Eight🥀

779 134 4
                                    

Entah sudah berapa kali mereka berada di rumah sakit perihal temannya yang selalu diserang.

"Yeonjun baik-baik saja, untungnya tusukkannya tidak terlalu dalam." Dokter baru saja keluar dari UGD.

Mereka semua menarik napas lega.

"Syukurrrlahh. Eh yang nemuin Yeonjun pertama kali siapa?" Tanya Hyewon.

"Gue." Jawab San.

"Dimana?"

"Di gudang deket sekolah. Tadinya gue kayak ngeliat ada orang pake baju serba hitam gitu kan terus gue ikutin diem-diem. Terus dia ke gudang ada si Yeonjun disitu langsung ditusuk. Terus gue teriak dong pembunuhnya kabur karena gue panik gue gak kepikiran buat ngejar pembunuhnya terus langsung nutupin luka Yeonjun dan nelpon ambulans."

"Ok dia dikeluarin dari list pembunuh."

"Lah kok gitu sih orang dia yang paling mencurigakan!" Protes Hangyul, Dino yang berada di sisi Hangyul langsung menatap San dengan sinis.

"Woi Jihoon kok lo bengong!" Subin menepuk pundak Jihoon membuat Jihoon terkejut, "Apaan siapa yang bengong."

Yeri memicingkan matanya kearah Jihoon, "Mencurigakan." Gumamnya.

🥀

Dejun menceritakan semua yang ia beri tahu pada Hyewon kepada cewek-cewek mengenai Mark.

"Cerita lo gak masuk akal." Yeri mencoba mencerna semuanya, namun ia tidak percaya dengan cerita Dejun.

"Dejun kayaknya bener. Bisa aja mereka dihipnotis?" Doyeon mengangkat kedua bahunya.

"Tapi emang iya jaman sekarang hipnotis-hipnotisan masih kepake?" Yena memihak Yeri kali ini.

"GUE TAU!" Celetuk Yuqi. "Ini semacam deja vu gitu bukan si? Sidik jari Serim sama kalung ditemuin di apartemen Naeun terus di pabriknya juga. Nah si Mark terus-terusan punya firasat buruk."

"Hah terus apa?" Chaeyoung bingung.

"Nah terus si Serim itu punya firasat buruk dia ke apartemen Naeun pas kejadiannya si Naeun kebunuh jadinya sidik jarinya ada di apartemennya Naeun. Sama kayak Mark."

"Kalo ini deja vu.. apa urusannya Serim sama Arin? Kalo Serim juga punya firasat buruk kenapa dia mikirin Arin? Emangnya dia suka? Naksir? Terus kan itu pabrik emang punya ortunya jadi maklum dong dia sering kesana dan gak aneh kalo ada jejak kakinya disekitar situ."

Semuanya terdiam lagi. Benar juga perkataan Yena. Sulit.. ini sulit untuk dipecahkan.

"Yang gue masih bingung deja vu gimana sih? Mereka cuma punya firasat buruk doang kali." Ujar Chaeyoung.

"Iya lagian yang diceritain Dejun kan gak pasti, emangnya lo yakin si Mark beneran tertarik sama Mina? Kalo cuma ngeliatin punya firasat buruk doang wajar itu mah. Itu kan gak pasti."

"Ya gue kan.." Dejun menghela napas.

"Terus kenapa lo cerita ke kita? Kenapa lo gak cerita ke cowok-cowok juga?" Yena mulai curiga.

"Awalnya gue cuma percaya sama Hyewon. Terus Hyewon suruh gue cerita ke kalian deh biar bisa tuker pendapat gitu."

"Lucas? Lo gak cerita ke Lucas?" Tanya Doyeon.

Dejun menggeleng, "Gue gak percaya satupun dari mereka."

"Kenapa?"

"Lucas juga jarang ketemu sama gue."

"Kan dia selalu belajar gimana sih. Dia juga jarang ketemu kalian, lo curigain cowok gue juga hah!? Orang pas kejadian mereka aja gue sempet nelpon dia dih." Doyeon cemberut.

"Ye iye nanti gue cerita."

🥀

Malam ini Hyewon memutuskan untuk mentraktir semua teman-temannya. Dengan tujuan juga untuk berdiskusi. Namun tampaknya cowok-cowok sibuk sendiri jadi, Hyewon dan teman-teman memutuskan untuk beristirahat dan bersenang-senang saja hari ini.

"Aneh banget jir." Celetuk San yang sedang meminum soda karena belom cukup umur^^.

"Apa?" Tanya Dejun.

San mengengok ke meja cewek-cewek didepan mereka. Cowok-cowok duduk sendiri berpisah dengan cewek-cewek.

"Bisa akrab gitu mereka."

"Yaiyalah demi cari pembunuhnya." Ujar Changbin.

San menaruh gelasnya dimeja dan mencondongkan tubuhnya kedepan lebih mendekat kearah teman-temannya. "Ih tapi lebay anjir sampe nyari-nyari pembunuhnya kayak-"

"Bukannya lo juga ngebantu?" Tanya Subin yang daritadi sibuk dengan HPnya.

"Gue kan ngebantu nyari Mina bukan ngebantu cari pembunuhnya gimana sih."

"Emangnya lo gak takut?" Subin menaruh HPnya dikantong ia juga mencondongkan tubuhnya kedepan.

"Takut?"

"Iya emangnya lo gak takut dibunuh kalo pembunuhnya gak ketemu-ketemu?"

"Udah ketemu itu si Serim sama Mark apa?"

"Bukan mereka bego."

San menatap temannya satu per satu, "Hmmm.. gak takut sih."

"Walaupun malem ini ju-"

"HUS!" Jihoon memukul Subin dia bicara terlalu jauh.

"Lo nyumpahin gue?" San memanas.

"Lah katanya lo gak takut dibunuh gimana sih?"

Lucas menaruh gelas dimeja dengan kencang sehingga terdengar suara benturan antara kedua kaca itu. Menyebabkan tempat itu hening, termasuk cewek-cewek yang daritadi sibuk sendiri.

"Kenapa?" Tanya Hyewon menghampiri mereka.

"Subin sama San mau ribut tuh." Dino sudah malas meladeni mereka dan memilih untuk duduk di sofa lain.

"Bisa gak sih jangan sekarang." Hyewon memijit pelipisnya.

"Ye maap." Subin kembali sibuk dengan HPnya.

🥀

"San gak masuk?" Tanya Dejun, sudah lima menit semenjak bel berbunyi namun batang hidung Sanpun belum terlihat.

"Telat kali." Celetuk Subin.

"Mana pernah San telat."

"Apa lo jangan-jangan kemaren ribut ya sama San? Ngaku lo!"

"GUYSSSSS!" Hangyul masuk ke kelas tergesa-gesa.














"SAN BABAK BELUR LAGI DIRAWAT DI RS!"

"Subin anjing."

-To Be Continued-

—𝕹𝖎𝖌𝖍𝖙𝖒𝖆𝖗𝖊—
.
.
.

Nightmare | 99 Line✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang