Bagian 29

34 1 0
                                    


"Zack Justine Djongh" amarah Prince memuncak.

"Iya saya" dengan polosnya Zack menjawab.

"Enyahkan tanganmu dari pundaknya atau kupatahkan tanganmu" ancam Prince.

Zack mengernyit bingung malahan ia mengusap bahu Gya santai. Prince semakin murka.

"Besok pergilah ke Miami" final Prince. Zack terkejut seraya mengejar Prince yang sudah menjauh memasuki mobilnya.

Gya hanya mengedikkan bahunya acuh. Bukan tanpa alasan Prince meninggalkan Gya tetapi anak buahnya menelpon jika transaksi kali ini ia harus turun tangan langsung.

Ada apa kalian kemari tumben sekali "tanya Marlina?"

"Bukan aku yang ingin kemari tapi dia" tuduh Helmi kearah Gya.

"Aku " ucap Gya berterus terang.

"Baiklah kau ingin apa nona?!" Marlina tersenyum manis.

"Aku ingin kau berkata dengan jujur. Bukankah selama ini kau tinggal dengan ayahmu?"

Deg.

Marlina tercenung.

Dengan ragu ia menjawab. "Ya!"

"Aku ingin bertemu dengannya" Gya berucap santai.

"Baiklah dad ada di atas di kamarnya akhir-akhir ini ia sering melamun" Marlina menuntun keduanya.

Tok tok.

"Ya masuk saja"

Marlina mengkode dengan kepalanya yang digerakkan, Gya lebih dahulu masuk diikuti Helmi.

"Dad dia nona Black dan ini Helmi kakaknya!" Terang Marlina di depan Robby.

"Black?" Robby ragu.

"Cucu dari Black Hugo" biar Gya yang memperjelasnya.

Robby terkejut. "Kau? Anaknya Davendra?!"

Gya pun baru mengetahui nama kedua orang tuanya dua minggu yang lalu.

Robby menghela nafas "ada apa kalian kemari dan mencariku?!"

"Kita akan langsung pada intinya. Siapa saja yang terbunuh saat itu?" Tanya Gya langsung.

"Pertama Arseno, Nara beserta keluarganya tinggal Prince!"

"Tidak, nona Princess pun selamat" potong Gya cepat.

"Benarkah?" Robby tidak percaya.

"Benar saya yang menyelamatkannya"

"Syukurlah. Terimakasih nona"

Gya mengangguk. "Lanjutkan uncle saya tidak punya banyak waktu lagi"

"Hingga Hugo pun menjadi incarannya sebab ia memegang semua kunci kekayaan Arseno. Aku pun tak mengetahui secara rinci yang aku tahu saat itu Nara akan pergi ke puncak mengantarkan putrinya bersembunyi tapi ditengah-tengah perjalanan mobilnya terbalik hingga meledak."

"Siapa Orlando?" Tanya Gya sudah tak sabar.

"Anak tiri Arseno. Ia haus akan kekuasaan maka dari itu ia mengincar semua nyawa yang berkaitan dengan harta Arseno."

"Kemana orangtuaku?" Robby menggeleng.

***

Gya berdiri disebuah mansion milik Arseno Bachrak London. Ia tidak bisa terus-terusan menunggu ia akan mencari tahu sendiri tentang keluarganya begitupun dengan menyerahkan dirinya secara cuma-cuma pada Orlando. Kadang ia ingin tertawa pantas saja sedari kecil ia tak suka mendengar nama Orlando dari mulut kakaknya, Allard. Mengenai Allard sudah lama ia tak berjumpa dengannya kemana orang itu! Entahlah sejak penyekapan di Brazil tempo hari ia terpisah dengannya.

Gya meneliti mansion besar tersebut tidak ada hal yang mencurigakan. Terdapat seorang penjaga kebun yang kumuh menghampiri Gya.

"Ada yang bisa saya bantu nona?" Tanyanya.

Gya meneliti orangtua itu tidak ada yang aneh hanya pakaiannya saja sedikit kucel. "Em.. saya mencari tuan rumah"

"Maaf nona rumah ini sudah kosong lima belas tahun yang lalu" terangnya.

Sudah lima belas tahun Arseno wafat berikut dengan kakeknya Black Hugo. Gya mengangguk serta berterima kasih. Ia melangkah menjauh memasuki taksi yang kebetulan lewat di depannya. Sudah jauh jauh ia dari Australia namun belum dapat informasi yang seharusnya ia dapat. Ia mengusap perutnya yang sedikit gendut lalu tersenyum. Ia yakin nasib anaknya kelak akan berbeda dengan nasibnya sewaktu kecil.

Kafka!!

Ia rindu dengan abangnya tiba-tiba. Mungkin lain kali ia akan bertandang ke Indonesia melihat kondisi abangnya.

Dengan kondisi tubuhnya yang sekarang ini sungguh ia tak kuat berjalan lama-lama ataupun bergerak sesuka hatinya. Ternyata sedikit refressing tidak buruk juga ia merebahkan tubuhnya diatas queen size sebuah motel di pinggiran kota London.

Sinar mata hari begitu terik rasanya ia baru saja memejamkan matanya namun rasanya ada yang menggelitik diatas perutnya ralat perutnya tanpa luaran seperti kain berarti ada tangan seseorang yang menyusupi dasternya. Gya menyabet tangan tersebut.

"Haih sebentar honey aku masih kangen!" Seperti Prince.

Wait! Prince? Ini tidak bisa dibiarkan.

"Kau mengikutiku?" Tanya Gya curiga.

Prince berdecak malas "kau pede sekali hon! Aku ada urusan disini namun saat melihatmu di jalan tanpa pengawalan membuatku kesal hingga membuntutimu sampai sini" elak Prince.

Gya memutar matanya bosan "sama saja. Dasar penguntit" dihiraukan Prince.

"Oya mana buntutmu itu?" Tanya Gya penasaran.

Prince memegang bokongnya tidak ada sesuatu yang dipertanyakan oleh Gya. "Aku gapunya ekor!"

"Dasar siluman kera!" Gerutu Gya kesal. "Kemana tunanganmu itu?" Ulang Gya sabar.

"Oh di Indonesia" jawab Prince polos.

"Pergi sana tidak ada yang mengharapkanmu disini!" Usir Gya.

Prince melihat Gya dengan kerlingan nakal serta senyum lebarnya. "Cie nona Gya ngambek?!" Toelnya di dagu Gya yang langsung ditepisnya.

"Cie tuan muda Prince yang bodoh makin bodoh" seru Gya sama, tidak ada senyum di wajahnya.

"Cie aku makin sayang lho sama kamu" kekeh Prince mundur mengikuti langkah Gya.

"Cie aku makin benci padamu. Enyahlah kau dari hadapanku" brak!

Gya menutup pintu taksi tersebut dengan keras sedikit saja Prince tidak mengerem wajahnya mungkin sekarang kulit dari wajah tampannya harus ikut separo dengan pintu tersebut. Gya menjauh dengan taksinya dari jauh Zack hanya mendecih sebal.

"Iri bilang boss" ledek Prince disamping Zack yang mengemudi.

BLACK FLOOZY     ~ (Selesai) ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang