"pulang ke pelukanmu, tentramnya telinga yang mendengar tanpa menghakimi"
Haris
Surabaya, Juli 2020'Gue balik ya nanti beres kuliah, nyokap bakal ngomel sebulan kalo gue nggak pulang waktu ulang tahunnya.'
'Saya pamit pulkam ya, Bang? ibu di rumah lagi sakit'
'Ris, sori telat, umik minta dianterin ke pasar pagi tadi'
Aku iri.
Karena mereka punya ibu, sementara aku tidak.
Tidak ada yang membuat dada ini lebih sesak ketimbang rasa iri memikirkan satu hal yang dimiliki orang lain tapi enggak pernah dapat aku miliki sampai kapanpun.
Mengerti rasanya berada dalam dekap ibu saja, aku pun tidak tahu.
Jakarta bilang, maminya adalah tempat teraman bagi dirinya. Bersama sang ibunda, ia bisa menjadi sosok Air Buana Jakarta, bukan lagi si aktivis yang selalu berada pada garda terdepan untuk menuntut kesejahteraan masyarakat Bumi Pertiwi.
Berbeda dengan Bang Jeffrey yang cenderung menghindari sang ibunda padahal masih tinggal dalam satu lingkup kota yang sama. Ia merasa hadirnya sebagai salah satu kegagalan sang ibunda hanya akan membawa rasa sakit.
Meskipun berbeda, keduanya memiliki cara masing-masing untuk menunjukkan afeksi itu kepada sosok yang membawa hadirnya dalam bumi ini. Mereka selalu punya 'rumah' untuk pulang.
Namun aku, sama sekali nggak tahu bagaimana rupa bunda. Hangat peluknya, hanya sebatas damba dalam anganku.
Aku tidak punya tempat untuk berpulang.
Biar kubisikkan satu rahasia,
rahasia yang tidak diketahui jiwa lain selain aku dan semesta.Selama ini aku berusaha keras untuk mencari setidaknya sedikit afeksi yang 'seharusnya' aku dapatkan dengan keberadaan bunda. Aku sedang mencari rumah, untuk berpulang.
Aku - Haris Prabu Taraka - juga ingin pulang dan merasa hangatnya direngkuh menjelang senja dengan sepoi angin malam yang menerpa.
Tidak apa sesekali harus beradu argumen dengan bunda, tapi paling tidak sekali saja aku ingin mendengar omelan bunda karena kamarku yang berantakan.
Sungguh, bukan maksud hati ini untuk memainkan perasaan gadis-gadis. Hanya saja, aku nggak menemukan apa yang sedang aku cari pada diri mereka. Bukan hanya sekedar mencari pelabuhan untuk bersandar, aku ingin daratan untuk berpulang.
Sudah hampir putus saja memikirkan anganku, sampai akhirnya aku bertemu dengan sosok Bestari Bahasa.
Bestari, yang selalu mengingatkanku kepada diri sendiri. Sosok yang merupakan cerminan dari diriku.
Aku sama sekali tidak pernah memiliki pikiran untuk bermain dengan hati Bestari.
Semua dari sorot tegas si hawa, gestur yang ia berikan untuk setiap interaksinya dengan orang lain, dan keberaniannya untuk mengungkap semua hal yang ia pikirkan.
Bahasa, adalah seorang pemberani yang tangguh. Ia sama sekali nggak pernah takut untuk maju ketika ia sedang menyampaikan sebuah kebenaran. Namun, terkadang si hawa bisa begitu keras kepala dan menelan mentah - mentah semua asumsi dalam kepala indahnya.
I can't help but feel like coming back home every time i see her.
I asked this question a lot of times inside my head,
KAMU SEDANG MEMBACA
Playlist: Haris
FanfictionRangkaian romansa dua insan yang terluka dari series Playlist Universe #playverse bersama Haris Prabu Taraka dan Bestari Bahasa Pertiwi. Disclaimer: What happened on wattpad should stay on wattpad. with love, ara.