"sometimes, i cried, sometimes, i laughed; i was hopeful, i was in pain"
Haris
Surabaya, Mei 2020Semua orang selalu takut untuk merasa terasing.
Sadar atau tidak, kita berusaha untuk tidak terasing.
Mencinta, mungkin adalah salah satu cara bagi orang lain untuk jauh dari rasa asing.
Tahu tidak bagian yang paling kusukai dari sosok Bestari Bahasa?
Caranya menunjukkan afeksi.
Ia bukan tipikal yang segera datang, menyambutku dengan untaian pertanyaan seperti, 'are you okay?'
Bestari Bahasa, selalu tahu. Iya, dia paling tahu waktu yang tepat untuk memberiku sebuah pelukan.
Alih-alih mencecar dengan puluhan pertanyaan, ia selalu menyambut hadirku dengan hangat dekapnya.
Memberikan satu cangkir teh hangat, lalu menemaniku dalam senyap. Seakan memberi kesempatan dan ruang bagi diri ini untuk tenggelam dalam pikir.
Sembari ia sesekali mengusap surai cokelatku dalam satu gestur berulang yang menenangkan.
Lalu ketika dirasa aku terlalu jauh tenggelam, Bahasa juga tahu saat yang tepat untuk menarikku kembali dari lautan pikir yang begitu deras arusnya.
Seperti saat ini.
Aku sedang berbaring terlentang pada tempat tidur Bahasa. Sementara itu, ia menempati sisi kanan tepat di sampingku.
Sudah dua jam kami berada dalam satu posisi yang sama. Dalam diam kami ditemani suara sayup playlist spotify milik si hawa yang memutar lagu dari musisi kesukaannya, Do Kyungsoo.
Kata Bahasa, dia itu cinta mati dengan si Do Kyungsoo, dan aku tidak diperbolehkan cemburu kalau tidak ingin diputuskan.
Yaudah, memang aku bisa protes? Lagipula suara si Do Kyungsoo ini juga nggak kalah apik jika disandingkan dengan milikku.
"Ris, what would your perfect Saturday be like?"
Sudah kukatakan, ia selalu tahu saat yang tepat untuk menarikku. Bahkan tanpa menunjukkan kekhawatirannya dengan tersurat, aku tahu Bahasa mencoba untuk mendistraksi pikirku.
Berpindah dari posisi terlentang, aku menumpu kepala ini pada lengan sembari memutar tubuhku untuk menghadap Bestari yang tengah menatapku dalam diam.
"Nggak pernah kepikiran," seulas senyum tergurat pada rautku sembari lengan ini bergerak untuk mengusap surai Bahasa.
Merengut, si jelita jelas tampak nggak puas dengan jawabku, "ih pake effort lah jawabnya!"
Terkekeh, aku mengusak surai Bahasa, gemas. Mengabaikan serangan si hawa yang membalas dengan mencubit lenganku.
Dia ini memang suka tidak sadar diri kalau tindak tanduknya ketika mengomel itu sebuah hiburan menyenangkan.
"Ampun deh! Aku pakai effort deh ini jawabnya. Diem dulu dong kalau gitu, aku pikir dulu, Sayang."
"Halah! Tiap kepepet aja sok manis kamu, Ris"
Berdecak kesal, Bahasa membalikkan tubuhnya untuk membelakangiku.
Tuhkan, ngambek dia!
Kalau sudah begini, aku jadi semakin nggak tahan, dan ingin terus menggoda si hawa sampai ia marah, lalu mengancam akan menyembelihku.
Meringsak mendekat, aku mengubur dalam dalam rautku pada surai cokelat si hawa. Dalam diam, kedua lenganku terulur untuk merengkuh tubuh ramping si jelita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Playlist: Haris
FanfictionRangkaian romansa dua insan yang terluka dari series Playlist Universe #playverse bersama Haris Prabu Taraka dan Bestari Bahasa Pertiwi. Disclaimer: What happened on wattpad should stay on wattpad. with love, ara.