27. Pascal Yohanes Lim

36 5 1
                                    

Lelaki selalu punya cara untuk menyelesaikan masalahnya.

Pascal tak pernah ikut campur jika terkait dengan Avella. Di mata Pascal, Avella terlalu menyebalkan sebab perempuan itu yang paling mengenalnya. Lebih-lebih kemampuan Avella dalam menyelami hati seseorang—tentu tak pernah cocok dengan dirinya yang misterius. Dia lebih senang menjahili Avella. Tak seperti Nirbita yang baperan, atau Shirei yang kelewat galak, Avella selalu memaklumi keusilan laki-laki yang kadang suka kelewatan. Hanya itu saja. Tidak lebih dan tidak kurang.

Namun ketika Pascal mendengar cerita utuh dari Jojo--sedikit menggali informasi dari Jovan--dia tidak bisa lagi menjadi penonton. Anggota Russian Roulette sudah seperti keluarga bagi Pascal. Jelas dia tidak akan membiarkan keluarganya disakiti oleh orang lain. Meski orang itu adalah Pras, teman baik Pascal.

Shirei : Lo di mana, Pas?

Pascal hanya membaca pop up message itu tanpa niat membalasnya. Nanti saja ketika urusannya dengan Pras sudah selesai. Toh, mereka memang janjian akan menonton basket bareng. Ujung-ujungnya akan ketemu di Gor juga.

Suara penonton bergema begitu Pascal memasuki Gor Bulungan. Di luar dugaan, Kamis sore tribun lebih padat dari biasanya. Ada yang membawa banner untuk menyemangati masing-masing club basket. Ada pula yang membawa pompom, lalu bergaya ala-ala cheerleader. Kalau ini sih sudah jelas suporternya siapa. Avios University--tim basket itu bahkan punya fanbase yang diberi nama 'Princes Avios Club', dengan semboyan 'Memuja, Mencinta, dan Melindungi para Pangeran Avios'.

Setiap orang punya caranya masing-masing untuk mengekspresikan rasa suka terhadap sesuatu. Dan orang yang menikmati kegilaan itu salah satunya Bintang. Namanya selalu dieluh-eluhkan setiap kali pemuda itu bertanding. Sahabatnya itu memang senang menjadi pusat perhatian. Kontras dengan dirinya yang menyukai ketenangan. Dalam menyelesaikan masalah pun, Pascal lebih senang melakukannya diam-diam. Tak perlu berkelakar atau adu otot, tapi nyata hasilnya.

Tak ingin membuang waktu, pemuda bermata sipit dengan gigi kelinci yang sebenarnya menggemaskan itu, memutar langkah menuju ruang tunggu. Pascal yakin Couch Samiun belum memulai briefing. Dugaannya benar kala mendapati Pras menyusuri lorong panjang menuju ruang tunggu, sambil bercanda ria dengan anggota basket lainnya.

Pascal mempercepat langkah. Menyeret Pras menjauh dari kelompoknya.

"Ikut gue," ucapnya lalu mengalihkan atensi pada Elegi, "gue pinjem monyet lo dulu, El."

Elegi hanya bisa mengangguk pasrah. Sudah bisa menebak alasan kedatangan Pascal. Apa lagi kalau bukan karena Avella? Jika selama ini anggota basketnya hanya berani sepik, bukan karena mereka tak serius menaruh rasa. Avella terlalu menggemaskan untuk dilewatkan begitu saja. Mereka hanya terlalu malas berurusan dengan tiga malaikat maut, yaitu Jojo, Bintang, dan Pascal, yang siap menjegal mereka pulang ketika berani macam-macam dengan Avella.

Pras barangkali tidak tahu apa yang pernah terjadi pada Albi. Bintang yang dikenal berhati lembut dan anti kekerasan menyerang Albi, begitu mendengar kabar Avella jatuh pingsan di tengah hujan. Lihat saja saat Albi bertelanjang dada, maka ada banyak lebam yang masih membekas di sana. Bintang mendorong Albi begitu keras hingga terjatuh di tanah. Menginjak-injak tubuh Albi tanpa ampun layaknya kaleng soda. Dalam kasus ini Jojo tak ikut serta, sebab biar bagaimana pun Albi tetap sepupunya. Yang dilakukan pemuda itu hanya menjadi agen ganda. Pascal sendiri memilih diam. Namun, Elegi tahu bahwa pemuda itu lah yang paling berbahaya.

Kini ketika Pras berani bermain-main dengan hati Avella, pemuda itu harus bersiap menerima resikonya. Sial sekali nasib Prasasti Mahendra, karena tampaknya Pascal memilih untuk turun tangan langsung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KILL ME, HEAL ME [Weekly Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang