dengan cepat dia merogoh gunting lipat di saku bajunya dan mengacungkan di depan wajah Emi. “Tereng tereng bersiaplah wahai cups dekil yang iuw banget, gue mengurangi populasi orang dekil di muka bumi ini” Lily membetulkan gunting lipat itu supaya bisa memotong sesuatu dan sesuatu itu adalah rambut pendek indah milik Emi.

Emi terdiam tanpa melawan dua psiko di depannya Oops lups yang satu berada di belakangnya.

Jegresss..

Segenggam rambut itu Lily angkat dengan tingginya di atas kepala Emi yang sudah terputus dengan teman-temannya, Lily dan Rose tertawa puas dengan karya Lily sendiri.

Jegrsss..

Kini giliran Rose yang memegang rambut itu sambil mengayunkannya kesana-kemari di depan wajahnya sedangkan Emilly sudah duduk tersungkur di lantai akibat dorongan dari Rose.

Selesai.. giliran diriku oke!!

Emi bangkit dan menepuk-nepuk seragamnya yang terkena debu.

“Giliran aku” sela Emi santai sambil memegang rambutnya yang separuh botak itu pelan. Emi merogoh hotpans dibalik roknya dan mengambil seutas jepit rambut lidi hitam yg di sambut gelak tawa mereka berdua.

“Haduh gue kirain mau apa?”

BLACK FLOOZY     ~ (Selesai) ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang