11. (I Like) The Way You Love Me

229 35 41
                                    

"i like the way how you're holdin me"

Bahasa
Surabaya, Maret 2020

Musyawarah Mahasiswa.

Kental akan rasa tanggung jawab dan ketakutan terbesar sekaligus hari yang ditunggu oleh mayoritas antek antek sekretariat.  

Takut karena harus mempertanggungjawabkan amanah yang diberi selama satu periode.

Lega karena dapat melepas amanah yang digenggam selama satu periode.

Semua penat dan lelah selama satu periode akhirnya bertumpu pada satu akhir, hari pertanggungjawaban. Janji yang sempat tersemat akan kembali ditagih dan gaung suara yang memilih berhak untuk menuntut penjelasan atas segala lalai maupun abai. 

Hari ini, adalah satu hari terakhir sosok Haris Prabu Taraka berdiri dan bercakap kepada 'warga' Teknik Elektro sebagai Ketua Himpunan. 

Ah akhirnya, batinku ikut lega mengingat Haris dapat melepas beban yang ia tumpu selama dua belas bulan ini. 

Melihat ia menutup satu paragraf terakhir dalam perjalanan Kabinet Aspiratif yang menghabiskan hampir seluruh waktu si adam selama satu tahun, ada sebuah kebanggaan. 

Bagaimana ia memeluk rekan seperjuangan, memberi terima kasih kepada setiap bagian dari keluarga yang ia pimpin. Lalu pamit kepada warga yang telah mempercayakan jabatan itu kepadanya.

Harisku, you did great Sayang.

Words can't explain it, tapi Haris berhak untuk setiap puji yang terlempar dari setiap individu yang tak henti mengucap apresiasi kepada si adam.

Ada senyum yang ikut terukir ketika Haris tersenyum.

Ada haru yang ikut bersemayam ketika Haris menangis bersama Marko, sang wakil setelah keduanya menyerahkan jabatan kepada Ketua Himpunan dan Wakil Ketua Himpunan terpilih selanjutnya.

Ada bangga yang ikut membuncah menatap Haris memimpin teriakan jargon Teknik Elektro untuk terakhir kalinya sebagai Ketua Himpunan.

'Jadi begini rasanya benar-benar jatuh cinta,' menertawakan diri sendiri, aku sadar betul akan pengaruh sosok lelaki Taraka itu dalam pergerakan hati ini. 

Aku sama sekali nggak merasa keberatan untuk kendali yang ia miliki terhadapku. 

Because Haris is the only exception

***
"Harisku, bangun dong," aku berujar, menepuk sebelah lengan si adam yang terlelap pada kursi penumpang.

"Kok udah sampai? Kamu ngebut ya, Sa?"

"Ngebut buatukmu, Harisku," aku mendengus, setengah kesal.

Ya bagaimana tidak?

Aku baru saja menempuh perjalanan selama satu jam melawan kemacetan Gunung Sari selama ia ngebo dengan santai di kursi penumpang. Sendiri aku lewatkan berusaha tampak menikmati tundaan lalu lintas yang menjemukan itu.

"Aku ini nyetir sejam di jalan, Ris!"

"Aduh iya iya, nggak pakai teriak Bahasa. Aku udah tiga hari nggak tidur loh, Sa."

Haris terkekeh, menyugar surai cokelat si adam sembari netra kami saling bertubruk pandang.

'Tampan,' batinku, diam diam mengangumi tawa si adam yang terdengar bak melodi dalam pendengaran ini.

'Iya, tapi amit amit aja kalau sampai aku terciduk Haris kepikiran tawanya bak melodi! Pasti diledek tiga puluh hari dan dua puluh sembilan malam!'

Playlist: HarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang