15. Break My Walls

164 33 31
                                    

"no no no i ain't falling for you"

Haris
Surabaya, Mei 2019

"Aku nggak ingin putus Haris. Believe me, we can fix everything. You don't have to try, i'll do it for both of us."

Putus asa adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan kondisi Diana. Ia yang tetiba datang sebagai tamu tak diundang dan berhasil menginvasi ketenanganku.

Bukannya tidak punya hati, akan lebih jahat kalau aku terus memberi harap perihal rasa yang jelas tidak ada untuk si hawa.

Prinsipku sudah pasti.

Kalau aku merasa mereka nggak memiliki apa yang sedang aku cari, tidak ada lagi alasan untuk melanjutkan hubungan kami.

Dan aku sedang mencari daratan untuk berpulang.

"Apa yang mau diperbaiki, Di? It's just, you're not the one i'm looking for," memijat pelipis, aku menarik nafas dalam dalam.

"Bohong!" Diana berteriak keras, mengarahkan telunjuknya tepat di hadapku.

Langkah si hawa mendekat sembari sorotnya menatap dua obsidianku dalam pandang lurus, "you already have someone else, iya kan?"

Bertepatan dengan pertanyaan yang baru saja terlempar, sosok hawa dengan air muka kebingungan tiba-tiba keluar dari kamarku. Pandangnya tampak sibuk mengamati interior apartmenku.

Seketika kehadiran si hawa berhasil mengalihkan atensi Diana.

"I knew it," berteriak dengan histeris, Diana mengambil langkah lebar menuju sosok Asa yang tercenung dan bergantian mengarahkan tatapnya pada aku dan Diana.

'Timingnya, yaampun!!! Sial!'

Memang sih, hadir sosok Bahasa yang muncul secara mendadak keluar dari kamarku itu cukup mencurigakan. Ambigu lebih tepatnya.

Tidak salah juga kalau Diana berpikiran yang tidak-tidak.

Padahal mana ada kami sempat yang tidak tidak, kalau aku nggak sengaja mengusung Bahasa ke apartemen.

Semua ini karena ia tiba tiba ketiduran di mobil sewaktu aku antarkan pulang. Tidak tega membangunkan untuk bertanya alamat rumahnya, yasudah kubawa pulang saja si hawa.

"Oh so you are the great Bestari Bahasa yang berani flirting sama Haris?"

Mengerutkan keningnya, Bestari menghujaniku dengan pandang kebingungan bercampur kesal.

Wajar ia kesal!

Dia itu tau tau terbangun di tempat asing. Lalu, baru bangun justru mendapat tuduhan aneh begitu.

Bahasa yang most of the time ini memang hobi kesal, jelas justru semakin kesal!

Mampus kamu, Haris.

"Nggak tahu malu banget ya, don't you know? orang satu fakultas itu udah tahu kelakuan kamu. Kamu aja yang nggak tahu diri, Bestari."

"Whoooa, easy girl," Bestari terkekeh, mungkin dia nggak habis pikir dengan situasi yang ia hadapi, "let me get this straight, aku yang nggak tahu diri atau kamu yang nggak tahu malu karena ketahuan begging for your ex to get back with you?"

Mau menertawakan ekspresi Diana, tapi aku takut durhaka.

Ya sudahlah, lebih baik aku diam saja.

"Wait what? Who's begging for what?"

"Don't be shy, i hear everything darl,"

Tak acuh terhadap reaksi Diana yang jelas terkejut karena serangannya. Bahasa, memilih untuk mengambil langkah besar menuju arahku, tentu masih dengan pandang penuh emosi seperti ingin menyembelihku layaknya kambing kurban.

Playlist: HarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang