16. Do Men Cry

172 26 6
                                    

⚠️⚠️⚠️ The following content may contain elements that are not suitable for minors audience.

Tw // nsfw

Read at your own risk and remember what happened on wattpad stay on wattpad. I don't mean to bring any harm to anyone.

.

"it feels like i'm only in pain and I'm the only sad one; i want to ask, are you okay?"

Haris

Aku menyayangi Bahasa.

Untuk setiap tawa,

Dalam setiap tangis.

Aku mencintai Bahasa.

Sayang seribu sayang, ada dua ribu ketakutan yang membayang, dan memaksa diri ini untuk tidak mengungkap kejujuran.

Satu yang pasti.

Ada sesuatu yang berubah dengan kehadiran Bahasa dalam satu rotasi hidup ini.

Aku yang selalu mencoba mencari sesuatu untuk mengisi ruang hampa dalam hati, untuk pertama kali merasa penuh.

Karena Bestari Bahasa.

Bestari menyelamatkanku malam itu dengan memilih untuk menetap, meski ia tidak tahu.

***
Surabaya, Agustus 2019

"Selamat ya, Mbak Hana"

Mengulurkan tangan, sebuah guratan terukir sembari ujung bibir ini membentuk lengkungan pada rautku.

Satu menit.

Dua obsidian milik hawa yang berada tepat di hadapku dengan riasan pengantin itu balik menatapku tajam.

Tiga menit.

Lengan yang menunggu balas dari si hawa begitu saja ia singkirkan dalam satu hempas.

Lima menit.

Tamparan yang begitu keras meluncur dengan bebas pada rautku. Dan asal kalian tahu saja... Bukan rautku yang saat ini merasa perih, justru hati ini.

"Kamu siapa?"

Aku siapa?

Merasa belum menyerah menghadapi sosok hawa di hadapku, sekali lagi sebuah lengkungan tergurat pada raut ini. Berusaha sebaik mungkin nggak memberitahu hawa di hadapku perihal perih luka yang ia gores dalam hati secara sengaja.

"Haris, Mbak. Aku Haris Prabu Taraka."

"Iya, terus kamu siapa?" tanya si hawa kembali, seperti biasa selalu denial dengan keberadaanku.

Seolah ia merasa presensiku dalam hidupnya adalah makhluk non-eksisten.

Lebih dari suatu yang sekedar insignifikan.

Ah, bukannya memang begitu?

Tapi nyatanya kenapa masih terasa menyakitkan? Seperti baru pertama kali aku menyadarinya.

"Kamu ada urusan apa? Saya sibuk, setelah ini resepsinya akan dimulai"

Mengalihkan pandang, kentara sekali berusaha tak acuh terhadap eksistensiku yang hanya berjarak dua meter dari hadap si hawa.

Selalu, kamu konsisten untuk tetap menjadi dingin ya, Mbak?

"Aku mau kasih selamat. Mbak Hana kan hari nikah"

Playlist: HarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang