2. Fxxk Wit Us

498 102 140
                                    

this chapter contains a bit of swear words. please kindly suit yourself.

"cause nothing can fuck with us"

Haris
Surabaya, April 2020

I told you before, Bahasa is known for her brutal honesty.

Oh and what i forget to tell you, she's also known for her bad temper.

Bahasa is one hella scary woman when she's in rage.

"Haris, you better do something now, Bahasa lagi sibuk bertengkar sama Diana di samping Sekre," Marko yang tampak terengah, segera menarik lenganku.

Bahasa indeed known for her temper, but one for sure, she didn't mad at someone for no reason. Dia bukan tukang pukul yang hobi melempar emosi pada sembarang orang.

Ia marah -karena memang berada dalam situasi yang mendorongnya untuk berbuat kemudian. Pikir hawa itu kadang terlalu rasional untuk ukuran seorang wanita. 

"Heh, mau mu apa sih Diana?"

Uh-oh, Bahasa indeed sedang marah.

Saat ini dari jarak tujuh meter aku dapat mendengar loud and clear sebuah pekik milik Asa dalam satu nada amarah yang hanya pernah kudengar satu kali seumur hidup sebelumnya. Sungguh, kalau aku yang dihadapkan pada amarahnya, sepertinya aku sudah setengah mati ketakutan lebih dulu. 

"What? Just accept the fact that i slept with Haris Prabu Taraka my dear," Diana terkekeh, menganggap remeh Asa, yang jelas sekali nampak mulai kehilangan kesabaran.

Belum tahu saja Diana, ia sedang berhadapan dengan Bestari Bahasa yang ratusan kali lebih mengerikan ketika sedang mengamuk. 

Ya ampun. Menyusahkan saja Diana, ini. 

"For God Sake, i really am trying to be patient with you. But, you jancok deserve this."

Begitu saja, Bahasa berhasil mengejutkan semua orang. Dia mendaratkan sebuah tamparan pada raut Diana. Sedang aku dan Marko bergegas mengurai kerumunan yang sibuk saling berbisik tanpa ada usaha untuk melerai kedua gadis itu.

Gila, hasrat manusia untuk melihat dua orang saling baku hantam memang bukan main.

"Bestari, you better stop," suaraku berhasil menarik perhatian Bahasa, membawa si gadis  menahan tamparan 'susulan' yang baru saja akan ia berikan kepada Diana.

Diana tersenyum dengan penuh kemenangan. Ia menatapku kemudian saling beradu dengan netra gelap Asa dan berusaha melempar pandang intimidasi, "see? he told you to stop darl, he still loves me."

Benar-benar, Diana nggak tahu diri. Sudah baik aku selamatkan, nyatanya ia belum selesai menyulut emosi Bahasa. 

Tahu gitu biar saja dia ditampar lagi oleh Bestari. Jadi menyesal aku, karena berusaha meredam amarah Bestari. 

"Jancok, kebanyakan bicara ya kamu, Di," Asa kembali tergerak untuk melayangkan satu tamparan, namun aku lebih dahulu membawa si gadis dalam pelukku sebelum ia sempat melayangkan sebuah tamparan. 

For God Sake, Diana benar-benar menyusahkan saja. 

Apa dia nggak tahu? Berhadapan dengan Bahasa yang mengamuk itu sama menyeramkannya dengan bertemu dosen killer yang hobi memberi nilai D!

Kalian pikir aku berlebihan? 

Coba saja kalau Marko nggak memberi informasi perkara pertengkaran Asa, mungkin Diana sudah 'habis' dengan semua sisa amarah Bahasa saat ini. Bestari itu, tidak pernah ragu untuk menuntaskan emosinya!

Playlist: HarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang