Gelaran Battle of Campus yang ditunggu-tunggu oleh penikmat basket akhirnya dimulai. Gelaran ini bertujuan untuk menjaring talenta-talenta muda pembasket Indonesia. Battle of Campus diharapkan menjadi salah satu jalur para pembasket menuju karir sebagai pembasket profesional.
Berdasarkan informasi, kompetisi bola basket antar perguruan tinggi se-jabodetabek ini akan diadakan selama sepekan, tepatnya di Gor Bulungan Jakarta Selatan. Ada 20 tim putera dan puteri dari 20 kampus Jabodetabek.
Pada babak penyisihan, Sevit akan menghadapi Universitas Buana. Kampus swasta dari Bogor yang tahun lalu mencapai semifinal setelah menyerah dengan selisih satu angka oleh Avios, yang keluar sebagai juara.
"Astaghfirullah ... pemandangan macam apa ini?" Nirbita beristighfar. Kaget melihat Avella yang duduk dihimpit oleh dua pemuda tampan. Pascal di sisi kirinya dan Albi di sisi kanannya.
Shirei sendiri mengambil tempat di samping Albi dekat tangga. Gadis berambut blonde itu tampak tak peduli. Tujuannya datang ke Gor Bulungan adalah untuk menyaksikan Avios tanding. Mau duduk di mana pun bukanlah masalah besar.
Nirbita duduk di bangku depan. Menggeser tas Avella yang sengaja diletakkan di sana sebagai tanda kursi itu telah terisi.
"Hati lo masih aman, 'kan, Ve?" sindir Shirei. Melirik sebentar ke arah Avella, sebelum ber-high five ala-ala best friend pada Pascal, yang kemudian menyapa Albi mengingat mereka satu kampus sekarang.
Avella memutar bola mata. Jengah melihat respon lebay para sahabatnya. "Hilih, gini saja heboh. Kita cuma duduk sebelahan di bangku penonton, bukan di bangku pelaminan," sahut Avella keki.
Nirbita berbalik, posisi duduknya menyerong kiri. Memandangi Albi dengan mata menyipit curiga. "Kok lo di sini, Al? Avios 'kan ada tanding juga."
Sindiran Nirbita barusan menampar Avella pada satu fakta. Albi pernah mengalami cidera ringan saat latihan.
"Cidera lo masih belum sembuh?" Avella bertanya tanpa memikirkan sejarah buruk antara dirinya dengan pemuda tampan itu.
Albi sesaat melirik Pascal dan Nirbita bergantian. Raut khawatir yang tercetak jelas itu membuat Albi mendesah pendek. Tadinya dia ingin merahasiakan cidera lututnya biar nggak heboh. Namun, mantan kekasihnya ini malah membocorkannya.
"Temen juga ngga boleh peduli?" lanjut Avella setelah melihat ekspresi jengkel Albi, yang sangat jelas tertuju kepada dirinya.
"Mana ada dari mantan jadi teman," celetukan Pascal setidaknya berhasil mendaratkan geplakan di kepala pemuda bermata sipit tersebut. "Ck, apaan sih, Ve?" protes Pascal sambil mengusap kepalanya.
"Gue ngga papa. Lawan Avios di babak penyisihan ngga terlalu berat."
"Wah anjir, kampus veteran memang sombongnya di luar nalar." Avella mencibir. Sebenarnya, tidak salah juga jika rata-rata anggota Avios punya turunan sifat congkak. Sebanding dengan prestasi yang telah diraih. Tiga kali berturut-turut memenangkan Battle of Campus.
Peluit panjang tanda dimulainya pertandingan menarik atensi para penonton. Mereka mulai menyaksikan jalannya pertandingan yang berlangsung alot di awal quarter pertama. Pemuda bernomor punggung tujuh dari Kampus Buana itu paling menonjol. Bukan hanya tingginya, tapi skill bermainnya. Berulangkali mendulang poin, mengakibatkan Sevit tertinggal lima poin.
Avella bersorak girang saat Jovan berhasil melakukan three point shoot. Kini hanya butuh dua poin lagi untuk menyamakan kedudukan. Tak sedetik pun Avella mengalihkan pandangannya dari lapangan. Tangan kirinya tanpa sadar meremas gemas ujung kemeja Pascal. Dan ....
"Yes!" Lagi-lagi Avella bersorak girang. Pras baru saja melakukan dunk ke ring lawan, artinya skor Sevit dan Kampus Buana imbang.
Memasuki menit ke sepuluh, para pemain Kampus Buana menyebar. Melakukan penjagaan satu per satu terhadap pemain Sevit. Pras dijaga langsung oleh si jangkung bernomor tujuh itu. Umpan Daniel baik kepada Pras maupun Jovan selalu berhasil di-block. Alhasil, bola jatuh ke tangan lawan. Pemuda bernomor tujuh itu men-drible bola sekali, melakukan pergerakan yang menipu Pras, hingga lolos dari penjagaan.
Nice shoot!
Sevit kembali tertinggal. Strategi man to man defense dijalankan dengan sempurna oleh Kampus Buana. Menutup semua kesempatan pemain Sevit untuk melakukan penetrasi di semua titik lapangan.
Elegi yang duduk di bangku pelatih menemani Couch Samiun terlihat sibuk mencatat. Lantas berbicara pada pria paruh baya di sampingnya. Dua orang itu baru saja mendiskusikan sesuatu, yang kemudian memberikan intruksi kepada para pemain di lapangan untuk mengubah strategi. Pras dibantu si kecil Bobi untuk menjaga pemain bernomor tujuh. Serangannya harus diredam agar dapat menjaga rentang poin mereka.
***
"Kampus Buana pake strategi man to man defense?"
Avella melirik Jojo yang baru saja bergabung. Disambut riang oleh sang pacar. Tangan Nirbita melingkar posesif memeluk lengan Jojo. Sadar betul kalau ada berpasang-pasang mata yang melirik naksir pada si tampan itu. Harus Avella akui diantara tiga cowok dalam gengnya, Jojo lah yang paling tampan. Dan yang paling penting, Jojo punya bahu yang senderable.
"Udah enggak, sekarang zone 3-2 kayaknya."
Jojo yang mendengar jawaban Pascal tampak terkejut. Zone 3-2 biasa digunakan untuk meredam lawan yang memiliki backcourt dengan kemampuan shooting yang bagus. Sedangkan, yang Jojo tahu Sevit tidak memiliki pemain yang unggul dalam three point shoot.
Jojo mengayunkan pandangannya. Pada lapangan yang menampilkan kolaborasi epic antara Jovan dan Pras. Sudut bibir pemuda itu tertarik membentuk senyuman. Baru ingat kalau Sevit kedatangan anggota baru yang punya skill istimewa.
"Nomor punggung 10 dari Sevit itu bukannya Pras, ya?" tanya Albi.
Dengan kurangajarnya Jojo menjawab, "Hooh, gebetan barunya Avella."
Membuat Avella mendelik protes kepadanya. "Emang yah, mulut cowok di geng gue itu samudera semua!"
"Anak didiknya Elegi tuh! Lo mesti hati-hati, Al." Pascal mengingatkan kalau skill Pras tak sama dengan satu tahun yang lalu.
Albi hanya diam. Sibuk mengamati jalannya pertandingan, terutama pada gaya permainan Pras yang semakin berkembang. Walaupun poin lebih banyak dihasilkan melalui three point shoot, tapi justru power forward Sevitlah yang paling berperan penting. Postur tubuh Pras yang tinggi kerapkali memblokir serangan lawan. Entah firasat Albi atau Elegi punya metode khusus, beberapa kali Pras berhasil memaksa lawan membuat pelanggaran atas dirinya.
"Bagus juga si Pras mainnya. Yakin gue kalo nih anak konsisten, Sevit bakal menang mudah. Tuh, ace Kampus Buana mulai ditarik mundur," tunjuk Pascal melalui pergerakan dagunya yang mengarah ke lapangan.
Pemain bernomor punggung tujuh ditarik mundur. Jalannya agak terpincang-pincang. Cidera di tengah pertandingan sudah sering terjadi. Namun, bukan pemandangan yang nyaman untuk dilihat.
"Dia ngga papa, cuma cidera ringan, kakinya ngga akan putus, Ve," ujar Pascal melirik Avella yang membuang pandangan. Gengsi sebab dia tertangkap basah mengkhawatirkan kondisi lawan.
Sejak ditariknya ace dari Kampus Buana, tim basket Sevit mendominasi permainan. Pras berhasil menangkap pantulan bola dari ring. Mata elangnya menangkap cepat Bobi yang berhasil lari dari penjagaan, lalu melempar bola kepada Bobi.
Serangan kembali dibangun oleh tim Sevit. Saling mengecoh dan mengumpan. Sampai Pras berhasil di area dalam lawan, dia nggak langsung melakukan dunk. Center dan Power Forward Kampus Buana nggak kalah tinggi dengannya. Jadilah dia mengoper pada Jovan yang berdiri di garis parimeter. Semulus wajahnya oppa-oppa korea, bola oranye itu masuk ke ring.
Jovan dan Pras saling bertosria untuk merayakan keberhasilan mereka. Seperti adegan dalam drama-drama korea pula, Pras menoleh ke tribun penonton. Pandangannya jatuh pada Avella yang duduk bersebelahan dengan Albi—sedang berdebat kecil. Riuh penonton membuat Pras tidak bisa mendengar percakapan mereka. Panas hati Pras melihat itu.
Pras mulai hilang fokus. Lima menit terakhir di quarter tiga, permainannya menurun drastis. Puncaknya pada permainan Pras di bawah ring kala salah satu pemain Kampus Buana menarik kaosnya hingga terjatuh. Pras mendapatkan free throw. Sayang sekali, dua lemparan bebasnya tidak ada yang masuk ke ring.
Jojo yang duduk di bangku penonton menepuk jidat. "Haduh, ngapain mesinnya panas buat yang lain sih, Pras?"
![](https://img.wattpad.com/cover/43597410-288-k381785.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KILL ME, HEAL ME [Weekly Update]
ChickLitHanya karena satu kesalahan, Avella telah menenggelamkan kapal impiannya. Hidupnya tidak akan pernah sama lagi. Dia hanyalah seonggok manusia hina yang tidak pantas mendapat berkah Tuhan, yaitu kebahagiaan. Lalu seseorang berkata, "Di Jepang ada tr...