8. Milky Way Between Us

259 52 45
                                    

"I'll be a lighthouse in the dark ocean and shine on you"

Haris
Surabaya, Januari 2020

Hari Minggu dalam minggu pertama juga di tahun baru.

Bahasa maupun aku sama sekali nggak memiliki agenda khusus sepanjang libur tahun baru ini. Kegiatan kami hanya berputar pada menonton series netflix, spotify jamming session, bermain mario kart pada switch yang baru saja kubeli akhir tahun kemarin, lalu berputar-putar keliling Surabaya setiap malam mencicip kuliner Kota Pahlawan.

Hari ini baru saja kami menyelesaikan series Money Heist season kedua. Baik aku maupun Asa masih nyaman dengan posisi masing-masing di ruang tengah si hawa yang sunyi.

Bahasa sibuk scrolling timeline akun 'burung biru' miliknya itu, sesekali tertawa menonton beberapa konten lucu. Berbeda dengan aku yang memilih untuk aimlessly membuka setiap instastory milik orang lain.

"Sa, bosen banget"

"Terus mau ngapain?"

"Keluar lah jalan yuk, Sa"

"Kemana?"

"Kemana aja lah," ujarku bangkit terlebih dahulu, mencari kunci Brio abu milikku sembari Asa nampak bersiap dan mencabut ponsel miliknya yang sedang dalam mode pengisian daya.

"Yaudah, ayo," balasnya, mendahuluiku bergerak meninggalkan ruang tengah, mencari slingbag yang biasa ia gunakan pada kamarnya.

You see, bersama Bahasa, nggak perlu waktu lama untuk menunggu si hawa bersiap. Ia yang begitu easy going dan mengiyakan dengan mudah setiap ajakan keluarku.

Itu hanya satu dari sekian alasan mengapa aku begitu nyaman dengan si hawa.

"Ayo, jadi nggak? Ngapain heh? bengong mulu begitu," sebelah tangan milik Asa meraih lenganku, menyadarkanku dari lamunan.

"Kamu nggak ganti baju?" tanyaku, mengamati penampilan si hawa yang nggak berubah, hanya ketambahan snapback hitam yang bertengger pada surai panjangnya.

"Males ribet, jalan doang. Tumben komentar, biasanya kamu diem diem aja tuh?"

Aku menggeleng, terkekeh menatap Bahasa yang lebih dahulu menempati kursi penumpang Brio abu yang tengah terpakir pada carport hunian milik si hawa.

"Ajaib bener emang, Asa... Asa"

***

Coba tebak kami berakhir dimana?

Taman Safari, Prigen. For God Sake, kadang kelakuan random kami ini benar benar tidak masuk dalam nalar.

Berawal karena kami yang terlalu bingung harus berputar kemana, Bahasa menyarankan untuk berbelok menuju arah Jalan Mastrip. Ingin sesekali melihat Sidoarjo, kata si gadis. Namun, baru saja kami bergerak menuju Bundaran Waru. Sebuah ide gila tiba-tiba muncul pada benak ini.

Lalu begitu saja, aku membawa Brio abu milikku melaju menuju ramp dengan tanda Juanda/Pasuruan/Malang.

"Lah, kok naik tol? Kok arah Prigen ini Ris? Mabok kamu heh?" tanya si hawa yang nampak jelas kebingungan, mungkin awalnya ia berpikir bahwa aku hanya akan mengambil rute dalam kota.

"Surabaya panas ah, main ke Malang aja. Sidoarjo nanggung," balasku, sembari mengulurkan tangan dan mengacak surai Asa yang tertawa keras sembari misuh misuh.

"Guendeng kamu emang, Haris"

Ya jadi setidaknya begitu cerita singkat awal mula kami terdampar dan berakhir pada Rute Safari Adventure.

Playlist: HarisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang